DDHK.ORG — Tingkat kemiskinan ekstrem di Jawa Timur pada tahun ini mencapai 4,4 persen atau 1.746.990 jiwa. Kemiskinan ekstrem, menurut Bank Dunia, kondisi di mana penduduk hanya mengantongi pendapatan kurang dari US$1,9 atau sekitar Rp27.075 per hari.
Fakta tersebut disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. “Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ada 4,4 persen penduduk Jatim atau 1.746.990 penduduk yang masuk kategori miskin ekstrem,” kata Khofifah, Kamis (30/9/2021), seperti dilansir CNN Indonesia.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS, tingkat kemiskinan ekstrem tahun ini cenderung menurun dari tahun lalu yang mencapai 4,5 persen. Secara jumlah, juga melandai dari sebelumnya 1,81 juta jiwa.
Sementara itu, tingkat penduduk miskin Jawa Timur tahun ini meningkat dari 11,09 persen menjadi 11,40 persen. Tahun lalu, jumlah penduduk miskin di provinsi ini tercatat 4.419.100 orang (nasional 26,42 juta orang). Tahun ini naik menjadi 4.572.730 orang (nasional 27,54 juta orang).
“Di tengah pandemi covid-19, ekonomi masyarakat pedesaan relatif lebih tahan banting dibanding perkotaan. Masyarakat pedesaan lebih banyak bergerak di sektor agro atau pertanian, sedangkan masyarakat perkotaan bergantung di sektor perdagangan dan jasa,” kata Khofifah.
5 Kabupaten Pilot Project
Gubernur Khofifah juga mengungkapkan, saat ini terdapat 5 kabupaten di Jawa Timur yang menjadi daerah pilot project percepatan penanggulangan kemiskinan. Yaitu, Bangkalan, Sumenep, Probolinggo, Bojonegoro, dan Lamongan.
“Upaya ini melibatkan berbagai OPD (organisasi perangkat daerah) lintas sektor yang ada di Pemprov Jatim. Hal ini tentunya membutuhkan konvergensi pendanaan baik dari pusat, APBD provinsi, APBD kab/kota serta CSR,” ujar gubernur yang juga menjabat Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama ini. [DDHKNews]