Info DD

Meraih Hidayah Jilbab Syar’i

winny winny 2Perkenalkan nama saya Winny Sriawan, asal Blitar, Jawa Timur. Saya adalah Buruh Migran di Hong Kong (BMI HK) yang aktif menjadi Volunteer Dompet Dhuafa Hong Kong. Memakai jilbab itu tidak harus hati dulu yang siap tapi berjilbab itu adalah proses dimana Allah sayang pada hamba-Nya, bisa dikatakan ini adalah hidayah.

Alkisah,  Tahun 2011, pulang libur saya duduk sendiri di Plaza North Point untuk menunggu jam masuk rumah majikan. Saat itu pakaianku masih compang-camping alias “setengah jadi”. Mungkin bahsa gaulnya kurang bahan kale yee.

“Assalaamu’alaykum… ” Terdengar salam terucap dekat sekali ditelinga saya. Saya pun menoleh. Ternyata suara itu berasal dari seorang wanita yang sedang tersenyum simpul dengan tatapan mata penuh rasa persahabatan. Uluran tangan dari wanita yang berjilbab lebar itu langsung aku sambut dengan erat.

Seumur-umur di Hong Kong baru pertama kali ini aku berjabat tangan. Hati saya serasa ditetesi air yang sejuk saat gersang melanda. Wanita baik hati itu mengajari saya kebaikan. Ia sharing tentang kebenaran sehingga membuat hati saya adem ketika mendengarkannya berbicara. Setiap perkataanya, seakan-akan menyihir saya hingga membuat hati tergugah untuk melakukan apa yang dikatakan olehnya.

Pertama kali saya memutuskan untuk terus berhijab yaitu sekitar  awal tahun 2011. Alasan pertama kali yaitu karena menutup aurat itu menurut saya adalah wajib bagi muslimah. Setahu saya, jika itu dilanggar bisa menjadi dosa. Sedangkan alasan lainnya yaitu saya ingin memperbaiki diri supaya dapat menjadi wanita yang sholehah sesuai dengan anjuran Al-Quran.

Alhamdulillah , dalam keseharian saya di rumah majikan juga sudah berhijab, meski awalnya majikan tidak suka, melarang dan marah-marah. Majikan tidak mau di rumahnya “ada dua  Tuhan “. Ia tidak ingin di dalam rumahnya ada agama selain agamanya (Kristen).

Namun, saya tetap bersikukuh untuk berjilbab sampai-sampai sering “dikerjain” sama majikan.

Majikan juga sering mengatakan bahwa saya sangat jelek bila berhijab. Bagi saya, jelek di mata majikan tidaklah masalah, asalkan cantik di mata Allah.

Lama-lama majikan diam dan akhirnya membiarkan saya terus mengunakan jilbab. Alhamdulillaah, selama mengenakan jilbab, aktivitas tidak terganggu, malah  justru saya lebih nyaman berjilbab sebab rapi dan bersih.

Yang awalnya majikan bawel karena khawatir ada rambut yang rontok dan jatuh di makanan, sekarang dengan berhijab mereka tidak perlu khawatir lagi sebab masak juga bersih.  Saat saya bekerja juga rambut dan badan bebas  dari debut dan kotoran karena tertutup.

Menurut saya, kejadian tersebut sebagai ujian untukku agar aku tetap istiqomah. Dalam benak saya, jika dipecat (terminate) mungkin tempat ini bukan tempat yang terbaik untuk saya, sehingga apa pun risikonya  saya siap menerima.

Bukan saja risiko dipecat dari pekerjaan, saya juga rela dan siap jika harus dimarahi majikan setiap hari.  Saya ikhlas dan pasrah, asal bukan Allah yang marah.

Itulah pengaruh hijab pada hati dan lingkungan yang saya rasakan sehingga membuat saya semakin jatuh cinta pada hijab.

Pengaruh hijab pada hati juga bisa tercermin di kehidupan sehari-hari. Misalnya, perilaku yang dulu tanpa saya sadari juga ada perubahan. Perubahan itu semuanya di luar jangkauan. Setelah berjilbab, tawa ngakak itu hilang. Saat berbicara pun jadi lebih berhati-hati. Sifat keras dan emosi bisa berkurang meski belum sepenuhnya.

Hal-hal yang kurang baik itu secara perlahan hilang, bahkan  ketika mau melakukan maksiat pun malu dengan jilbab.

Hidayah itu  prosesnya begitu indah dirasa. Awal mula berjilbab, saya masih ikut-ikutan teman. Jilbabnya saja dulu  masih sangat tipis dan pendek.

Saya  masih pakai celana panjang ataupun dengan pakaian seksi. Tanpa ada yang menegur ataupun jika tanpa usaha untuk mengubah gaya itu, dengan sendirinya saya pun malu. Pakai jilbab tapi kok seksi? Lalu apa bedanya dengan yang dinamakan “berpakaian tapi telanjang”, karena masih memperlihatkan lekuk tubuh, padahal sudah sangat jelas perintah menutup aurat di dalam Al-Quran: “Hendaklah mereka menutupkan khumur-nya (hijab) ke dadanya.” (Seperti dituturkan kepada Tati Tia Surati/localhost/project/personal/ddhongkong.org/ddhongkong.org).*

Baca juga:

×