Hikmah

Khutbah Idul Adha: Momentum Meningkatkan Ketaatan kepada Allah Ta’ala

Hari Raya Kurban, hari raya kegembiraan dan suka cita. Hari raya yang Allah hadiahkan kepada kita, umat Islam. Hari raya yang dipenuhi dengan cahaya tauhid dan iman serta ketaatan kepada Allah dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya. Pada hari Idul Adha ini kaum muslimin mewujudkan keimanan mereka dengan ibadah haji dan kurban.

Ibadah haji adalah ibadah yang diwujudkan dengan jiwa dan harta, panggilan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebuah nikmat yang tidak didapatkan oleh semua orang. Ada orang-orang yang memiliki harta namun ia tidak menyiapkan hatinya untuk berangkat ke baitullah al-haram, sehingga tidak terwujud ibadah haji pada dirinya. Ada juga mereka yang ingin berangkat namun tidak memiliki kemampuan harta atau sedang mengalami sakit yang menghalangi mereka dari ibadah haji yang mulia.

Sedangkan ibadah kurban, ibadah agung yang hanya boleh dipersembahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, bagi shahibul kurban hendaknya menghadirkan niat di hatinya, bahwa ibadah kurban yang ia lakukan adalah perwujudan dari ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjauhkan diri dari bisikan-bisikan ingin dipuji sebagai dermawan atau sebagai orang yang mampu karena membeli hewan kurban yang termahal, lalu dikenal, na’udzubillah.

Kedua ibadah ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki ketaatan yang tinggi kepada Allah Ta’ala. Ketaatan untuk selalu melaksanakan segala perintah-perintah Allah, apapun pengorbanannya.

Ketaatan kepada Allah Balasannya Surga

Perjalanan orang yang beriman dalam kehidupan dunia ini ada awal dan ada pula akhirnya. Permulaannya adalah ketika terlahir ke dunia, dan ujungnya adalah surga.

Dalam proses perjalanan dari awal hidup hingga akhir hayat orang yang beriman diisi dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala, mereka merealisasikan perintah Allah.

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Rab-mu hingga datangnya kematian.” (QS. Al-Hijr: 99)

Dan balasan mereka setelah kematian adalah surga. Surga adalah sebuah tempat dimana seorang mukmin akan merasakan kenikmatan yang tak kunjung henti setiap detiknya, kebahagiaan tersebut tidak pernah terpotong oleh kesedihan walaupun sesaat.

Allah telah menyiapkan bagi para hamba-hamba-Nya ini sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata mereka, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah pula terbetik di dalam hati tentang keindahannya. Dalam sebuah hadis diriwayatkan: “Bila penduduk surga telah masuk ke surga, maka Allah berfirman, ‘Apakah kalian ingin sesuatu yang perlu Aku tambahkan kepada kalian?’ Mereka menjawab, ‘Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?’ Nabi bersabda, ‘Lalu Allah membukakan hijab pembatas, sehingga tidak ada satu pun yang dianugerahkan kepada mereka (berupa kenikmatan surga) yang lebih dicintai daripada anugerah (dapat) memandang Rabb mereka. Kemudian beliau membaca firman Allah, ‘Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.” (HR. Muslim no. 181).

Ya Allah, kami mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu yang mulia dan kerinduan dengan perjumpaan dengan-Mu. [Marlina]

*Dari khutbah Idul Adha Ustadz Wan Numan di Tai Wo Hau, yang diselenggarakan bareng DDHK – majelis Al-Karimah dan Al-Hidayah, Ahad (11/8/2019).

Baca Juga:

Khutbah Idul Adha: 4 Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim dan Keluarga

Khutbah Idul Adha: Momentum Wujudkan Keimanan dan Keikhlasan Beribadah dengan Berkurban

Khutbah Idul Adha: Kurban Mengandung Nilai Ketauhidan Hingga Kepekaan Sosial

 

Baca juga:

×