ArtikelKonsultasi

Ini Hukum Membaca Kitab Suci Agama Lain

Assalamualaikum. Maaf Ustadz, saya mau curhat.

Majikan saya kan orang Kristen, dia tanya saya, “Kamu percaya gak sama Yesus?”

“Percaya, tapi sebagai nabi.” Saya bilang begitu.

Trus, saya disuruh membaca kitab Injil, lalu saya baca. Saya bilang paham, karena dalan Alqur’an ada diceritakan tentang Yesus atau Nabi Isa as.

Eh, malah dikira saya masuk Kristen. Demi Allah, saya membaca niatnya hanya ingin memperluas wawasan, bukan untuk menuhankan Nabi Isa as. Na’udzubillah, saya tidak ada niat menjadi Kristiani. Saya hanya meyakini Allah SWT dan Nabi Muhammad rasul utusan Allah.

Pak Ustadz, mohon pencerahannya, terimakasih.
Nb: Saya tidak ingin berdebat karena pengetahuan minim dan tak ingin juga.

JAWAB:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Bismillah…

Salah satu rukun iman adalah meyakini akan adanya Rasul-rasul (utusan-utusan) Allah. Jika tidak diyakini, maka rusaklah iman seseorang. Allah Subhanãhu wa Ta’ala berfirman:

ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَاۤ أُنزِلَ إِلَیۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَـٰۤىِٕكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَیۡنَ أَحَدࣲ مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُوا۟ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَیۡكَ ٱلۡمَصِیرُ {سُورَةُ البَقَرَةِ: ٢٨٥}

“Rasul telah beriman kepada Alqur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,” dan mereka mengatakan, “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa), “Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.” {Q.S. Al-Baqarah: 285}

Nabi Muhammad shallallãhu ‘alaihi wasallam juga pernah didatangi oleh Malaikat Jibril dalam wujud manusia lalu ditanya:

مَا الْإِيمَانُ؟

“Apakah itu iman?”

Nabi menjawab:

الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ

“Iman adalah engkau meyakini adanya Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, utusan-utusanNya, dan engkau meyakini dengan kebangkitan.” (H.R. Bukhari)

Seorang muslim harus meyakini bahwa setiap Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, hanya saja mereka dipilih Allah sebagai pengemban risalah yang harus disampaikan kepada umat manusia. Mereka adalah manusia-manusia terbaik.

Termasuk Nabi Isa ‘alaihissalam, beliau adalah manusia utusan Allah, bukan sebagai Tuhan. Tidak seperti yang diyakini oleh orang-orang Nasrani saat ini yang menganggap bahwa beliau adalah putra Allah. Na’udzu billah (kita berlindung kepada Allah).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ وَلَا تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّۗ اِنَّمَا الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُوْلُ اللّٰهِ وَكَلِمَتُهٗ ۚ اَلْقٰهَآ اِلٰى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِّنْهُ ۖفَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ وَلَا تَقُوْلُوْا ثَلٰثَةٌ ۗاِنْتَهُوْا خَيْرًا لَّكُمْ ۗ اِنَّمَا اللّٰهُ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ ۗ سُبْحٰنَهٗٓ اَنْ يَّكُوْنَ لَهٗ وَلَدٌ ۘ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا {سورة النساء: ١٧١}

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allâh kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allâh dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan dengan tiupan roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allâh dan rasul-rasul-Nya, dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga”. Berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allâh Ilaah Yang Maha Esa, Maha Suci Allâh dari mempunyai anak. Segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allâh sebagai Pemelihara.” {Q.S. An-Nisã’:171}

Dari ‘Ubadah ibnu Ash-Shamit radliyallãhu ‘anhu, berkata, ‘Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ شهِد أنْ لا إله إلا الله وحده لا شرِيك له وأنَّ محمَّدا عبده ورسُولُه، وأنَّ عِيسى عبدُ الله ورسُولُه وكَلِمَتُه أَلقَاها إِلى مريم ورُوُحٌ مِنه، والجنَّة حَقٌّ والنَّار حقٌّ، أَدْخَلَه الله الجنَّة على ما كان مِنَ العمَل (متفق عليه)

“Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, serta kalimat-Nya yang disampaikan pada Maryam dan ruh dari-Nya, juga bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya; maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, apapun amalnya.” (H.R. Bukhari Muslim)

Bagaimana dengan kitab Taurat dan Injil yang sekarang?

Taurat dan Injil adalah termasuk kitab suci yang Allah turunkan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa ‘alaihimassalam. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, kedua kitab tersebut mengalami perubahan oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.

Allah Subhanãhu wa Ta’ala berfirman:

وَإِنَّ مِنۡهُمۡ لَفَرِیقࣰا یَلۡوُۥنَ أَلۡسِنَتَهُم بِٱلۡكِتَـٰبِ لِتَحۡسَبُوهُ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَیَقُولُونَ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ وَمَا هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ وَیَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ وَهُمۡ یَعۡلَمُونَ {سُورَةُ آلِ عِمۡرَانَ: ٧٨}

“Sesungguhnya ada segolongan di antara mereka yang memutar-mutar lidahnya membaca al-Kitab, supaya kamu mengira yang dibacanya itu sebagian dari al-Kitab, padahal ia bukan dari al-Kitab dan mereka mengatakan, ‘Ini (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah’, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedangkan mereka mengetahui.” {Q.S. Ali Imran: 78}

Lalu, apa hukumnya bagi seorang muslim membaca kitab agama lain?

Dikisahkan oleh Jabir radliyallãhu ‘anhu:

أَنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطّابِ أَتى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكِتابٍ أَصابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَقالَ: يا رَسُولَ اللَّهِ، إنِّي أَصَبْتُ كِتاباً حَسَناً مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكِتابِ، قَالَ: فَغَضِبَ، وقال: (أَمُتَهَوِّكُونَ فِيها يا ابْنَ الْخَطّابِ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضاءَ نَقِيّةً، لا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ كَانَ مُوسَى حَيّاً ما وَسِعَهُ إلاّ أَنْ يَتَّبِعَنِي (رواه ابن أبي شيبة)

“Bahwasannya Umar bin Khattab radliyallãhu ‘anhu mendatangi Nabi shallallãhu ‘alaihi wasallam dengan membawa kitab yang ia dapatkan dari sebagian ahli kitab, lalu berkata: ‘ Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapat kitab yang bagus dari sebagain ahli kitab.’ Rasulullah pun marah dan bersabda: “Adakah kau bimbang padanya wahai putra Al-Khattab?! Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sungguh aku telah datang kepada kalian dengan membawa (kitab) yang putih bersih. Maka janganlah kalian bertanya kepada mereka (ahli kitab) tentang sesuatu lalu mereka memberi tahu kalian dengan suatu kebenaran lalu kalian mendustakannya, atau dengan kebatilan lalu kalian membenarkannya. Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, seandainya Musa masih hidup, maka tidak ada alasan baginya melainkan mengikutiku.” (H R. Ibnu Abi Syaibah)

Sebenarnya masih banyak waktu yang lebih bermanfaat yang bisa digunakan seorang muslim dalam mengisi waktu-waktunya, termasuk membaca Alqur’an, hadits-hadits Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wasallam, atau buku-buku bermanfaat lainnya. Bahkan seandainya seumur hidupnya ia habiskan dengan membaca buku yang bermanfaat, maka tidak akan seluruhnya bisa terbaca.

Yang dikhawatirkan, membaca kitab agama lain adalah adanya kemungkinan terpengaruh dengan akidah mereka yang sebenarnya menyimpang dari akidah Islam. Sehingga Ulama melarang hal tersebut.

Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah berkata:

“يحرم على غير عالم متبحر مطالعة توراة عَلِمَ تبديلها أو شكَّ فيه”

“Dilarang bagi siapapun selain ulama yang berpengetahuan untuk membaca Taurat jika dia tahu bahwa itu telah berubah atau ragu terhadapnya.” (Tuhfatul muhtaj 1/178)

Jika ada seorang muslim yang sudah terlanjur pernah membaca kitab lain seperti Injil, Taurat, atau kitab agama lainnya, maka jika tidak hajat dan didampingi oleh ahlinya (ulama), maka janganlah ia mengulang untuk membacanya lagi.

Semoga Allah Subhanãhu wa Ta’ala senantiasa menjaga iman Islam kita, hingga menghadap-Nya dalam keadaan husnul khatimah, amin.

Semoga bermanfaat.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

(Dijawab oleh Ustadz Very Setiyawan, Lc., S.Pd.I., M.H.)

#SahabatMigran ingin berkonsultasi seputar masalah agama Islam dan persoalan kehidupan? Yuk, sampaikan pertanyaannya melalui pesan WhatsApp ke nomor +852 52982419.

Baca juga:

×