ArtikelHikmah

Berfikirlah Sebelum Bermaksiat

Oleh: Ustadz Talqis Nurdianto, Lc., MA. [Kandidat Gelar PhD Universiti Sains Islam Malaysia]

ANDAIKAN kita mau berfikir terlebih dulu sebelum bermaksiat, maka tidak akan berani melakukan maksiat itu, kapan dan di mana pun. Kenapa kita masih terjerumus pada kejahatan dan kemaksiatan? Karena kita malas memikirkan akibat dari maksiat yang akan dikerjakan. Melainkan, hanya berfikir bagaimana kemaksiatan yang akan dikerjakan tidak diketahui orang lain sehingga ia tampil di depan manusia seperti tidak bermaksiat.

Inilah sebabnya kita melalaikan salah satu pesan dalam al-Quran, yaitu agar mau berpikir. Lebih kurang 14 kali dalam ak-Qur’an Allah mengingatkan kita untuk menggunakan pikiran. Saat kita akan mengerjakan ibadah, amal shalih, dan kebaikan lainnya harus disertai dengan ilmu, sebagai buah dari berfikir. Supaya kebaikan itu benar-benar diterima Allah dan tidak sia-sia. Berpikir bagaimana mengerjakannya dari awal sampai selesai dan balasan apa yang Allah siapkan bagi pelakunya.

Tidak ada satu pun kebaikan yang kita kerjakan sesuai petunjuk Nabi Muhammad SAW kecuali Allah sudah siapkan pahalanya, baik pahala itu diberikan ketika di dunia maupun di akhirat. Dengan membaca satu huruf al-Quran saja Allah siapkan sepuluh kebaikan. Orang yang membaca al-Quran dengan terbata-bata dikarenakan belajar membacanya, Allah siapkan dua pahala kebaikan atasnya.

Kebaikan yang kita lakukan akan berbuah kebaikan juga. Hal ini mendorong kita untuk terus melakukan kebaikan, karena kita berfikir bahwa Allah siapkan pahala dari setiap kebaikan yang dikerjakan. Bagaimana dengan kemaksiatan? Setiap kemaksiatan, kejahatan, perbuatan haram yang terlaksana maka balasan mengerikan menanti pelakunya.

Adanya perbuatan itu dilarang karena kehancuran mengintai pelakunya. Mengkonsumsi khamr dan bermain judi dilarang karena mudharat lebih besar dari manfaatnya (QS. Al-Baqarah: 219). Dalam keadaan mabuk, orang bisa meninggalkan shalat fardlu, berzina, dan membunuh, serta terjadi kekerasan dalam rumah tangganya.

Penjudi, sekali menang akan ketagihan ikut terus menerus, sedangkan yang kalah menyisakan penasaran sampai ia menang. Berapa hutang yang menjerat dirinya? Tidak mampu membayar hutang karena judi, keluarga jadi korbannya. Masyarakat menanggung malu salah seorang anggotanya.

Akibat mengumpat dan mencela orang lain, ia dilemparkan ke dalam neraka Huthamah, yang apinya membakar sampai hatinya sehingga ia mampu merasakan sakitnya hati terbakar sebagaimana perasaan korban dari umpatan dan celaannya. Belum lagi disertai dengan ghibah yang mampu melenyapkan pahala kebaikan selama di dunia.

Orang yang sengaja meninggalkan shalat, tidak bertobat, terus menerus melakukannya karena merasa aman, sesungguhnya ia di bawah pengawasan Allah dan Dia mampu menimpakan kemalangan atau mengurangi sedikit nikmat sehat dan nikmat rezeki dengan dibumbui kesusahan hidup di siang harinya, sehingga dekat dengan kemaksiatan lainnya, sebagaimana fungsi shalat itu (QS. Al-Ankabut: 45).

Dengan demikian, malulah seorang Muslim ketika Allah memberinya nikmat sehat dibalas dengan kemasiatan, diberi nikmat rezeki dan berkumpul dengan keluarga dibalas dengan kemasiatan, diberinya kemudahan dalam pekerjaan tapi dibalas dengan kemaksiatan, baik sembunyi maupun terang-terangan.

Semoga kita diberi kekuatan untuk menjauhi kemaksiatan, apapun bentuk perbuatannya, dan bersemangat melakukan amal shalih di dunia ini sebagai wujud kesyukuran kepada Allah atas nikma-nikmat yang diberikan. Allahu a’lam bish shawab.

Semoga Bermanfaat!

sumber foto : kisahhikmah.com

Baca juga:

×