Assalamu’alaikum Ustadz, saya mau tanya.
Saya buruh toko emas. Nah, ini saya dapet hal yang membuat saya gundah, kepikiran terus.
Permasalahannya, ada seseorang beli emas. Uangnya kelebihan Rp77.500, tetapi kata kasir saya uangnya cuma kembali Rp27.500.
Awal masalahnya, si pembeli mau tukar-tambah cincin. Cincinnya satu dijual untuk membeli cincin yang motif baru. Sudah saya hitung uangnya, yang intinya si pembeli harus menerima kembalian Rp77.500.
Berhubung kasir saya orangnya enggak mau dianggap salah, judes, sangat galak, dan teman-temannya juga sepenuhnya mendukung dia, saya enggak bisa apa-apa, Ustadz. Saya terpaksa bilang, “Maaf, salah saya kalau begitu,”.
Lalu, uang kembaliannya (dengan jumlah versi kasir) saya kasihkan ke konsumen tadi. Dia pun pergi.
Apa yang harus saya lakukan, Ustadz? Sedangkan kalau saya sampaikan ke kepala toko, enggak pernah digubris. Dan, saya rasa, teman-teman saya di toko itu juga bersekongkol dengan dia.
Tolong Ustadz, pertanyaan saya dijawab. Saya bingung sekali mau bagaimana.
JAWAB:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Bismillah…
Bekerja itu bernilai ibadah, karena dengannya kita mencari nafkah untuk bisa menghidupi keluarga. Apalagi, bagi seorang ayah selaku kepala rumah tangga.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallãhu ‘anhu, ia berkata, “Tatkala kami (para sahabat) duduk-duduk di sisi Rasulullah Saw, tiba-tiba ada seorang pemuda yang keluar dari jalan bukit. Ketika kami memperhatikannya, maka kami pun berkata, “Kalau saja pemuda ini menggunakan kekuatan dan masa mudanya untuk jihad di jalan Allah!”
Mendengar ucapan para sahabat itu, Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَمَا سَبِيلُ اللَّهِ إِلا مَنْ قُتِلَ؟ مَنْ سَعَى عَلَى وَالِدَيْهِ فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ، ومن سعى على عياله ففي سبيل الله، وَمَنْ سَعَى مكاثِرًا فَفِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ. (رواه الطبراني)
“Memangnya jihad di jalan Allah itu hanya yang terbunuh (dalam perang) saja? Siapa yang bekerja untuk menghidupi orang tuanya, maka dia di jalan Allah, siapa yang berkerja menghidupi keluarganya maka dia di jalan Allah, tapi siapa yang bekerja untuk bermewah-mewahan (memperbanyak harta) maka dia di jalan thaghut.” (H.R Thabrani)
Carilah pekerjaan yang halal dan lingkungan kerja yang baik
Bekerja tidak hanya sekedar mencari uang. Seperti yang sudah disebutkan di atas, bekerja adalah ibadah. Jika sebuah ibadah (bekerja) tidak mampu membuat kita tenang dan semakin dekat dengan Allah Subhanãhu wa Ta’ala, berarti ada yang salah dengan pekerjaan kita.
Memang benar ada tempat kerja yang kurang atau bahkan tidak mendukung kita menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, seorang mukmin hendaknya mencari pekerjaan yang bisa mendukung dirinya menjadi pribadi yang lebih islami.
Usaha Saudara untuk jujur kepada pelanggan dengan memberikan uang kembalian kepadanya adalah perbuatan yang mulia. Namun apabila Saudara tidak bisa meyakinkan teman kerja dan bos dalam hal ini, atau malah mereka tak acuh, dan kejadian serupa berulang-ulang seperti ini, maka alangkah baiknya Saudara resign (berhenti, keluar) dari tempat kerja Saudara.
Karena, lingkungan yang tidak baik tidaklah cukup untuk bisa membentuk karakter yang baik. Adakalanya, justru kita akan terpengaruh jika tidak mampu mengendalikan keadaan.
Semoga Saudara mendapat pekerjaan yang lebih baik dan mendukung nilai-nilai kebaikan, sehingga bisa menjadikan Saudara pribadi yang semakin dekat dengan Allah Subhanãhu wa Ta’ala.
Semoga bermanfaat!
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
…
(Dijawab oleh Ustadz Very Setiyawan, Lc., S.Pd.I., M.H.)
#SahabatMigran ingin berkonsultasi seputar masalah agama Islam dan persoalan kehidupan? Yuk, sampaikan pertanyaannya melalui pesan WhatsApp ke nomor +852 52982419.