Info DD

Seminar Parenting DDHK: Kukuhkan Peran Ibu untuk Generasi Berkualitas!

acara seminar parenting ddhk 1DDHK News, Hong Kong — Kukuhnya peran keluarga akan menjadi dasar yang baik bagi terbentuknya bangsa yang kukuh. Peran ibu harus diukuhkan untuk melahirkan generasi berkualitas di setiap keluarga.

Hal itu dikatakan oleh Nurul Hidayatul, Ketua Umum Salimah, dalam Seminar Parenting yang digelar oleh Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK), Ahad (11/5), di Just Dance Cafe, Fortress Hill, bersama pemateri lainnya, Hilman, dari “The Foundation Kita Dan Buah Hati”.

“Patut disyukuri, salah satu kekayaan budaya Indonesia yaitu memandang penting pembentukan dan pemeliharaan keluarga harmonis,” ujar Nurul.

Dijelaskannya, seperti disebutkan Hafidz Ibrahim, ibu adalah sekolah yang pertama dan paling utama bagi anak-anak. “Jika engkau membinanya, sama halnya engkau membangun sebuah bangsa berkarakter mulia.”

“Selain itu, peran ibu harus didampingi peran ayah untuk mengoptimalkan kualitas kepribadian anak,” jelasnya.

Langkah-langkah aplikatif membangun hubungan positif dalam keluarga yaitu kenyamanan emosional. “Sepatutnya kitalah yang paling memahami pasangan dan keluarga kita, bisa menerima dan menghargai mereka, “ ungkapnya.

Pemateri kedua, Hilman, mengatakan, menjadi orangtua tidaklah semudah yang dibayangkan. Memiliki anak tidaklah serta-merta kita bisa disebut orang tua atau ibu.

“Ada banyak hal dan ilmu yang harus dipelajari tentang bagaimana pola asuh yang benar sesuai dengan usia dan tumbuh kembang anak menurut yang telah dicontohkan Rasulullah Saw, ” katanya

Pada usia 7 tahun, lanjut Hilman, bagian otak anak yang disebut otak nalar” belum matang. Tapi “otak pengendali emosi” sudah cukup matang. “Maka dalam usia ini anak cenderung berpola EAP, emosi, aksi, pikir,” terangnya.

Disebutkannya sembilan aspek yang harus dipertimbangkan dalam mendidik anak, yaitu fisik dan kesehatan, keimanan, emosi, kecerdasan, ibadah, sosial, akhlaq, keterampilan, dan seksualitas.

Mendidik anak bukanlah dengan emosi atau pengalaman kita selama dididik orang tua kita yang dijadikan model. Tapi hendaklah mendidik anak itu dengan cinta dan logika.

“Dengan cinta saja maka kuta akan cenderung memanjakan dan lepas konsekuensi bila anak melakukan kesalahan, ” lanjutnya.

Sejak usia 18 bulan sampai mahasiswa, orangtua berkesempatan mengajari anak dan mendidik mereka atas nama cinta.

“Siapkan anak menghadapi hidup. Jangan over protektif. Memberikan hukuman yang logis (masuk akal) saat anak salah dan harus konsekuen antara nasihat (ucapan) dengan aksi (tindakan) dalam setiap problem yang coba orangtua selesaikan dengan anak,” pungkasnya. (amy utamy/localhost/project/personal/ddhongkong.org/ddhongkong.org).*

Baca juga:

×