Info DD

Berpidato Campur Bahasa Inggris, Presiden SBY Ditertawakan

Presiden SBY kerap membumbui pidatonya dengan istilah-istilah Inggris. Pidato SBY setelah membuka perdagangan hari pertama tahun 2011 di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (3/1 bisa digolongkan yang paling meriah “English gado-gadonya.”

Dalam pidato tersebut, kalimat-kalimat bahasa Inggris disertai dengan terjemahan bahasa Indonesia yang justru membuat para pendengarnya bingung.

Dalam tiga puluh menit pertama saja, atau sebelum dimulainya dialog dengan para investor, SBY menggunakan 24 frasa berbahasa Inggris. Itu artinya, hampir tiap satu menit, SBY mencampuri pidatonya dengan bahasa Inggris.

“Dalam melakukan evaluasi, kita harus merujuk pada parameter dan ukuran yang jelas. Correct measurement,” kata SBY pada awal sambutannya.

“Pemulihan ekonomi untuk menjaga kesejahteraan rakyat, atau dengan bahasa bebas saya katakan, minimizing the impact of the global economic crisis,” ucap SBY yang ketika menjadi Menkopolkam pada 2003 pernah mendapat penghargaan sebagai pejabat negara berbahasa lisan Indonesia terbaik itu.

Karena penggunaan bahasa Inggris yang terlalu banyak, di lantai I Gedung II Bursa Efek Indonesia, para awak media yang meliput acara ini pun jadi malas untuk mencatatnya. Ada yang senyum-senyum, namun tak sedikit yang tertawa-tawa begitu mendengar Presiden menyelipkan istilah-istilah Inggris itu. Para wartawan mulai gaduh mendengarkan “kegenitan” presidennya.

Seorang orang anggota Paspampres akhirnya menegur wartawan. “Kurang keras tertawanya!” kata seorang anggota Paspampres, yang menegur dengan tidak langsung. Selain dua orang Paspampres berpakaian batik, ada pula seorang tentara berpakaian Polisi Militer yang menjaga para jurnalis.

Meski sudah ditegur, para wartawan tetap sulit menahan tawa. Karena, belum lama menyimak, SBY kembali mengungkapkan kata-kata dalam bahasa Inggris, yang sebenarnya sudah cukup jelas istilah Indonesianya. “Insya Allah tahun 2010 ini kita bisa mencapai (pertumbuhan ekonomi) enam persen, close to six percent,” kata Presiden.

Anggota Paspampres lantas memperbesar volume radio komunikasinya. Dia memperdengarkan kemarahan komandannya atas kegaduhan di tempat duduk wartawan. “Itu suruh diam! Kedengaran dari sini,” hardik sang komandan dari seberang. Saat pembukaan BEI, para wartawan tulis sebenarnya berada di lantai 1 yang sebenarnya cukup jauh dari tempat SBY berpidato di lantai dasar.

Setelah ditegur kembali, suasana di ruangan peliputan kembali hening. SBY lantas menjelaskan faktor-faktor yang bisa menggagalkan akselerasi pertumbuhan ekonomi. Salah satunya adalah krisis ekonomi dunia yang bisa datang kapan pun. Dia mengatakan, sebelum krisis datang tahun 2008, tidak ada yang mengira akan terjadi krisis. “Semua proyeksi, semua estimate, di semua negara bagus, global economy will grow.”

“Tidak ada yang meramalkan (akan terjadi krisis), semuanya everything is nice!” Para wartawan kembali tak bisa menahan tawa. Si anggota Paspampres pun hanya geleng-geleng kepala.

Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
Menanggapi English gado-gado dalam pidato Priesiden SBY, Wakil Ketua DPR Pramono Anung meminta presiden dan para pejabar negara lainnya agar memakai bahasa Indonesia resmi saat pidato kenegaraan.

“Dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 sudah jelas bahwa mewajibkan pejabat negara dalam memberikan sambutan resmi menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar,” ujar Pramono saat ditemui di gedung DPR, Jakarta, Selasa (4/1).

Mantan sekjen PDI Perjuangan tersebut juga menyindir SBY yang gemar memakai Bahasa Inggris dalam pidatonya. “Tidak usah ini dijadikan pro dan kontra, yang penting harapannya dalam pidato resmi harus gunakan bahasa Indonesia,” tandasnya.

Penjelas
Juru Bicara Presiden Bidang Hubungan Internasional, Teuku Faizasyah, meminta masyarakat melihat substansi pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketimbang istilah-istilah asing yang digunakannya.

“Kita lihat substansinya. Jangan substansinya menjadi terabaikan oleh penggunaan istilah-istilah yang mungkin dari sisi fungsinya lebih untuk memberikan aksentuasi dalam makna dari pidato itu sendiri,” kata Faiza.

Faiza melihat penggunaan bahasa asing sebagai aksentuasi, penekanan, pada hal-hal yang konsepnya sudah diterima secara umum karena diambil dari bahasa Inggris.

“Saya juga memaklumi bahwa di BEI, lingkupnya juga khalayak yang lebih luas. Perlu penekanan agar pemahaman bisa lebih diterima dan dipahami,” katanya. [JPPN/KOMPAS]

Baca juga:

×