BeritaDunia Islam

Penerbitan Ulang Kartun Nabi oleh Charlie Hebdo Provokasi yang Tidak Dapat Dibenarkan

DDHK.ORG — Menyusul dibukanya persidangan 14 terdakwa serangan teror terhadap kantor redaksi Charlie Hebdo di Paris pada 5 tahun silam, majalah satir mingguan Prancis itu mencetak ulang kartun Nabi Muhammad S.A.W. Keputusan itu menuai protes dari banyak kalangan. Badan pengawas yang memerangi ekstremisme di Universitas Al-Azhar, Mesir, bahkan mengutuk keputusan tersebut.

“Desakan tindakan kriminal untuk menerbitkan ulang kartun ofensif ini menanamkan ujaran kebencian lanjutan dan mengobarkan emosi para pengikut agama yang setia,” demikian isi pernyataan Observatorium untuk Memerangi Ekstremisme Al-Azhar di laman Facebook resminya.

Keputusan kontroversial untuk mencetak ulang karikatur itu, ungkap institusi di salah satu universitas Islam tekemuka di dunia tersebut, adalah “provokasi yang tidak dapat dibenarkan oleh hampir dua miliar Muslim di seluruh dunia”.

Universitas Al-Azhar merupakan lembaga keagamaan terpenting bagi kalangan Muslim Sunni. Dalam tradisi Islam, penggambaran Nabi Muhammad dalam majalah itu dianggap bentuk pelecehan dan penistaan.

Bukan hanya mengutuk aksi cetak ulang kartun Nabi, dalam pernyataannya pada Rabu (2/9/2020), Al-Azhar juga mengutuk serangan teror di kantor Charlie Hebdo, lima tahun silam. Mereka menyatakan Islam membenci setiap tindakan kekerasan.

Saat itu, dua bersaudara Said dan Cherif Kouachi menyerbu kantor redaksi Charlie Hebdo di timur Paris pada 7 Januari 2015. Sebanyak 12 orang, termasuk beberapa kartunis paling terkenal di Prancis tewas. Sehari kemudian, rekan Cherif, Amedy Coulibaly, membunuh seorang polisi berusia 27 tahun bernama Clarissa Jean-Philippe saat sedang bertugas melakukan pemeriksaan lalu lintas di Montrouge, di luar Paris.

Coulibaly melanjutkan terornya dengan membunuh empat orang pria Yahudi dalam penyanderaan di supermarket Hyper Cacher di Paris pada 9 Januari. Dia membuat sebuah video yang menjelaskan bahwa tiga serangan itu terkoordinasi dan dilakukan atas nama kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). (sumber: CNN Indonesia) [DDHK.ORG]

 

Baca juga:

×