Polisi Finlandia Diminta Izinkan Jilbab
DDHK News, Finlandia — Muslimah Finlandia meminta pemerintah mengizinkan penggunaan jilbab bagi polisi wanita Muslimah. Perubahan aturan polisi itu dinilai akan membantu dalam memecahkan beberapa masalah imigran di masyarakat.
Karena jilbab masih dilarang di kepolisian, seorang Muslimah Finlandia yang mengenakan jilbab tidak bisa menjadi polisi di negaranya sendiri.
“Saya ingin menjadi bagian dari masyarakat, tetapi masyarakat tidak ingin aku,” kata seorang wanita Muslimah berusia 38 tahun yang dilarang bergabung dengan polisi Finlandia karena jilbabnya.
Mimpi wanita Muslimah ini untuk bergabung dengan polisi Finlandia pun hancur setelah gagal meyakinkan para pejabat keamanan untuk menerima pakaian Islamnya.
“Jilbab adalah identitas dan agama saya. Saya tidak bisa melepasnya selama jam kerja,” tegasnya.
Tidak seperti Finlandia, pemerintah Swedia memungkinkan Muslimah berjilbab untuk bergabung dengan kepolisian.
“Syal, turban, dan Kippahs Yahudi diperbolehkan karena polisi Swedia ingin orang-orang dari latar belakang yang berbeda untuk menjadi polisi,” kata Carolina Ekéus, polisi Swedia.
“Selain itu, bolehnya wanita berjilbab jadi polisi dipandang sebagai langkah kesetaraan.”
“Kami, para wanita Muslimah mengenakan jilbab, diperlukan dalam polisi Finlandia,” kata seorang Muslimah yang ditolak jadi polisi. “Sebagai contoh, saya akan tahu cara yang berbeda untuk memecahkan masalah imigran ‘dari petugas polisi lainnya. Saya juga bisa melatih polisi lain dalam isu-isu agama dan budaya.”
Menurut Akademi Kepolisian Finlandia, petugas keamanan dari latar belakang agama dan etnis yang beragam diperlukan.
Jumlah Muslim di Finlandia antara 40.000 sampai 45.000 jiwa di antara 5,2 juta total penduduk. (mel/onislam.net/localhost/project/personal/ddhongkong.org/ddhongkong.org).*