Majelis Taklim Sabtu Taipo Bahas Masalah Kematian
Orang yang cerdas adalah yang pandai mengendalikan nafsunya, orang yang selalu ingat kematian, yang pandai mempersiapkan diri untuk kematian, dan mencari bekal untuk kematian. Orang yang bodoh orang yang berangan-angan panjang sehingga dia mementingkan hawa nafsunya.
Demikian dikemukakan Ust. Sarwo Edi alias Abu Saddan dalam mengawali tausiyahnya di Majelis Taklim Sabtu Tai Po BMI Hong Kong, Sabtu 21 Januari 2012, di Jembatan Tai Po Cungsam/Centre dari jam 1.30 sampai Ashar.
Ustadz Abu Saddan, yang dikenal sebagai praktisi Tribun Nabawi, trainer pengembangan diri, dan instruktur Out Bond Training ini, juga mengutip hadits Rasulullah Saw yang menegaskan dua kenikmatan yang sering menipu atau melalaikan kebanyakan manusia, yaitu waktu sehat dan waktu luang.
Ia menegaskan, kematian itu senantiasa akan terus membuntuti kita ke mana pun kita pergi. Itu semua sudah manjadi rahasia Allah Swt.
“Ada tiga hal yang mengantarkan kita ke kubur, yaitu amal, keluarga, dan harta. Keluarga dan harta meninggalkan kita. Amallah yang akan menemani kita nanti.”
Sakarat itu, kata Ust. Abu Saddan, sakitnya luar biasa. Ketika orang itu mati, rohnya langsung dibawa ke langit, dihadapkan kepad Allah, maka penghuni langit mengatakan, kalau orang ini sholeh, maka ia menyambutnya sambil berkata “selamat datang wahai kekasih Allah” dan baunya wangi sekali. Setelah itu dikembalikan kepad jasadnya.
Setelah itu datang dua malaikat dan bertanya, “Apa yang kamu ketahui tentang Muhammad?” Maka dia menjawab, Nabi Muhammad adalah nabi dan utusan Allah, maka malaikat menyingkapkan neraka dan memperlihatkan surga.
Tetapi bila yang mati orang yang tidak sholeh, baunya busuk. Dibangunkan dengan kasar dengan dibangunkan dua malaikat dan bertanya, “Apa yg kamu ketahui tentang Muhammad?” Kalau dia tidak bisa menjawab, maka dipukul dengan besi panas dari neraka, maka dia menjerit sangat melengking sampai seluruh makhluk di dunia dan di langit mendengarnya kecuali manusia. Maka malaikat memperlihatkan neraka.
Yang dibangkitkan pertamakali adalah Rasulullah Saw. Maka datanglah tiga malaikat, malaikat Isrofil membawakan baju dari surga, malaikat Izroil membawakan mahkota, dan malaikat Jibril membawa kendaraan berupa Buroq. Lalu Nabi Muhammad menanyakan umatnya, lalu beliau menangis. Betapa Rasulullah sangat menghawatirkan umatnya karena banyak yang lalai.
Kalau kita mengingat kematian, mungkin senyum saja tidak bisa, makan tak terasa enak dan tidak nyaman, karena kematian menghapus segala kenikmatan dunia.
Bagaimana agar kita termasuk orang yang dicintai Allah, QS. Al-Maidah:54 menyebutkan, ada empat karakter orang yang dicintai Allah dan mencintai Allah.
Mereka itu bersifat lemah-lembut kepada sesama mukmin, saling menjaga kehormatan atau tidak membicarakan aib orang lain, senantiasa empati atau mau peduli dengan saudaranya atau membahagiakan saudara, dan mereka tidak takut kepada orang yang suka mencela.
Dikemukakannya pula, Allah Swt akan menurunkan cahaya kepada mereka yang gemar membaca Al-Qur’an untuk menerangi hati kita dan terus menerangi kehidupan kita. “Jika di suatu tempat di bumi Allah berkumpul hamba-hamba-Nya untuk menyebut Asma Allah dan berdzikir, maka Allah menurunkan ketenangan dalam hati mereka dan mengutus malaikatnya untuk hadir di situ,” katanya. (Lutfiana Wakhid/ddhongkong.org).*