DDHK.ORG — Surati tidak dapat meyembunyikan rasa syukur dan senangnya karena diberikan makanan halal saat dirawat di Rumah Sakit Caritas Medical Centre, Cheung Sha Wan. Hal itu lantas ia kabarkan kepada teman temannya di grup Tim Volunteer Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK).
“Teman teman semua, kita perlu bersyukur, karena Pemerintah Hong Kong telah berapresiasi menyediakan menu makanan yang berlabel halal di rumah sakit. (Ini) bentuk toleransi mereka terhadap umat Muslim,” ujarnya, sehari setelah keluar dari rumah sakit, 15 Agustus 2021 lalu.
Ia pun menyarankan teman temannya untuk menghargai toleransi yang telah ditunjukkan Pemerintah Hong Kong dengan cara bersikap toleran juga. “Kita patut menghargai hal itu dengan menjaga rasa saling menghormati dan menghargai umat beragama lainnya, dan mematuhi semua aturan, karena di tengah mayoritas masyarakat yang penduduknya non Muslim kita masih dihargai dan diperhatikan,” kata Surati.
Pekerja migan Indonesia asal Kediri, Jawa Timur, ini mengalami sakit di kepala dan tengkuknya. Perutnya pun mual jika dibawa bergerak. Sejak hari Kamis, 12 Agustus, ia pun dirawat di rumah sakit Caritas Medical Centre.
“Saya pulang hari Sabtu sore (14 Agustus),” ujar Surati.
Saat masuk rumah sakit, perempuan yang sudah bekerja di Hong Kong selama 10 tahun ini sempat ditanyai soal kepercayannya oleh petugas. Ia pun menjawab bahwa dirinya seorang Muslimah dan tidak makan daging babi dan makanan non halal lainnya.
Atas dasar itu, di ranjang yang ditempatinya diberikan keterangan tentang menu makanan halal yang harus diberikan. Surati bercerita, menu sarapannya adalah nasi dan roti. Sedangkan makan siang dan malam hampir sama, yaitu berkisar nasi dan ikan bersaos jagung, serta kombinasi sayur sawi, jagung, wortel, dan kacang kapri yang dikasih saos.
“Kalau soal rasa, dari 10 saya kasih nilai 6. Tapi terlepas dari rasa, di situ saya bisa mendapatkan makanan yang halal saja sudah senang sekali dan bersyukur,” ujar pekerja migran Indonesia yang saat ini sedang menjalani tahun ketiga bekerja di daerah Sham Sui Po ini.
Dengan fakta ini, Surati berpendapat bahwa sudah bukan zamannya lagi kita, pekerja migran Indonesia yang beragama Islam, sembarangan dalam mengkonsumsi makanan sehari hari. “Sekarang kita di Hong Kong sudah tidak sulit untuk mencari makanan halal. Jadi, berusahalah untuk tetap berusaha mengomsumsi yang halal. Di rumah majikanpun begitu, kita jangan takut. Berikan penjelasan kepada majikan dengan baik dan sopan, insyaallah mereka mengerti,” ujarnya. [DDHKNews]