ArtikelHikmah

Iman dan Bohong Tidak Bisa Berkumpul

Oleh: Ustadz Talqis Nurdianto, Lc., MA. [Kandidat Gelar PhD Universiti Sains Islam Malaysia]

NIKMAT besar yang Allah berikan pada diri kita adalah nikmat iman. Kita tidak bisa menjadikan seseorang beriman kalau Allah tidak menghendaki demikian. Sebagaimana seseorang tidak bisa disesatkan jika Allah menjaganya dengan hidayah sebagaimana difirmankan Allah Ta’ala di QS. Al-A’raf: 178. Sedangkan orang yang sesat, tidak mendapatkan hidayah Allah, termasuk orang-orang yang merugi.

Keimanan inilah yang harus kita jaga dengan ketaatan dan ketakwaan kepada Allah. Keimanan juga dipupuk dengan kesyukuran dan kesabaran. Syukur atas nikmat-nikmat yang Allah berikan dengan menggunakannya dalam ketaatan. Bersabar atas ujian dan cobaan yang Allah berikan dalam kehidupan ini. Ujian itu pun bukan menimpa pada diri kita saja, melainkan setiap kita pasti dicoba dan diuji Allah (QS. Al-Baqarah: 155).

Bisa jadi seorang mukmin mejadi pengecut atau kikir. Akan tetapi tidaklah seorang mukmin itu berbohong. Hal ini karena kebohongan dan keimanan tidak bisa berkumpul jadi satu dalam satu tubuh. Hal ini karena Allah melaknat orang yang berbuat dusta (QS. Ali Imran: 61).

Hadits yang disampaikan oleh Shafwan bin Salim, riwayat Ahmad dan Tirmidzi menyebutkan bahwa salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, apakah seorang mukmin itu pengecut?” jawab Rasul; “iya, bisa jadi”. “Apakah seorang mukmin itu pelit (kikir)?” Jawabnya: “iya, bisa jadi”. Pertanyaan ketiga adalah: “Apakah seorang mukmin itu berbohong?” jawab Rasulullah dengan tegas; “Tidak”.

Dalam hadits di atas dengan tegas Rasulullah menjelaskan tidak mungkin mukmin itu berbohong karena bohong atau dusta adalah sifat orang munafiq, bukan sifat seorang mukmin. Mengingat akibat dari dusta itu berbahaya bagi dunia dan akhirat pelakunya. Oleh karenanya dilarang keras sifat ini ada pada diri mukmin.

Mukmin yang berkata benar maka akan mengantarkannya kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkannya kepada surga. Sebaliknya, orang yang suka berbohong maka akan mengantarkan pada keburukan, dan keburukan mengantarkan pada neraka. Kebohongan ini menjadi induk kemaksiatan dan menyebabkan kehancuran pada pribadinya, keluarga, masyarakat, dan negara.

Seorang mukmin tidak berbohong dalam ucapannya, perbuatannya, dan niatnya. Sebaliknya, mukmin harus jujur dalam ucapannya, perbuatannya, dan niatnya. Allah SWT memerintahkan kepada orang beriman untuk bertakwa dan berbicara yang benar serta jujur sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Ahzab: 70.

Dengan demikian, mari kita pertahankan kejujuran yang selalu menempel pada pribadi seorang mukmin. Bukan karena pekerjaan lantas kita berbohong, bukan karena untuk jabatan berani berbohong, bukan karena ingin mendapatkan harta sedikit lantas berbohong, dan seterusnya. Keimanan lebih mahal, tidak ternilai, dan tidak sebanding jika harus tergadaikan dengan kebohongan untuk mendapatkan materi yang sedikit dan sesaat di dunia. Allahu a’lam bish-shawab.

Semoga Bermanfaat!

Sumber Foto : Kompas

Baca juga:

×