Info DD

Evers Masuk Islam Setelah Jadi Korban Pelecehan Pastur

Skandal pedofil atau pelecehan seksual anak di bawah umur dalam tubuh gereja Katolik merusak kepercayaan panganut agama Katolik.

Charles Evers, seorang korban pelecehan yang dilakukan oleh pastor Katolik, telah menjadi penganut agama Islam dan mengganti namanya menjadi Yusuf. “Katolik adalah kepercayaan yang mengerikan” tuturnya. Laporan Tijn Sadée en Robert Chesal.

Ada yang tidak beres. Bukankah agama Islam yang terkenal kejam? Dengan karikatur di surat kabar De Standard, Marec telah membuat karikatur yang tidak menyenangkan bagi masyarakat Katolik. Di televisi dikatakan: uskup sebagai penjelmaan dari semua skandal pelecehan seksual yang disembunyikan. Duduk di sebuah kursi, sepasang muslim menuding bahwa kekristenan adalah agama yang kejam.

Ke Mook
Dengan kegetiran yang sama, Yusuf Charles Evers, 59 tahun, mengikuti berita tentang skandal pelecehan seksual dalam tubuh gereja Katolik. “Apa yang telah terjadi sungguh mengerikan. Tapi saya sudah lama menyimpulkan agama Katolik itu gak beres.” tuturnya.

Saat dia berusia dua belas tahun, Evers dikirim orang tuanya ke Gabriël College di Mook, Limburg. Sekarang dia tinggal di Dubai dan punya perusahaan sendiri yang menjual pakaian tradisional Islam. Pada tahun 1992 dia beralih menjadi penganut Islam dan mengganti namanya menjadi Yusuf. Untuk pertama kalinya dia berbicara tentang masa mudanya di Mook.

Korban
“Pater yang mengajar bahasa Latin, satu hari bertanya apa saya bisa membantunya membawakan beberapa buku. Saya harus membawanya ke gudang. Saat saya masuk, pater itu menutup pintu. Aneh. Saya tidak tahu sama sekali mengenai seks. Lalu dia bilang:”Ayo, ayo” dan dia memegang tangan saya dan meletakkan tangan saya di atas alat kelaminnya. Saya merasa ada sesuatu yang basah kental di tangan saya dan saya merasa jijik. Saat saya keluar dari gudang, beberapa anak berdiri di luar dan menertawakan saya. Mereka berkata:”Sekarang kamu korbannya.”

Kesaksian Yusuf Evers dipandang unik dalam debat mengenai pemimpin agama pedofil, yang hingga saat ini tidak dicampuri kelangan muslim. Sementara orang sepertinya menanti suara kaum muslim, demikian bunyi pesan yang disamarkan buatan kartunis Marec. Propaganda partai anti Islam mendukung masyarakat yang didasarkan pada nilai kekristenan, dan tidak memberikan tempat pada agama Islam. Tapi: apakah kepercayaan itu tidak dirusak setelah skandal seksual baru-baru ini?

Pertanyaan Rasa Bersalah
“Jangan menipu diri” kata profesor Sami Zemni, pakar politik Islam Universitas Gent. “Jika kelompok rohaniawan menyebabkan skandal, maka institut gereja akan jatuh, tapi kekristenan tetap aman. Sebaliknya: jika seorang muslim melakukan hal yang salah, dan para fobia islam berseru Islam itu salah secara keseluruhan dan Al-Quran harus dibakar.”

Zemni tidak sependapat bahwa skandal pedofil akan mengubah gambaran bahwa agama islam itu kejam dan agama kristen itu beradab. “Saya pikir debat ini akan berakhir dengan pertanyaan rasa bersalah. Gereja akan menangani masalah dan menutupi tuduhan, seperti yang selama ini selalu dilakukan.”

Setan
“Memang apa yang terjadi di gereja katolik sangat memprihatinkan, tapi kita tidak mau dikait-kaitkan” demikian argumen seorang imam terkenal asal Belgia yang menolak memberi pendapat untuk penulisan artikel ini. Juga beberapa pemuda pemudi pemeluk agama Islam, yang dulunya dididik sebagai Katolik tapi menjadi Islam, menolak memberi komentar. Tapi ada perkecualian:

“Apa sebutan orang seperti itu di agama kalian?” tanya seorang pemuda Marokko di jalanan di Brussel ketika diperlihatkan kartun di atas. “Oh ya, uskup.” Seorang teman disebelahnya berkata, “Paus kalian itu kiriman setan. Dia bermuka iblis.”

Kekejaman Dimana-mana
“Logis jika kalangan muslim menahan diri, karena orang muslim di sini tidak percaya pada media.” Demikian Abdelkhalak Chrayah, dari persatuan emansipasi muslim Brussels.

Chrayah sangat syok mendengar seluruh kasus pelecehan seksual ini. “Saya sendiri seorang ayah. Memikirkan soal anak-anak yang dilecehkan itu saja sudah membuat kaki saya lemas. Saya tidak tahan. Tapi harus saya tekankan di sini: setiap agama pasti ada kekejamannya. Masing-masing punya kelemahan.”

Membakar Sekolah
Puluhan tahun setelah emigrasinya ke Dubai, Yusuf Evers mengunjungi keluarganya di Belanda, dan melewati gedung sekolah lamanya di Mook. “Saya sudah sering bermimpi membakar gedung ini. Tapi saat ini gedungnya sudah dirubuhkan. Hanya gedung depannya masih berdiri. Saya ingin sekali merusaknya dengan tangan saya sendiri.”

Dia tidak pernah bercerita pada orang tuanya mengenai pelecehan seksual yang dia alami. “Mereka pasti juga tidak ingin mendengarnya.”

Jadi dia sendirian menghadapi traumanya. “Saya masih dengan jelas bisa mengingat bahwa saya harus melaporkan kejadian itu pada pemimpin pater. Saya masuk ke ruangan tanpa mengetuk pintu dan terkejut dengan apa yang saya lihat: pemimpin pater itu sedang duduk di atas meja dengan kedua kaki terbuka lebar, dan seorang pater sedang memberikan oral seks kepadanya.”

Pengalaman Yusuf membuat dia menjadi seorang mualaf. “Ya, tentu saja. Jika saya mengingat kembali Gabriël College seluruh tubuh saya merinding. Itu adalah sebuah kepercayaan yang mengerikan.” (Radio Nederland).*

Baca juga:

×