Badan Intelijen Swedia menaikkan tingkat siaga teror menjadi level empat dari skala lima setelah banyak kaum muslim yang marah terhadap aksi pembakaran Alqur’an di negara itu. Kepala Dinas Keamanan Swedia (Sapo) Charlotte von Essen mengatakan level dinaikan menjadi ‘high’ atau tinggi.
“Alasan keputusan ini adalah situasi yang memburuk sehubungan dengan ancaman serangan ke Swedia, dan penilaian bahwa ancaman itu akan bertahan lama,” kata Essen seperti dikutip dari AFP, Kamis (17/8/2023), seperti dilansir CNN Indonesia.
Essen mengatakan ancaman serangan dari aktor-aktor Islam telah meningkat dalam satu tahun terakhir. “Swedia telah berubah dari dianggap sebagai target yang sah untuk serangan teroris menjadi dianggap sebagai target yang diprioritaskan,” ujarya.
Aksi demonstrasi dengan cara membakar Alqur’an di depan umum terjadi di Swedia dalam beberapa waktu belakangan. Hal ini memicu kemarahan dan kecaman yang meluas dari negara-negara Islam. Kepala Pusat Penilaian Ancaman Teroris Nasional Ahn-Za Hagstrom menilai insiden pembakaran Alqur’an membuat citra Swedia sebagai negara yang memusuhi Islam.
Aksi mengecam Swedia pun meletus di berbagai negara. Pengunjuk rasa di Irak menyerbu Kedutaan Swedia di Baghdad. Aksi ini menyebabkan kebakaran di kompleks kedutaan.
Selain itu, Organisasi Kerjasama Islam yang bermarkas di Jeddah juga menyuarakan kekecewaan terhadap Swedia karena tak mengambil tindakan setelah aksi pembakaran Al Quran. Pada akhir pekan lalu, Al-Qaeda menyerukan serangan terhadap negara Skandinavia tersebut.
Imbas hal tersebut, beberapa negara Barat pun mengimbau warganya yang ada di Swedia untuk waspada. Amerika Serikat (AS) misalnya, negara tersebut mendesak warganya di Swedia meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman terorisme.
Sementara, Kantor Luar Negeri Inggris mengatakan teroris sangat mungkin melakukan serangan di Swedia.