Info DD

Pengadilan Kashmir Usir Misionaris Kristen

Pemandangan tak lazim: Muslimah Kashmir berkerudung ada di dalam gereja.*Pengadilan Kashmir mengusir empat pendeta Kristen atas tuduhan menggunakan uang (suap) untuk membujuk anak-anak muda Muslim Kashmir masuk agama Kristen. Perintah pengadilan itu memicu kontroversi yang panas di provinsi berpenduduk mayoritas Muslim yang dikuasai India itu.

“Meminta beberapa orang untuk meninggalkan negara ini bukanlah solusi untuk mengatasi pemurtadan,” kata Ketua Konferensi Hurriyat, Syed Ali Shah Geelani, dalam sebuah pernyataan dari New Delhi India sebagaimaa dilaporkan Kashmir Times. “Saya tidak mendukung keputusan yang diambil oleh pengadilan syariah yang mengusir beberapa orang yang didakwah berperan dalam pemurtadan.”

Kontroversi dimulai akhir tahun lalu, ketika video yang di-upload di youtube menunjukkan seorang pendeta membaptis anak laki-laki Muslim Kashmir. Para pendeta Kristen dituduh menyuap kalangan pemudan dan anak-anak Muslim Kashmir agar pindak ke agama Kristen.

Akibatnya, pengadilan syariah Kashmir yang dikeluarkan 19 Januari 2012 memerintahkan empat pendeta Kristen untuk meninggalkan propinsi tersebut. Pengadilan menyatakan keempat pendeta itu –CM Khanna, Gayoor Massi, Chandra Kanta, dan Jim Borst— terbukti bersalah dan melarang mereka memasuki wilayah Kashmir.

Pengadilan juga mendesak pemerintah Kashmir untuk mengambil alih pengelolaan sekolah misionaris, selain memantau kegiatan mereka.

Geelani mengatakan, setiap Muslim wajib melindungi anggota komunitas minoritas. “Kaum Muslim harus melindungi agama mereka sendiri; mengusir orang dari Kashmir bukan solusi untuk masalah ini (pemurtadan),” kata Geelani.

Menurut pihak gereja, hanya ada 400 orang atau lebih yang beragama Kristen di Kashmir. Angka itu diperdebatkan secara sengit oleh umat Islam yang bersikeras bahwa sekitar 20.000 Muslim Kashmir telah menjadi Kristen selama dua dekade terakhir.

Geelani  yang merupakan politisi Kashmir terkemuka, mengakui beberapa orang Kristen melaksanakan misi Kristenisasi di Kashmir, seraya menyerukan lembaga-lembaga Islam menawarkan pendidikan moral kepada kaum muda Muslim.

“Kita perlu mendirikan lembaga pendidikan yang akan didasarkan pada Islam dan siswa dapat diberikan pendidikan moral,” kata Geelani. “Masalah dasar kami adalah pekerjaan dan kita perlu fokus pada hal itu,” imbuhnya.

Pihak pengadilan membantah tuduhan Geelani dan mengatakan ia memutarbalikkan fakta untuk kepentingan politiknya. “Beberapa tahun lalu, ketika Bihari ditemukan terlibat dalam praktik tidak bermoral, Geelani adalah yang pertama mengatakan bahwa mereka tidak akan diizinkan masuk Kashmir. Kami juga sama, melarang beberapa orang Kristen untuk menyebarkan amoral di kalangan Muslim Kashmir,” kata juru bicara pengadilan, Ayaz Ahmad.

Wilayah Kashmir dibagi menjadi dua bagian dan diperintah oleh India dan Pakistan. Pakistan dan PBB mengembalikan hak menentukan nasib sendiri kepada rakyat Kashmir, namun ditentang New Delhi. (Mel/Onislam.net).*

Baca juga:

×