ArtikelHikmah

Tema Utama Al-Qur’an

Tema Utama Al-Qur’an

Oleh Ustadz Dr. H. May Dedu, Lc., S.H., M.E.Sy.

Disampaikan pada kajian Madrasah Perantau Online (MPO) DDHK, Ahad, 21 Februari 2021

Komponen Al-Qur’an, terdiri dari 30 juz. Menurut cetakan Timur Tengah, per juz terdiri dari 20 halaman. Per halaman, 15 baris.

Di dalam Al-Qur’an ada 114 surat. Ayatnya, kalau bismillah dimasukkan semua, jumlahnya menjadi 6.666 ayat.

Tema utama Al-Qur’an adalah:

  1. Termasuk tauhid, keyakinan, dan keimanan.
  2. Ini soal boleh-tidak boleh, halal-haram, baik dalam wilayah ibadah maupun muamalah.
  3. Akhlak
  4. Berita atau kisah orang-orang yang hidup sebelum kita (qashash). Ada juga, berita-berita tentang apa yang akan terjadi (akhbar).
  5. Ilmu pengetahuan.

Secara rinci, pembagian ayat-ayat Al-Qur’an terdiri dari:

  1. Perintah (Al-amru), 1.000 ayat.
  2. Larangan (an-nahyu), 1.000 ayat.
  3. Ancaman, 1.000 ayat.
  4. Janji, 1.000 ayat.
  5. Kisah dan berita, 1.000 ayat.
  6. Pelajaran dan perumpamaan, 1.000 ayat.
  7. Halal-haram, 500 ayat.
  8. Doa, 100 ayat.
  9. Nasikh dan mansukh, 66 ayat.

Total, semua berjumlah 6.666 ayat.

Lalu, adakah ayat atau surat di dalam Al-Qur’an yang bisa mewakili tema-tema utama dan tema-tema rinciannya? Ternnyata ada. Yaitu, surat Al-Fatihah. Surat yang kita baca berulang-ulang saat shalat, surat yang jika ada bagian tubuh kita yang sakit lalu dibacakan dalam jumlah ganjil bisa menjadi ruqyah dan menyembuhkannya.

Hadits Nabi saw, “Sungguh akan aku ajarkan kepadamu wahai Abi Said Almualla, surat paling pokok dalam Al-Qur’an, yaitu surat Al-Fatihah.”

Surat Al-Fatihah menghimpun seluruh kandungan Al-Qur’an. Ibnu Abbas r.a. berkata, induknya kitab (kitab-kitab agama samawi) adalah Al-Qur’an, induknya Al-Qur’an adalah surat Al-Fatihah, dan induknya Al-Fatihah adalah bismillahirrahmanirrahim.

Makanya kita menyebut surat Al-Fatihah sebagai ummul kitab.

Pokok ajaran dalam surat Al-Fatihah memuat:

Ayat pertama, bismillahirrahmanirrahim. Di dalamnya ada nilai:

  1. Jika orang tidak punya iman, mana mau dia menyebut nama Allah.
  2. Kita mau makan-minum, dan setiap yang kita mau lakukan, selalu membaca basmalah.
  3. Maka setiap perbuatan baik jika tidak dimulai dengan basmalah akan terputus keberkahannya.
  4. Dzikir, membuat kita mengingat Allah.
  5. Keseimbangan, baik dunia dan akhirat maupun jiwa dan raga.

Ayat kedua, alhamdulillahirobbil’alamin. Di dalamnya terkandung nilai memuji, baik dalam keadaan susah maupun senang, baik dalam keadaan suka maupun duka.

Di sini juga ada nilai aqidah. Bahwa, segala yang kita terima di kehidupan ini datang dari Allah. Syariatnya, kita tidak boleh sombong karena apapun yang kita miliki sejatinya adalah milik Allah. Akhlaknya, ketika kita mendapatkan atau tidak mendapatkan sesuatu, sebagai makhluk kita harus tetap memuji Allah Ta’ala.

Ayat ketiga, arrahmanirrahim. Melalui ayat ini kita mengenal dan memahami Allah dengan sifat-sifat-Nya.

Arrahman, sifat Allah untuk umat manusia secara keseluruhan. Arrahim, sifat kasih sayang Allah hanya untuk orang-orang yang beriman, dan akan diberikan di akhirat kelak.

Mengajarkan akhlak, berkenaan dengan hati, yaitu hasad (kedengkian). Dosa pertama yang dilakukan di langit adalah karena hasad, yaitu kedengkian iblis kepada Nabi Adam as. Begitu juga dosa pertama di dunia terjadi karena hasad, kedengkian anak Adam kepada saudaranya.

Kalau kita paham betul sifat Arrahman dan Arrahim Allah, maka tidak akan ada hasad di hati kita. Dan ini harus terus kita latih. Terkadang, ada di hati kita ingin seperti orang lain, maka itu sudah ada hasad dan akan capek hidupnya.

Kenapa banyak orang yang hidupnya terlilit hutang? Karena mereka ingin seperti orang lain.

Ayat keempat, malikiyaumiddin. Ayat ini membahas keimanan, kehidupan akhirat, balasan kebaikan, ancaman keburukan, dan berita tentang kehidupan setelah kematian.

Yang perlu kita sadari, hidup kita tidak lama. Kalau hari-hari kita habiskan hanya untuk mengumpulkan materi dan berorientasi dunia semata, tidak berorientasi akhirat, maka kita akan merugi.

Ayat kelima, iyyakana’budu waiyyakanasta’in. Di sini ada pemisah antara “menyembah” dan “meminta pertolongan”.

Di ayat ini, kita menyatakan penyembahan dulu kepada Allah. Di kalimat “na’budu”, mengandung makna adanya kewajiban, perintah, larangan, ilmu, syariat, dan aqidah.

Setelah kita tunaikan kewajiban kepada Allah, maka barulah ada hak, perintah, larangan, aqidah, syariat, tawakal, dan ikhtiar yang terkandung di dalam kalimat “nasta’in”.

Ini ada hukum kausalitas. Setelah kita menyembah dan taat, silakan meminta kepada Allah.

Ayat keenam, ihdinash-shiratalmustaqim. Ini adalah doa untuk meminta selalu di bawah petunjuk dan bimbingan Allah. Di sini terkandung nilai syariat dan halal-haram.

Ayat ketujuh, memuat keterangan tentang doa yang kita minta di ayat sebelumnya. Pertama, shiratal-ladzina an’amta ‘alaihim, jalan orang-orang yang engkau berikan nikmat. Itu artinya, memuat kisah orang-orang baik, pelajaran, dan nasihat.

Kedua, ghaoirilmaghdubi’alaihim, bukanlah orang-orang yang dimurkai. Ayat ini mengandung kisah orang-orang buruk. Orang yang dimurkai Allah adalah orang yang punya ilmu tapi miskin amal. Mereka tau shalat, sedekah, dan tersenyum baik, tapi tak pernah shalat, tak pernah sedekah, tak pernah senyum.

Ketiga, waladh-dhollin, bukan jalan orang-orang yang sesat. Ini mengandung kisah orang buruk, yaitu orang yang banyak amal tapi tidak berilmu. [DDHK News]

Baca juga:

×