DDHK.ORG – Jengkol meski berbau namun banyak disukai. Namun pertanyaannya, benarkah jengkol yang dianggap sebagian orang sebagai makanan lezat setelah diolah ini dapat menyebabkan asam urat?
Jengkol atau jering merupakan polong-polongan yang tumbuh subur di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Tumbuhan ini memiliki kulit ari yang tipis berwarna cokelat mengkilat. Jika diolah atau dimakan segar sebagai lalapan, jengkol menimbulkan bau tak sedap pada urine akibat senyawa belerang yang dikandungnya.
Jengkol menjadi hidangan favorit masyarakat Indonesia, baik disemur, digoreng, atau dicampurkan dengan sambal. Bahkan kerap diolah sebagai keripik dan steak. Rasa jengkol yang khas dengan tekstur lembut membuat ketagihan.
Dilansir dari Detik, jengkol pada dasarnya mengandung asam yang jika dilihat dengan bantuan mikroskop bentuknya seperti kristal. Jika kadarnya terlalu banyak dapat melukai pembuluh darah di ginjal dan saluran kemih. Asam jengkolat tergolong asam amino yang terbentuk di biji jengkol.
Sifatnya hampir sama dengan asam urat yang memicu penumpukan atau pengkristalan di urine dan jaringan sendi. Itu sebabnya, orang yang terlalu banyak mengonsumsi jengkol berisiko tinggi mengalami keracunan atau kerap disebut kejengkolan.
Gejalanya mirip dengan serangan asam urat dan masalah pencernaan. Terlebih, pengidap kejengkolan bisa mengalami penurunan volume urine, kencing berdarah (hematuria), dan gagal ginjal akut. Jika tidak segera ditangani, kondisinya menimbulkan berbagai komplikasi yang berujung pada kematian.
Sampai saat ini, belum ada penelitian yang menyebut batasan aman dalam mengonsumsi jengkol, namun dianjurkan tidak berlebihan. dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, ahli pencernaan dari RS Cipto Mangunkusumo, beberapa waktu lalu menyarankan pengonsumsian jengkol sebaiknya cukup satu sampai tiga buah saja.
Sebab, reaksi setiap orang berbeda-beda tergantung pada sensitivitas seseorang terhadap asam jengkolat atau djenkolic acid yang terkandung di dalam jengkol. Itulah alasannya konsumsi jengkol harus dibatasi, terlebih pada orang yang memiliki gangguan ginjal.
Menurut ahli gizi masyarakat dr Tan Shot Yen, jengkol berisiko menjadi kristal jengkolat yang bisa menyebabkan gagal ginjal apabila dikonsumsi secara berlebihan. Ini juga berlaku jika cara mengolah jengkol ini kurang sehat.
“Beda dengan jengkol, yang berisiko menjadi kristal jengkolat bisa mengakibatkan gagal ginjal,” imbuhnya.
“Yang bikin masalah justru nambah-nambah nasi, kerupuk dan sebagainya. Atau diolah dengan kurang sehat, seperti digoreng, disemur dengan banyak kecap dan sebagainya,” sambung dr Tan.
Jadi, apakah jengkol menyebabkan asam urat? Efeknya memang tidak terlalu signifikan dibanding makanan berpurin tinggi lain, seperti daging merah dan jeroan. Namun, jengkol tetap perlu dibatasi, khususnya bagi pengidap gangguan ginjal. [DDHK News]