ArtikelHikmah

Bhinneka Tunggal Ika dalam Perspektif Islam

Oleh: H. Abdul Rohman Rojali, Lc., M.A.

Diantara kebijaksanaan Allah dalam menciptakan makhluk-Nya adalah keragaman dan perbedaan yang Allah adakan di alam semesta ini. Keindahan dan keseimbangan alam tidak akan terjadi tanpa keanekaragaman tersebut.

Allah menciptakan berbagai jenis makhluk, dengan berbagai bentuk dan keistimewaannya masing-masing. Bahkan dalam setiap jenis makhluk, di dalamya juga terdapat keanekaragaman bentuk, warna, kemampuan, dan lain-lain.

Ketika Allah SWT menciptakan perbedaan dalam kehidupan, maka Allah Swt sesungguhnya menginginkan perbedaan tersebut menjadi rahmat bagi kehidupan manusia, sebagaimana Islam diturunkan oleh Allah swt sebagai rahmat bagi seluruh makhluk. Allah swt berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
“Dan tiadalah Kami (Allah) mengutus engkau (Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al-Anbiya: 107)

Imam Ibnu Khaldun di dalam kitabnya “Al-Muqoddimah” menjelaskan, ada tiga tujuan utama Islam diturunkan ke muka bumi ini. Yaitu:
1. تحقيق الأمن (Menciptakan perdamaian dan keselamatan)
2. تحقيق الرفاهية (Menciptakan kesejahteraan)
3. تعبيد الناس (Memerintahkan manusia untuk menyembah Allah Swt)

Khusus Indonesia, yang mempunyai keberagaman, memang pada kenyataannya secara historis negara kita merpakan bangsa yang plural, sehingga kita mempunyai semboyan yang kita junjung tinggi “Bhinneka Tunggal Ika”, dan dari sisi keyakinan pun tercermin dengan adanya beberapa agama. Kekayaan keberagaman yang kita miliki disatukan dalam nilai-nilai Pancasila yang telah dicetuskan oleh founding fathers kita, sekaligus sebagai penyemangat juang dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam menjadikan keberagaman sebagai kekuatan untuk masa depan bangsa Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila yang kita miliki selaras dengan nilai nilai Islam yang harus kita amalkan dalam menciptakan keharmonisan dalam kehidupan berbangsa. Prraktiknya, dengan saling menghargai satu sama lain, menghormati cara ibadah antaragama, saling tolong menolong, tidak menghina orang lain dengan ujaran kebencian ataupun yang lainnya.

Kalau dikaitkan dengan konteks perubahan zaman sekarang, bagaimana Islam memandang keberagaman/pluralitas yang ada dinegeri ini, bahkan di dunia? Sebagaimana yang telah disebutkan berkali-kali oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an, Islam sangat menjunjung keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas merupakan sunnatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya.

Seperti dalam (Qs Al Hujurat: 13), Allah SWT telah menyatakan:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌﱠ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal”.

Ayat tersebut menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah menciptakan keberagaman. Artinya, keberagaman di dunia ini mutlak adanya.

Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti menganggap kelompok, madzhabnya yang paling benar. Yang harus kita ketahui, keberagaman sudah ada sejak zaman para sahabat. Yaitu ketika Nabi saw wafat, para sahabat saling mengklaim dirinyalah yang pantas untuk menjadi pengganti Nabi.

Ajaran Islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwwah dalam menyikapi keberagaman. Istilah Ukhuwwah dijelaskan dalam Qs. Al-Hujurat :10,
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”.

Ketegasan syariah Islam memberikan gambaran betapa perhatiannya Islam terhadap permasalahan keberagaman, dengan mengutamakan persaudaraan, keharmonisan, dan perdamaian. Beberapa hadits memberikan perumpamaan bahwa sesama muslim diibaratkan satu tubuh.

“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam”. (HR.Muslim)

“Sayangilah makhluk yang ada di bumi, maka niscaya makhluk yang ada di langit akan menyayangi kita.” (HR Imam Thabrani)

Perumpamaan yang lain diibaratkan bangunan. “Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” (Sahih Muslim no. 4684)

Keberagaman serta toleransi dalam beragama yang kita jalankan senilai dengan ajaran Islam yang kita yakini selama ini. Prinsip toleransi yang diajarkan Islam adalah membiarkan umat lain untuk beribadah dan berhari raya tanpa mengusik mereka.

Senyatanya, prinsip toleransi yang diyakini sebagian orang berasal dari kafir Quraisy di mana mereka pernah berkata pada Nabi kita Muhammad, “Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami? Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.” (Tafsir Al Qurthubi, 14: 425).

Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman,
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah: 8-9)

Ayat ini mengajarkan prinsip toleransi, yaitu hendaklah setiap muslim berbuat baik pada lainnya selama tidak ada sangkut pautnya dengan hal agama.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada nonmuslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang lemah di antara mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah menyukai orang yang berbuat adil.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 247).

Ibnu Jarir AthThobari rahimahullah mengatakan bahwa bentuk berbuat baik dan adil di sini berlaku kepada setiap agama. Lihat Tafsir Ath Thobari, 14: 81.

Sebagai umat Islam, dalam menegakkan nilai-nilai keislaman, hendaklah diwujudkan melalui rasa pesaudaraan, saling menghargai dan menjaga persatuan sehingga dalam kacamata dunia terlihat bahwa Indonesia adalah negara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika serta menjunjung ajaran Islam yang rahmatal lil ‘alamiin, bukan ajaran radikalisme.

Seperti halnya Nabi Muhammad SAW pada awal membangun di Madinah. Nabi akhir zaman tersebut, Rasulullah mempersaudarakan kaum Ansor dan Muhajirin, dilanjutkan membuat kesepakatan antara kaum Yahudi dan Nashrani yang berada di Madinah. Kemudian membuat sistem pemerintahan dan undang–undang yang disepakati bersama dengan tetap menjaga kebinekaan.

Baca juga:

×