BeritaHikmah

Buka Puasa Pertama di Hong Kong Bareng Pekerja Migran Indonesia

Tepat pukul 18:53 adzan Maghrib berkumandang. Kami, tim Dai Ambassador Hong Kong berkumpul di shelter khusus akhwat yang disewa oleh Dompet Dhuafa untuk berbuka puasa bersama (bukber).

Ini adalah bukber pertama kami setelah tiba di Hong Kong. Alhamdulillah, setelah 23 jam tidak ketemu nasi, akhirnya kami semua bisa berbuka dengan nasi ala orang Indonesia, yang hampir semua sepakat: jika belum makan nasi berarti belum benar-benar makan namanya.

Bukber itu begitu nikmat dengan menu asli Indonesia: sambel terasi, sambel teri-jengkol, ikan laut sambel cabe hijau, plus lalapan, lengkap dengan es buahnya. Masakan “mbak-mbak” pekerja imigran Indonesia (PMI) memang mantap sekali. Diantaranya, ada mbak Faidah orang Cilacap, Jawa Tengah. Si mbak ini yang bikin sambelnya. Sambel yang mantab, mak nyuss, bikin kami nambah lagi makannya.

Bukber kami berlangsung dengan penuh kegembiraan dan canda tawa. Keakraban mulai terasa, terlebih ketika Ustadz Riendy (Riendy Putra Yustika), salah satu Dai Ambassador Hong Kong, sesekali berkelakar dengan gaya Betawinya, meskipun sebenarnya beliau bukan orang Betawi.

Sembari makan, salah seorang mbak-mbak PMI itu bercerita bahwa pendapatan yang mereka terima tiap bulan itu bukanlah pendapatan bersih, karena mereka harus mengeluarkan biaya untuk kebutuhan sehari-hari. Sebab, tidak semua majikan mempersilakan mereka untuk makan tiga kali sehari secara cuma-cuma. Apalagi, bagi pekerja wanita yang kebutuhan pribadinya banyak “printilannya”.

Begitulah bukber kami bergulir natural tanpa terasa, hingga piring-piring kami semua kosong. Selesai bukber, asatidz pun kembali ke shelter Dompet Dhuafa yang disediakan khusus bagi ikhwan. Kami pun melaksanakan sholat Maghrib di shelter masing-masing.

 

Hong Kong, 09 Mei 2019

Kuni Afifah Hasan, Dai Ambassador Hong Kong 2019

Baca juga:

×