ArtikelHikmah

Peran Ibu dalam Mendidik Anak

Oleh: Ustadz Talqis Nurdianto (Dai Cordofa DDHK)

Saat membaca judul di atas, sebagian akan bertanya kenapa ibu saja yang disebutkan? Di mana peran ayah yang juga orang tua? Dalam hal mendidik anak, ibu memiliki peran lebih dibanding peran ayah pada umumnya, sebagaimana dalam QS. Al-Ahqaf, ayat 15, yang menjadi kajian pada tulisan ini.

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. Al Ahqaf: 15)

Ayat di atas dimulai dengan perintah, sebelum menyebutkan sebab, kenapa anak itu wajib berbuat baik kepada kedua orang tuanya (birrul walidain). Penyebutan orang tua adalah orang tua secara biologis yang dari keduanya anak ini terlahirkan, bukan orang tua ideologis. Maksudnya, jangan sampai anak patuh dan taat pada orang tua ideologisnya tapi tidak simpati kepada orang tua biologisnya yang sudah jelas diperintahkan berbuat baik kepadanya.

Tidak ada alasan bagi sang anak untuk menolak berbuat baik kepada keduanya selama tidak bermaksiat kepada Allah. Orang tua yang baik akan senantiasa meminta anaknya melakukan kebaikan, sebagaimana anak yang baik setinggi apapun jabatan pekerjaannya, tingkat pendidikannya, dan ketokohannya di masyarakat, selama di depan orang tuanya maka ia tetaplah seorang anak yang harus patuh dan taat kepadanya.

4 Tanggung Jawab Orang Tua kepada Anak

Dari ayat di atas juga kita ketahui bahwa tanggung jawab secara bertahap yaitu; (1) Bagi seorang ibu harus menjaga kandungan (bayi) sampai lahir, (2) Merawat bayi sejak lahir sampai usia dua tahun untuk disapih, (3) mulai dua tahun sampai usia dewasa untuk menikah, (4) mulai dari menikah sampai usia empat puluh tahun.

Betapa baiknya orang tua yang menjaga kita selaku anak sejak belum lahir di dunia sampai usia dewasa di empat puluh tahunnya. Jika anak perhitungan dengan orang tua atas apa yang diberikan anak kepada orang tuanya maka tidaklah sebanding pemberian orang tua kepada anaknya. Inilah menjadi salah satu sebab bagi anak dan keharusan berbakti kepada orang tuanya, sebagaimana ayat di atas.

Dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa (Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya) menurut suatu qiraat lafal Ihsaan dibaca Husnan; maksudnya: Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Lafal Ihsaanan adalah Mashdar yang dinashabkan oleh Fi’ilnya yang diperkirakan keberadaannya; demikian pula penjabarannya bila dibaca Husnan (ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah pula) artinya penuh dengan susah payah.

Kondisi ibu yang (mengandungnya sampai menyapihnya) dari penyusuannya (adalah tiga puluh bulan) yakni dalam masa enam bulan sebagai batas yang paling minim bagi mengandung, sedangkan sisanya dua puluh empat bulan, yaitu lama masa penyusuan yang maksimal.

Menurut suatu pendapat disebutkan bahwa jika sang ibu mengandungnya selama enam bulan atau sembilan bulan, maka sisanya adalah masa penyusuan (sehingga) menunjukkan makna Ghayah bagi jumlah yang diperkirakan keberadaannya yakni dia hidup sehingga (apabila dia telah dewasa) yang dimaksud dengan pengertian dewasa ialah kekuatan fisik dan akal serta inteligensinya telah sempurna yaitu sekitar usia tiga puluh tiga tahun atau tiga puluh tahun (dan umurnya sampai empat puluh tahun) yakni genap mencapai empat puluh tahun. Dalam usia ini seseorang telah mencapai batas maksimal kedewasaannya (ia berdoa, “Ya Rabbku!) dan seterusnya.

Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq, yaitu sewaktu usianya mencapai empat puluh tahun sesudah dua tahun Nabi saw. diangkat menjadi rasul. Lalu ia beriman kepada Nabi saw. lalu beriman pula kedua orang tuanya, lalu menyusul anaknya yang bernama Abdurrahman, lalu cucunya yang bernama Atiq.

(Tunjukilah aku) maksudnya berilah ilham (untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan) nikmat tersebut (kepadaku dan kepada ibu bapakku) yaitu nikmat tauhid (dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridai) maka Abu Bakar segera memerdekakan sembilan orang hamba sahaya yang beriman; mereka disiksa karena memeluk agama Allah (berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku) maka semua anak cucunya adalah orang-orang yang beriman. (Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”).

3 Tugas Orang Tua kepada Anak

Ada pelajaran penting yang menjadi tugas orang tua kepada anaknya yaitu; (1) mengajarkan tauhid, beriman kepada Allah dengan tidak menyukutukan dengan makhluk, (2) mengajarkan akhlakul karimah, (3) mendidik anak untuk berbakti kepada orang tua.

Tentunya anak tidak bisa membalas kebaikan orang tuanya, sekiranya demikian dan benar demikian maka janganlah membantahnya dalam hal kebaikan,

وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

“Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: ‘Ah’, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? Lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar”. Lalu dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu”. (QS. Al Ahqaf: 17)

Abak Shalih dan Shalihah Investasi Dunia

Tugas berat tapi tidak bisa dihindari adalah mendidik anak untuk beriman kepada Allah dan menanamkan akhlak karimah kepadanya. Dari sini, ibu sebagai madrasah bagi anak-anaknya harus menjadi teladan, jangan sampai anak-anak mencari dan menjadikan orang yang salah sebagai teladannya dalam berbicara, bersikap, dan berperilaku. Bagaimana jika ia salah memilih teladan? Maka orang tua pertama kali yang bertanggungjawab di akhirat nantinya.

Boleh saja seorang ibu bekerja, baik dalam rumah maupun di luar rumah, di dalam maupun di luar negeri. Akan tetapi dengan jelas bahwa memiliki anak shalih shalihah berakhlak karimah adalah investasi dunia akhirat yang tidak sebanding dengan apa yang diperoleh dari hasil kerjanya.

Wahai ibu, tidak semua perempuan dikaruniai anak sebagaimana Anda. Tidak semua ibu memiliki kesempatan mendidik anaknya langsung dengan belaian kasih sayang orang tuanya. Maka kesempatan ini gunakanlah dengan sebaiknya, sampai anak Anda masuk usia dewasa, yaitu empat puluh tahunnya. Nikmat itu dikumpulkannya dengan keluarga dalam ketaatan kepada Allah, di dunia dan akhirat.

 Allahu A’lam bish-shawab.

Baca juga:

×