Info DD

Wirausaha BMI Hong Kong: Yati Dukung Suami Ternak Burung Puyuh

bmi wirausahaBurung Puyuh yang hidupnya liar di hutan, kebun, atau sawah ternyata bisa dijadikan hewan ternak dan pemeliharaannya tidak sulit, malah cendrung sangat menguntungkan. Hal tersebut dikatakan oleh Kusnan alias Gendut, peternak Burung Puyuh asal Madiun, Jawa Timur.

“Ternak Burung Puyuh ini ada dua macam, yaitu Burung Puyuh Pedaging dan Burung Puyuh Petelur. Sebagai usaha sampingan, saya lebih suka memilih ternak Burung Puyuh  yang petelur sebab modal awalnya juga tidak terlalu banyak, tempat pemeliharaannya juga bisa di halaman rumah dan bisa dilakukan atau di kerjakan oleh anggota keluarga sendiri” katanya.

Menurut cerita Kusnan yang sering disapa Pak Gendut, sebelum menekuni usaha ternak Burung Puyuh jenis petelur ini, awalnya ia hanya mencoba-coba usaha tersebut atas saran dari temannya di tahun 2009, namun sempat terhenti karena waktu itu di Indonesia khususnya di Jawa Timur  ramai sekali  dengan wabah penyakit flu burung.

“Setelah mencoba-coba ternak Burung Puyuh Petelur (Gema dalam bahasa Jawa) serta sempat terhenti  karena adanya wabah penyakit flu burung, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan usaha itu kembali. Modal usaha tersebut dari istri saya yang menjadi Buruh Migran Indonesia di Hong Kong (BMI HK), yaitu Karyati atau yang akrab dengan  sebutan Bunda Yati (anggota Majelis Bunda Muslimah Hang Hau),” katanya.

Burung Puyuh Petelur yang dipelihara Pak Gendut ini  jumlah awalnya hanya sedikit, yaitu 500 ekor. Namun, karena terus disuntik modal oleh sang istri tercinta, jumlah ternaknya saat ini menjadi 2000 ekor Burung Puyuh.

Ia memulai usaha tersebut dari nol, yaitu dari usia itik Gema atau bibit Burung Puyuh Penelur berusia 5 hari. Setelah melalui proses pengopenan hingga bibit siap naik ke kandang tempat bertelur pada usia 25 hari dan Burung Puyuh Penelur itu mulai produktif saat berusia 78 hari.

“Untuk 1000 ekor Itik Gema modal yang harus saya keluarkan saat itu hanya delapan juta itu pun sudah termasuk kandang, peralatan makan dan minum ternaknya lengkap. Sedangkan untuk pakannya serta obat-obatannya dibeli sendiri dari toko yang menyediakan peralatan ternak. Cara pemeliharaan ternak juga harus benar, Itik Gema tidak boleh telat air atau makannnya supaya tidak mati atau hasil produksinya menurun”, katanya.

Detail ukuran kandang yang baik yaitu luas 1×3 meter dengan tinggi 80 cm untuk 250 ekor Itik Gema. “Untuk tempat ternaknya saya tempatkan di belakang rumah  dengan jarak tujuh meter dari rumah. Gubug atau kandang ternaknya harus berventilasi bagus dan tembus sinar matahari serta jauh dari kebisingan lingkungan sekitar. Kandang juga harus dibersihkan setiap hari dan disemprot dengan antibiotik seminggu dua kali,” paparnya.

bmi wirausaha 1Seribu ekor Itik Gema tersebut membutuhkan makanan per harinya bisa sampai 16 kiloan dan harga pakan saat ini Rp 4000 per hari. Sedangkan untuk 1000 ekor Burung Puyuh bisa menghasilkan telor sekitar 7-8 Kg per harinya. Keuntungan yang biasanya beliau peroleh juga bervariasi tergantung dari hasil produksi, permintaan pasar dan harga yang berlaku di pasaran.

“Pesanan paling ramai itu kalau mau lebaran, hari-hari besar nasional atau musim hajatan bisa mencapai Rp 24.000/kg. Kalau sehari-harinya biasanya ada pengepul atau agen serta pedagang pasar yang datang untuk mengambil telor dan memasarkannya. Keuntungan bukan hanya di dapat dari hasil produksinya saja tapi juga dari limbah atau kotorannya”, tuturnya.

Dengan dibantu oleh anak semata wayangnya, yaitu Denis Juan Ariyanto (Kelas 3 STM), setiap pagi ia mengumpulkan Telek Itik Gema (Kotoran) itu untuk dijadikan kompos atau pupuk alami, yaitu dengan cara langsung di taburkan ke sawah supaya cepat larut di air dan terserap ke dalam tanah.

“Alhamdulilah, hasilnya tanah sawah subur, tanaman padinya bagus, dan hasil padinya pun terbukti lebih bagus dari segi bobot serta kualitasnya beda jauh dengan hasil panen sebelumnya,” paparnya.

Ia menambahkan tentang bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dialami saat memulai bisnis tersebut. Sebagai contoh, saat musim penghujan Gema tidak boleh kedinginan karena kalau kedinginan biasanya kalau ngak mati ya Burung Puyuhnya tidak mau makan dan tidak bisa produktif, kalau sudah begitu tempat atau kandang Itiknya harus selalu dalam kondisi hangat. Supaya hasil telornya bagus setiap pagi ternaknya harus diberi minuman yang mengandung vitamin.

Saat malam tiba kandang juga harus kita cek untuk memastikan tidak ada binatang seperti Tikus dan Kucing yang mengganggu. Kalau terganggu dengan binatang-binatang liar atau lingkungannya bising bisa menyebabkan Burung Puyuhnya stress, tidak mau makan atau minum. Malam hari pastikan ada air dan makanan di kandang cukup atau tidak. Jika kondisi terganggu, stress dan tidak mau makan maka tidak akan menghasilkan telor bahkan Burung Puyuh terancam mati. Kandang juga harus seteril supaya tempat tidak bau dan penyakitan.

Ia juga berharap dengan mengelola usaha tersebut, uang hasil kerja istrinya di Hong Kong tidak sia-sia selama ini.

“Rumah sudah ada, anak sudah besar dan usaha sampingan juga sudah punya, mau apalagi coba kalau terus kerja di luar negeri kan kasihan istri? Semoga istri saya bisa cepat pulang dan semoga juga usaha saya ini bisa menjadi contoh yang baik untuk memotivasi para suami atau keluarga rekan-rekan nakerwan di mana pun berada,” pungkasnya. (Tati Tia Surati/localhost/project/personal/ddhongkong.org/ddhongkong.org).*

Baca juga:

×