Ribuan Muslim Afrika Tengah Mengungsi
DDHK News, Afrika Tengah — Karena kekerasan meningkat di Republik Afrika Tengah (CAR), puluhan ribu Muslim telah tiba di Chad, meninggalkan negeri mereka untuk menyelamatkan diri dari pembunuhan, penjarahan dan pelecehan oleh milisi Kristen bersenjata.
Selama beberapa minggu terakhir, ribuan Muslim sipil yang ketakutan melarikan diri untuk menyelamatkan hidup mereka dari usaha pembunuhan, penjarahan dan pelecehan seksual oleh milisi bersenjata dari mayoritas Kristen di kota itu. Amnesty International mengatakan ada upaya pembersihan etnis Muslim.
“Saya bertemu dengan seorang kakak dan adik, keduanya berusia 60-an, yang tiba di Bitoye dengan berjalan kaki,” Anthony Thouvenin, koordinator Médecins Sans Frontières (MSF) atau dokter tanpa batas di proyek darurat di perbatasan Chad-CAR.
“Suami-istri dan anak-anak mereka tewas dan mereka berhasil melarikan diri bersama-sama ke Chad.”
Organisasi medis internasional, Medecins Sans Frontieres (Dokter Tanpa Batas) memperingatkan dari situasi yang tidak baik bagi pengungsi Muslim di Chad, terutama wanita dan anak-anak.
Menurut organisasi tersebut, sekitar 35.000 pengungsi telah mengalami perjalanan melelahkan ke Chad, bepergian dengan truk dan berjalan kaki sepanjang ratusan kilometer.
“Di Bitoye, sebagian besar pengungsi dan orang-orang Chad yang pulang berasal dari Bocaranga atau Paoua,” kata Thouvenin.
“Kebanyakan adalah wanita. Mereka yang memiliki uang datang naik truk, dengan sedikit barang bawaan, dan yang lainnya berjalan kaki. Mereka tidak memiliki apa-apa. Terdapat juga 50 anak-anak yang datang sendirian.”
Sesampainya di perbatasan Chad, pengungsi yang sangat kelelahan menghadapi kelaparan dan penyakit.
Di Bitoye, sekitar 10 kilometer dari perbatasan Republik Afrika Tengah, pengungsi membuat tempat perlindungan di bawah pohon mangga.
Koordinator MSF di Bitoye mengatakan, “Dalam tiga hari, tim medis kami telah melihat 19 anak-anak menderita malnutrisi akut yang parah.”
“Penyakit yang utama adalah malaria, diare dan infeksi saluran pernapasan,” kata Thouvenin.
“Sepanjang jalan, orang begitu berdesakan dalam truk yang beberapa di antaranya jatuh dan mengalami patah tulang.
Satu-satunya rumah sakit terdekat berjarak 2.5 jam perjalanan dari Bitoye. “Rumah sakit ini dibanjiri pengungsi dan orang-orang yang kembali,” laporan Thouvenin. (mel/onislam.net/muslimdaily.net/rol/localhost/project/personal/ddhongkong.org/ddhongkong.org).*