Hukum Meyakini Rumah di Posisi Tusuk Sate Bawa Sial
Assalamu’alaikum. Ustadz, saya mau bertanya.
Kalau rumah posisi tusuk sate, apakah baik untuk ditempati atau enggak ya? Masalahnya, suami saya sulit untuk diajak berembug. Apalagi, kalau diajak diskusi apapun oleh saya enggak pernah mau. Apa apa selalunya berembug dan cerita ke orang tua dan malah lebih nurut ke adiknya yang perempuan yang rewel sekali.
Kalau saya, karena sering dengar mengenai rumah tusuk sate, saya jadi kebawa was was. Menurut saya, dengan harga sama mendingan mencari lokasi lain. Atau, misalnya di lokasi lain atau perumahan yang luasnya mungkin lebih kecil. Sebetulny, saya maunya seperti itu.
Karena saya juga punya anak balita, kan perlu sekali lingkungan untuk bertumbuh dan berkembangnya. Tapi saya enggak bisa berbuat apa apa. Suami saya sangat keras kepala, galak, dan pelit kepada saya. Enggak pernah mau sekalipun mendengar masukan dari saya.
Terima kasih, Ustadz.
Salam, Fulanah
JAWAB:
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokaatuh.
Saudariku yang dirahmati Allah… Sebagai seorang Muslim atau Muslimah, kita harus meluruskan iman dan selalu hanya bertawakal kepada Allah, serta tidak berburuk sangka kepada-Nya. Sebagian kita meyakini bahwa kejadian-kejadian tertentu dikaitkan dengan kesialan atau keberuntungan. Padahal yang mendatangkan keduanya adalah Allah. Prasangka kitalah yang menentukan, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam dalam hadits qudsi:
أنا عند ظن عبدي بي
“Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku”. (H.R. Bukhari Muslim)
Di antara yang berkembang di masyarakat adalah jika seseorang menempati rumah tusuk sate atau rumah yang langsung menghadap ke arah jalan, di mana pengguna jalan ketika menggunakan jalan tersebut mengarah ke arah rumah tersebut, maka penghuninya akan ditimpa kesialan terus menerus. Hal ini termasuk thiyarah (tahayul/mitos).
Padahal Nabi saw bersabda:
الطيرة شرك، وما منا إلا ولكن الله يذهبه بالتوكل (رواه أحمد)
“Thiyarah adalah syirik, tidaklah di antara kita melainkan Allah akan menghilangkannya (thiyarah) dengan tawakkal”. (H.R. Ahmad)
Tawakal yang benarlah yang akan menghilangkan keraguan kita terhadap hal-hal yang diyakini bisa mendatangkan kesialan dan sebagainya.
Namun jika seseorang meyakini sesuatu yang tidak baik akan menimpanya karena ada alasan-alasan yang bisa diterima, bukan karena alasan yang tidak jelas, maka hal tersebut tidaklah mengapa. Misalnya, seseorang yang tinggal di rumah yang berada di daerah rawan longsor, banjir, atau gempa, jika ia menghindar darinya, maka hal tersebut termasuk kehati-hatian yang dibolehkan dalam Islam.
Wallâhu a’lam bish-showâb.
Salam!
…
(Dijawab oleh: Ustadz Very Setiyawan, Lc., S.Pd.I., M.H.)
#SahabatMigran ingin berkonsultasi seputar masalah agama Islam dan persoalan kehidupan? Yuk, sampaikan pertanyaannya melalui pesan WhatsApp ke nomor +852 52982419. [DDHKNews]