DDHK.ORG – Hingga saat ini dari data yang dilansir dari Republik.co.id, sedikitnya ada 241 gangguan gagal ginjal akut misterius atau acute kidney injury (AKI). Dari 241 kasus AKI, ada 133 kematian.
Di DKI Jakarta, seperti yang diungkap Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama, kasus Acute Kidney Injury Unknown Origin (AKIUO) hingga Rabu (26/10/2022) pukul 10.00 WIB, terhimpun sekitar 111 kasus terduga AKIUO.
Ini jumlah terbesar dari total yang ada di Indonesia. Kemenkes menerima laporan kasus AKI menyebar ke 22 propinsi di Indonesia.
Penyakit satu ini muncul tiba-tiba dan tak terduga. AKI menyerang terutama bayi di bawah lima tahun.
Penyebab Gagal Ginjal Akut
Hal yang membuat aneh dan tidak disangka, penyebab gagal ginjal akut anak ternyata akibat obat. Berdasarkan pernyataan resmi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, gagal ginjal akut anak disebabkan adanya Etilen Glikol (EG ), Dietilen Glikol (DEG), dan Etilen Glikol Butil Eter (EGBE) pada obat sirup.
Pernyataan Menkes ini setelah adanya penelitan cukup panjang sejak Agustus 2022. Awalnya, gagal ginjal akut anak ini diduga disebabkan bakteri, virus, atau parasit. Pasalnya, ada satu bakteri yang bisa menyebabkan gagal ginjal, yakni leptospira.
Tapi ternyata, tidak ditemukan bakteri, virus, atau parasit pada pasien gangguan gagal ginjal anak. Yang ada, justru zat kimia cemaran pelarut obat sirop.
Etilon glikol merupakan pelarut dengan rasa manis. Namun, banyak disalahgunakan sebagai pelarut obat. Padahal, etilon glikol bersifat sangat beracun.
Dikutip dari laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), kegunaan etilen glikol ini bisa untuk antibeku (antifreeze), yang ditemukan dalam pelarut, cat, plastik, hingga cairan rem hidrolik. Etilen glikol ini bisa terlihat seperti kental pada suhu kamar.
Akibat ditemukannya etilen glikol, beberapa jenis obat sirop disebut-sebut sebagai biang keladinya. Dari sekian banyak uji sampel, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akhirnya menarik lima jenis obat yang disebut menggunakan etilen glikol.
Salah satu obat yang ditarik BPOM adalah obat sirop anak Unibebi milik PT Universal Pharmaceutical Industries. BPOM menyatakan obat sirop anak Unibebi mengandung etilen glikol.
Pernyataan ini tidak membuat PT Universal Pharmaceutical Industries diam saja. Perusahaan farmasi ini secara tegas menyatakan bahwa komposisi obat Unibebi sudah ada sejak 1970-an, dan sudah dikonsumsi masyarakat Indonesia selama kurang lebih 40 tahun, dan tidak ada kasus penyakit efek dari obat seperti yang diberitakan saat ini. Pihak PT Universal Pharmaceutical Industries juga dengan jelas menyebutkan sudah mendapatkan izin edar lolos BPOM.
Apa yang dijabarkan pihak PT Universal Pharmaceutical Industries memang cukup masuk akal. Nama baik perusahaan yang sudah berdiri selama puluhan tahun dan mendapat kepercayaan konsumen terhadap produk obatnya tentu sangat dipertaruhkan apabila benar mengubah komposisi obat. Perusahaan pasti sangat rugi besar.
Heran memang. Mengapa zat kimia yang sangat beracun ini bisa sampai terkandung di dalam obat, terlebih obat untuk anak-anak?
Meski ada ambang batas amannya, yang namanya zat kimia ‘toxic’ tetap saja ‘toxic’. Apalagi cairan ini dipakai pada cat hingga plastik. Mengetahui hal ini tentu membuat para orang tua jadi ‘ngeri’ kasih obat ke anak.
Kasus gangguan ginjal akut anak ini juga membuat orang tua jadi takut memberikan obat ke anak. Aman nggak, ya? Ada efek sampingnya nggak, ya? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan menghantui orang tua karena mulai ragu dengan obat akibat kasus ini.
Tak hanya itu, kasus ini juga membuat masyarakat mempertanyakan kredibilitas BPOM sebagai pengawas yang seharusnya mengutamakan keselamatan rakyat. Terlebih obat bukan persoalan yang remeh temeh.
Masyarakat mungkin bisa antisipasi dengan membaca efek samping dan indikasi obat. Akan tetapi, masyarakat awam tentu tidak paham kandungan obat yang berhaya dan beragam istilah farmasi lainnya yang rumit. Tentunya, masyarakat hanya bisa bersandar pada BPOM.
Tanggapan Pemerintah
Presiden Joko Widodo meminta kepada jajarannya untuk tidak menganggap kasus gagal ginjal akut sebagai permasalahan yang kecil. Menurutnya, keselamatan masyarakat adalah prioritas utama.
Jokowi meminta kepada Menteri Kesehatan (Menkes) untuk menghentikan peredaran obat yang diduga memiliki kandungan untuk menyebabkan terjadinya gagal ginjal akut.
Jokowi menegaskan penghentian sementara tersebut dilakukan sampai ada hasil penyelidikan oleh BPOM.
Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS, Kurniasih Mufidayati, meminta pemerintah khususnya Kemenkes dan BPOM untuk segera melakukan langkah mitigasi secepatnya untuk mengantisipasi semakin meluasnya kasus gagal ginjal akut pada anak.
Setelah menerbitkan imbauan larangan mengonsumsi obat sirup kecuali daftar yang sudah dinyatakan aman oleh BPOM, perlu dibuat mitigasi lain agar penanganan kasus gagal ginjal ini bisa segera terkendali.
Kurniasih meminta migitasi yang dilakukan adalah memperbaiki sistem terpusat pengaduan dan pelaporan. Sistem ini harus disosialisasikan seluas-luasnya dan dibuat dengan akses yang mudah agar masyarakat bisa cepat melaporkan dugaan kasus gagal ginjal akut pada anak.
Masyarakat yang melapor ke Fasilitas Kesehatan juga bisa langsung terekam datanya untuk masuk ke hotline terpusat. “Sistem pelaporan ini harus dibuat proaktif, jangan sampai pasien sudah datang dalam kondisi yang parah. Proses harus dipercepat sehingga penanganan bisa lebih cepat dan tidak ada kasus yang tidak terlapor,” kata Kurniasih dalam keterangannya, Kamis (27/10/2022).
Mitigasi lain yang perlu dilakukan adalah menyiagakan dan menyiapkan RS Tipe A dan B untuk menerima pasien dan melakukan perawatan. Sementara RS tipe C disiapkan untuk menerima pasien dengan gejala AKI ini untuk pemeriksaan awal maupun lanjutan, mengingat masyarakat juga diliputi kecemasan dan kekhawatiran, terutama yang merasa pernah memberikan obat sirup kepada anaknya.
RS harus dilengkapi dengan sarana dan prasarananya termasuk tenaga medis serta obat-obatan yang informasinya sudah ada beberapa alternatifnya yang didatangkan dari luar negeri.
RS Khusus Gagal Ginjal
Menyusul maraknya kasus ini, Pemerintah Kota Tangerang melakukan sejumlah upaya untuk menekan jumlah kasus gagal ginjal. Salah satu yang dilakukan yakni dengan menyediakan rumah sakit (RS) khusus penanganan gagal ginjal akut.
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang, per Rabu (26/10/2022) ada sebanyak enam kasus atau enam orang anak yang mengalami gagal ginjal akut di Kota Tangerang. Empat orang anak diantaranya meninggal dunia sejak Juni hingga Agustus 2022, satu orang anak sudah sembuh, dan satu orang anak lainnya masih menjalani perawatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Dini Anggraeni mengatakan, pihaknya sudah menetapkan beberapa RS sebagai RS khusus penanganan gagal ginjal akut jika sewaktu-waktu kasus mengalami peningkatan. [DDHK News]