ArtikelHikmah

Hakikat Ziarah Kubur

Hakikat Ziarah Kubur

Oleh Ustadzah Nur Hamidah, Lc., M.Ag.

Disampaikan pada Kajian Online Halaqoh Ibu-Ibu Ekspatriat Hong Kong, Selasa, 8 Desember 2020

DDHK.ORG – Manusia ketika diberikan kesempatan oleh Allah untuk hidup, sesungguhnya dia akan menjalani 4 alam kehidupan. Perlu kita ketahui, saat ini kita sedang hidup di periode ke berapa dan alam kubur ada di periode ke berapa.

Hakikat ziarah kubur, tidak sekadar kita bekunjung untuk mengenang keluarga yang sudah wafat. Melainkan pada hakikatnya, ziarah kubur itu bermanfaat buat kita yang melakukannya. Di antaranya, kita tau bahwa setiap kita akan menjalani 4 alam kehidupan, di mana setiap alam ada karakteristiknya dan kehidupan dengan hakikat pertanggungajwaban yang berbeda-beda.

Pertama, alam rahim. Kehidupan di alam rahim disebutkan dalam QS. Al-Hajj ayat 5.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ۖ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”

Setelah jasad manusia ditiupkan ruh di alam rahim pada usia 120 hari sebelum ditentukan takdir, ada perjanjian dengan Allah SWT. Bunyi perjanjian itu dapat kita baca di QS. Al-A’raf: 172.

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”

Allah Menetapkan Takdir

Waktu di dalam rahim, yang melakukan perjanjian dan pengakuan adalah ruh dan jasad. Maka setelah itu Allah menetapkan takdir, yang baik dan yang buruk, takdir qadla dan takdir qadar.

Takdir qadla, berarti ketika Allah menuliskan takdir ini, dengan sifat Allah, Al-Qadli. Dengn begitu, takdir qadla adalah takdir yang tidak bisa diganggu gugat. Semua hanya boleh menerima dan menjalaninya. Yaitu, ajal (kapan kita mati), jasad (laki atau perempuan), dan nasab (ini akan terkait status hukum atas manusia: seperti hukum waris dan perkawinan).

Takdir qadar, semuanya sudah ditetapkan sejak manusia berumur 120 hari di dalam kandungan, tapi proses penetapannya dengan sifat Allah, Al-Qadir. Semuanya sama-sama ketetapan Allah, tapi ada ketetapan berdasarkan keputusan, ada ketetapan berdasarkan ketentuan.

Dengan takdir qadar, Allah membuat ketentuan dan kebijakan (SOP). Manusia lah yang memilih, apakah akan mengikuti SOP itu atau tidak. Diantaranya, rejeki, diturunkan atau ditahan, tergantung bagaimana perilaku manusia, apakah menjemput atau tidak rejekinya, apakah dia ambil jalan untuk mendapatkan rejeki secara barokah atau tidak.

Takdir qadar lainnya, jodoh. SOP-nya, tiap orang punya jodoh, tapi ada prosesnya yang harus dilalui. Begitu juga nasib, apakah akan baik dan buruk.

Termasuk, surga dan neraka. Allah memberikan pilihan. Tinggal, manusia memilih takdir yang mana. Semua tergantung pilihan manusia.

Setelah dilahirkan ibunya, masa hidup seorang manusia di alam rahim berakhir dan memasuki alam dunia. Begitu di alam dunia, manusia hidup dengan alam berbeda. Ruh dan jasad yang yang hidup di alam dunia ini adalah ruh dan jasad yang pernah melakukan pernjanjian dengan Allah saat masih di alam rahim. Apakah manusia komitmen atau tidak dengan peejanjian itu dapat dibuktikan di alam dunia.

Hal ini seperti difirmankan Allah di QS. Al-Mulk ayat 2:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Maka jika ada suka-duka, sakit-sehat, miskin-kaya di kehidupan alam dunia, itu hanya proses kompetisi saja, untuk menunjukkan apakah manusia masih komitmen untuk mau diatur Allah atau tidak. Namun apapun kondisinya, semua ada petunjuknya, tinggal manusia mau mengikutinya atau tidak.

Alam dunia ada batasnya. Akan berakhir dengan ditandai malaikat Izrail menyerahkan nyawa seorang manusia kepada malaikat Munkar dan Nakir. Sejak itu manusia memasuki alam barzakh atau alam kubur dan tak akan bisa hidup lagi di alam dunia, apapun negosiasinya, meskipun berjanji untuk berbuat baik. Dengan begitu, siapa yang mempercayai ada orang yang mati suri, ruh gentayangan, tergolong kafir, karena mengingkari malaikat Mukar dan Nakir, serta mengingkari Al-Qur’an dan bahkan mengingkari Allah.

Allah berfirman dalam QS. Al-Mu’minun ayat 99-100:

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ٱرْجِعُونِ

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),”

لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.”

Di alam kubur (barzakh), manusia hidup ruh dan jasadnya, masih yang sama dengan ruh dan jasad yang hidup di alam dunia dan alam rahim. Namun di sini ada khilafiyah. Ada pula yang berpendapat hanya ruh saja.

Soal makna barzakh, dapat kita lihat di QS. Ar-Rahman, ayat 19-20:

مَرَجَ ٱلْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,”

بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيَانِ

“Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”

Perumpamaan di ayat ini diberikan Allah, agar manusia memahami bahwa kita bisa melihat jasad orang yang sudah mati, seperti jasad Fir’aun, namun penglihatan manusia hidup di dunia tidak bisa menembus apa yang dialami jasad tersebut. Ruh dan jasad yang hidup di alam barzakh akan merasakan kehidupan yang berbeda dengan kehidupan ruh dan jasad di alam dunia. Termasuk, ketika masih di alam rahim, mereka mengalami kehidupan, bisa merasakan kebahagiaan dan kesedihan.

Alam barzakh juga tidak abadi. Akan berakhir ketika malaikat Israfil meniup sangkakala kedua. Kemudian manusia, dengan ruh dan jasad yang sama, akan dibangkitkan dan dikumpulkan di padang mahsyar.

Allah berfirman di QS. Fushshilat ayat 19-22:

وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ

“Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya.”

حَتَّىٰ إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.”

وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا ۖ قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Dan mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan”.”

وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ

“Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.”

Ayat ini menjadi dalil bahwa ketika semorang manusia mengalami siksaan di alam kubur maka dia masih dengan ruh dan jasad yang sama.

Manfaat Ziarah Kubur unntuk Siapa?

Maka ziarah kubur pada hakikatnya bukan sekadar mengirim doa untuk para almarhum. Karena tanpa ziarah kubur pun, mengirimkan doa bisa saja. Ziarah kubur juga bukan menjadi standard bakti atau durhakanya anak kepada orang tua. Sebab, banyak orang yang meninggal dunia dan tidak diketahui kuburnya di mana.

Mendoakan almarhum dan ziarah kubur adalah dua hal berbeda. Doa untuk ahli kubur, bisa dilakukan kapan dan dimanapun. Dengan begitu, ziarah kubur pada hakikatnya manfaatnya buat kita yang melakukannya. Untuk mengenang, bahwa itu itulah rumah dan kehidupan kita di masa depan, setelah mati.

Pakaian yang dilucuti dari tubuhnya akan diganti dengan beberapa helai kain kafan, tanpa aksesori. Dan, apakah di alam kubur kelak kita akan diberikan pakaian yang indah dan ditemani teman yang indah, itu semua tergantung dari kehidupan di dunia, tergantung persiapan kita ketika masih hidup di alam dunia.

Jadi, ziarah kubur manfaatnya bukan untuk orang yang meninggal dunia, tapi untuk kita yang masih hidup di dunia.

Apakah kita akan husnul-khotimah atau su-ul-khotimah, itu semua tergantung pilihan kita, sukanya berbuat baik atau berbuat maksiat. Malaikat mana yang akan datang untuk mengeksekusi pencabutan nyawa kita tergantung status kematian kita.

Nama-nama malaikatnya ada di surat An-Nazi’at. Nazi’at adalah nama malaikat pencabut nyawa dengan keras untuk mencabut nyawa manusia yang suka berbuat maksiat. Sedangkan malaikat pencabut nyawa dengan lembut bernama Nasyitot.

Pilihan kematian ini juga menyangkut seperti apa kehidupan manusia di alam kubur.

Allah mengingatkan, adakalanya orang yang masih hidup bisa berinteraksi dan bekomunikasi dengan orang yang sudah meninggal dunia. Kapan itu bisa terjadi?

Allah berfirman di QS Az-Zumar ayat 42:

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”

Berarti, interaksi itu terjadi lewat mimpi saat tidur. Artinya pula, kalau kita yang masih hidup melihat orang yang sudah meninggal di saat tidak tidur, berarti itu adalah penampakan jin atau setan.

Maka, jangan jadikan ziarah kubur sebagai kewajiban. Rasulullah saw pernah bersabda, agar umatnya tidak melarang orang melakukan ziarah kubur. Namun, memerintahkan untuk melakuannya juga tidak. Yang kemudian menjadi pertimbangan melakukan ziarah kubur atau tidak, manfaat dan mudharatnya. [DDHK News]

Baca juga:

×