DDHK.ORG – Bismillah memiliki makna luar biasa. Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai dengan “Bismillah” (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan Allah).”
Bagi Muslim, setiap kegiatan adalah sarana menebar kebajikan. Bukankah Rasulullah SAW mengumpamakan jati diri seorang Muslim itu seperti seekor lebah.
Dilansir Republika, makanan yang dimakan adalah baik dan yang dikeluarkan pun baik. Lebah hinggap atau tinggal tidak pernah merusak yang lainnya. Begitulah Muslim yang baik dan benar.
Namun kadangkala kebanyakan dari kita tidak sadar memulai segala aktivitas atau kegiatan tanpa mengucapkan kalimat bismillah. Padahal, diterima atau tidak amal perbuatan seseorang bergantung pada kalimat tersebut.
Saat bangun tidur, mau mandi, berpakaian, sarapan pagi, berangkat ke kantor, keluar dari rumah, naik kendaraan, masuk ruangan kantor, menyalakan komputer, membuka berkas atau file, membuka rapat, menulis, membaca, dan sebagainya. Begitu banyak aktivitas keseharian kita, sudahkah kita memulainya dengan bismillah?
Kadang, kita menganggap hal ini sepele. Padahal di sisi Allah itu merupakan kebaikan yang bernilai besar. Diberkahi atau tidaknya perbuatan dan aktivitas seseorang bergantung pada saat memulainya.
Pahami keistimewaan bismillah sehingga Allah dan Rasul-Nya mensyariatkan kepada kita untuk memulai segala aktivitas, perbuatan, dan kegiatan dengan membaca bismillah.
Keutamaan Bismillah
Sebagian ulama salaf mengatakan, “bismillah merupakan inti kandungan ajaran Islam”. Karena, di situ ada unsur keyakinan terhadap Allah yang telah memberikan kekuatan sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas yang diinginkan.
Jika kita runut secara bahasa, maka akan kita dapatkan rahasia dan keajaiban kalimat bismillahirrahmanirrahim. Kata bismillah, misalnya, merupakan tiga rangkaian kata yang mengandung arti yang agung dan mulia, yaitu ba (bi), ism, dan Allah.
Huruf ba yang dibaca bi di sini mengandung dua arti. Pertama, huruf bi yang diterjemahkan “dengan” menyimpan satu kata yang tidak terucapkan tetapi harus terlintas dalam benak ketika mengucap basmalah, yaitu memulai. Bismillah berarti “saya atau kami memulai dengan nama Allah”. Dengan demikian kalimat tersebut menjadi semacam doa atau pernyataan dari pengucap.
Bismillah berarti “saya atau kami memulai dengan nama Allah”.
Kedua, huruf bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” itu dikaitkan dalam benak dengan kata “kekuasaan dan pertolongan”. Pengucap basmalah seakan-akan berkata, “dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, pekerjaan yang sedang saya lakukan ini dapat terlaksana”.
Pengucap seharusnya sadar bahwa tanpa kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, apa yang sedang dikerjakannya itu tidak akan berhasil. Ia menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya. Ia menyandarkan dirinya dan memohon bantuan Allah Yang Mahakuasa.
Kedua, kata ism setelah huruf bi terambil dari kata as-sumuw yang berarti tinggi dan mulia. Nama disebut ism, dijunjung tinggi karena ia menjadi tanda bagi sesuatu.
Syekh Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan, penyebutan nama di sini berarti dirinya memulai pekerjaan dengan nama Allah dan atas perintah bukan atas dorongan hawa nafsu belaka. Inilah bedanya.
Dalam Alquran pun Allah mentamsilkan perbuatan orang-orang kafir yang tidak diawali dengan keikhlasan kepada Allah hasilnya akan sia-sia. “Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan (sia-sia belaka).” (QS. Al-Furqan: 23).
Ketiga, kata Allah. Berakar dari kata walaha yang berarti mengherankan atau menakjubkan. Jadi Tuhan dinamai Allah karena segala perbuatan-Nya menakjubkan dan mengherankan.
Karena itu, terdapat hadis yang menyatakan, “Berpikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir tentang Zat-Nya.” (HR Abu Hurairah).
Sebagian ulama lain mengungkapkan bahwa kata Allah terambil dari kata aliha – ya’lahu yang berarti menuju dan bermohon. Tuhan dinamai Allah karena seluruh makhluk menuju serta bermohon kepada-Nya dalam memenuhi kebutuhan mereka. Juga berarti menyembah dan mengabdi, sehingga lafaz Allah berarti “Zat yang berhak disembah dan kepada-Nya tertuju segala pengabdian”.
Tuhan dinamai Allah karena seluruh makhluk menuju serta bermohon kepada-Nya dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Keempat, ar-Rahman dan ar-Rahim. Demikian banyak sifat (nama) Allah, tapi yang terpilih dalam basmalah hanya dua sifat, yaitu ar-Rahman dan ar-Rahim. Keduanya terambil dari akar kata yang sama.
Sifat ini dipilih, karena sifat itulah yang paling dominan. Dalam hal ini, Allah menegaskan, “Rahmat-Ku mencakup segala sesuatu.” (QS al-A’raf: 156).
Di sini lain, sebuah hadis Qudsi menyebutkan bahwa rahmat Allah mengalahkan amarah-Nya. Kata tersebut, ar-Rahman dan ar-Rahim, berakar dari kata Rahm yang juga telah masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia, yang berarti peranakan atau kandungan.
Apabila disebut kata Rahim, maka yang terlintas di dalam benak adalah ibu dan anak. Dan terbayang betapa besar kasih sayang yang dicurahkan sang ibu kepada anaknya. Tetapi, jangan disimpulkan bahwa sifat Rahmat Allah sepadan dengan sifat rahmat ibu.
Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah SAW yang mendekatkan gambaran besarnya rahmat Allah. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Allah SWT menjadikan rahmat itu 100 bagian, disimpan di sisi-Nya 99, dan diturunkan-Nya ke bumi itu satu bagian. Satu bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk (begitu ratanya sampai-sampai satu bagian yang dibagikan itu diperoleh pula oleh) seekor binatang yang mengangkat kakinya karena dorongan kasih sayang, khawatir jangan sampai menginjak anaknya.” (HR Muslim).
Kata “Rahman” merupakan sifat kasih sayang Allah kepada seluruh makhluk-Nya yang diberikan di dunia, baik manusia beriman atau kafir.
Dalam ungkapan lainnya disebutkan, kata “Rahman” merupakan sifat kasih sayang Allah kepada seluruh makhluk-Nya yang diberikan di dunia, baik manusia beriman atau kafir, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta makhluk lainnya. Bukankah kita (dengan kasih sayang-Nya) telah diberikan kehidupan, diberikan kemudahan menghirup udara, kemudahan berjalan, berlari dan melakukan segala aktivitasnya.
Namun sayangnya, sangat sedikit dari kita mau merenungkan apalagi mensyukuri segala nikmat tersebut? Allah senantiasa memberikan kasih sayang-Nya kepada manusia sekalipun mereka ingkar kepada-Nya.
Adapun kata “Rahim” diberikan secara khusus oleh Allah kelak nanti di alam akhirat. Hanya bagi mereka yang beriman dan mensyukuri segala kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada mereka.
Kasih sayang-Nya secara khusus diberikan kepada hamba-Nya yang mengabdikan diri kepada Allah dan yakin semua kenikmatan bersumber dari Allah. Bahkan yakin segala amal ibadah, perbuatan baiknya tidak akan menjamin masuk ke surga-Nya kecuali karena Rahmat-Nya.
Suatu kali Rasulullah SAW berpesan kepada para sahabat, “Bersegeralah kalian berbuat baik dan perkuatlah hubungan dengan Allah. Dan ketahuilah bahwa amal kalian tidak menjamin kalian masuk surga.”
Sambil terheran para sahabat bertanya, “Termasuk engkau wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab, “Betul, termasuk saya, kecuali jika Allah menganugerahkan rahmat dan karunia-Nya kepadaku”.
Inilah beberapa keajaiban bismillah jika kita semua mampu mengamalkannya secara istiqamah, baik dan benar. [DDHK News]