Internasional

7 Gereja dan 59 Masjid di Gaza Dirusak Israel

Kementerian Dalam Negeri Palestina mengungkapkan terdapat tujuh gereja di Gaza, Palestina, yang mengalami kerusakan setelah dimulainya agresi pasukan Israel pada 7 Oktober lalu. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Euro-Med Human Rights Monitor (HRM), tiga dari gereja itu merupakan gereja bersejarah yang terletak di berbagai wilayah di Jalur Gaza.

Salah satunya, Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius yang merupakan gereja tertua di Jalur Gaza. Gereja itu diserang oleh Israel pada 19 Oktober lalu. Serangan itu menyebabkan belasan orang tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka.

Gereja itu menjadi tempat penampungan sementara bagi warga sejak pasukan Israel dan kelompok milisi Hamas Palestina perang.

Pasukan tentara Israel pun membenarkan bahwa mereka menyerang Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius itu. Mereka mengklaim terdapat markas Hamas di dekat gereja itu.

“Pesawat tempur menargetkan markas besar anggota militer organisasi Hamas yang terlibat dalam penembakan roket dan mortir ke wilayah Negara Israel. Pesawat melancarkan serangan terhadap sasaran, dan dengan ‘gelombang ledakan’ akibat serangan tersebut menyebabkan tembok gereja yang terletak di area tersebut rusak,” kata kantor berita pers Israel, seperti diberitakan Anadolu Agency, sebagaimana dilansir CNN Indonesia.

Angka kerusakan gereja di Gaza ini dikonfimasi oleh Ikrami Al Mudallal selaku juru bicara Kementerian Wakaf di Jalur Gaza. Ia mengatakan, selain gereja, terdapat 59 gereja yang hancur total akibat serangan Israel.

“Jumlah masjid yang dihancurkan total telah meningkat menjadi 59,” kata Al Mudallah, dikutip Anadolu Agency.

Ia kemudian berujar, “Ditambah dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda, terdapat 136 masjid dan tiga gereja [yang rusak] sejak perang Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober.”

Pasukan Israel melancarkan agresi di Palestina pada 7 Oktober. Mereka juga berperang dengan Hamas. Sejak perang, Israel menggempur tempat ibadah, sekolah, hingga rumah sakit. Mereka mengklaim area sekitar tempat-tempat itu menjadi lokasi persembunyian Hamas. Namun, beberapa pengelola fasilitas umum itu membantah tuduhan tersebut.

Baca juga:

×