ArtikelHikmah

Islamnya Sammamah: Tawanan Rakus yang Kaya

Oleh: Ustadz Talqis Nurdianto, Lc., MA. [Kandidat Gelar PhD Universiti Sains Islam Malaysia]

SERUAN untuk berdakwah bagi kaum muslimin selalu melekat dalam dirinya, kapanpun dan di manapun, yang tentunya dengan cara yang baik (hikmah), memberi nasihat yang baik tidak menggurui, dan apabila terpaksa mendebatnya maka dengan cara yang baik pula, sebagaimana perintah dalam QS. An-Nahl: 125.

Sejak anak muslim memasuki usia baligh, perintah berdakwah pun melekat dalam dirinya dengan ikatan keislamannya. Sampai orang tua yang sudah sepuh sekali, akan berdakwah dalam kebaikan dengan cara yang dia mampu melaksanakannya, seperti memberi nasihat pada anak dan cucunya.

Bagaimana dengan kita generasi muda? Kita perlu mengambil peran dalam menyampaikan kebaikan dan mencegah terjadinya kemunkaran, baik di keluarga, masyarakat, dan negara sekali pun. Hal ini karena kita ingin menjadi bagian dari orang-orang yang beruntung seperti yang disebutkan dalam QS. Ali Imran: 104.

Akhlak karimah (mulia) harus menjadi dasar dalam berdakwah. Rasulullah SAW pun telah mengajarkan yang demikian itu ketika bertemu dengan Sammamah, seorang tawanan perang di bawah pengawasan kaum muslimin.

Sikap dan perilaku Sammamah ini mencuri perhatian para sahabat untuk melaporkannya kepada Rasulullah. Bagaimana tidak? Sammamah mampu melahap jatah makan para tawanan yang lain, bahkan bisa sepuluh porsi jatah tawanan dimakan dia sendiri.

Maka Rasulullah meminta kepada sahabat agar Sammamah dihadirkan ke rumah beliau. Rasulullah pun memberitahukan kepada istrinya, Aisyah, untuk menyiapkan hidangan karena akan ada tamu.

Ini sebagian akhlak Rasulullah, bagaimana memperlakukan tawanan yang memilukan pikiran sahabat. Rasulullah juga ingin membuktikan apa yang dilaporkan para sahabat.

Sammamah masuk rumah Rasulullah dan kedua kalinya dibuat bingung oleh Rasulullah. Belum terjawab pertanyaan kenapa Rasulullah memanggilnya ke rumah tanpa tawanan lain dan pengawalan sahabat di dalam rumah Rasulullah, kenapa Rasulullah memberikannya makanan banyak dan enak tanpa menuntut sesuatu darinya.

Benar saja yg dikatan para sahabat. Makanan yang dihidangkan habis dilahap Sammamah tanpa bekas. Padahal, Rasulullah tidak memiliki apapun lagi untuk dimakan dengan keluarga, kecuali semua sudah dikeluarkan untuk Sammamah.

Ketiga kalinya Sammamah berpikir lagi, karena setelah makan dengan kenyangnya, Rasulullah membebaskan Sammamah. Betapa pusingnya Sammamah dengan sikap Rasulullah SAW. “Apa yang sebenarnya diinginkan Muhammad bin Abdullah ini?” gumamnya.

Islam mengajarkan kemuliaan akhlak. Akhlak mulia akan membuahkan kemuliaan juga. Sebagaimana perilaku Sammamah pun berubah menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.

Saat Sammahah mengetahui bahwa orang-orang Kafir Quraisy Mekkah memusuhi Nabi Muhammad dan para pengikutnya, maka Sammamah mengancam dengan pemboikotan gandum ke Mekkah. Selama ini kebutuhan gandum Mekkah disuplai oleh Bani Imamah di bawah pimpinan Sammamah.

Keislaman Sammamah adalah buah dari akhlak Rasulullah kepadanya. Boikot gandum itu bisa dicabut kalau Rasulullah memintanya untuk mencabutnya.

Oleh karena itu orang kafir Quraisy Mekkah meminta Nabi Muhammad untuk mencabut boikot dari Sammamah, dan itu terkabulkan.

Beginilah akhlak Rasulullah kepada siapa saja yang ditemui. Sammamah adalah hanya salah satu dari sekian banyak yang mendapatkan perlakuan mulia dari Nabi.

Bagaimana dengan kita? Sebagai umat Nabi Muhammad, sudah seharusnya kita meneladaninya dalam semua aspek kehidupan seperti diperintahkan Allah dalam QS. Al Ahzab :21.

Semoga bermanfaat!

Sumber foto: saatsantai.com

Baca juga:

×