Artikel

Menjaga Dua Tangan dan Dua Kaki

DDHK.ORG — Hendaklah engkau menjaga kedua tanganmu dari memukul seorang Muslim dan dari mencapai sesuatu yang diharamkan atau menyakiti makhluk Allah. Engkau jaga pula tangnmu dari mengkhianati amanah atau simpanan orang.

Jaga juga tanganmu dari menulis sesuatu yang tidak boleh dituturkan, karena tulisan adalah salah satu diantara dua lidahmu. Hendaklah engkau menjaga penamu dari menulis sesuatu yang diharamkan menyampaikannya.

Hendaklah pula engkau pelihara kedua kakimu dari berjalan ke tempat yang diharamkan atau berjalan menuju kepada sultan yang zalim. Berjalan menuju sultan yang zalim tanpa ada kedaruratan dan paksaan adalah maksiat yang besar. Karena, yang demikian itu dianggap “tawadhu” atau merendahkan diri kepada mereka dan menghormati kezaliman mereka. Sedangkan Allah menyuruh kita supaya berpaling dari orang yang zalim, seperti firman-Nya:

Apa lagi kalau perjalananmu menemui sultan yang zalim itu untuk meminta sesuatu darinya. Maka ini jelas dianggap mengusahai yang haram.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

Coba lihat, begitu dahsyat akibat tawadhu’ atau merendahkan diri kepada orang kaya yang soleh karena kekayaan. Maka betapa pula engkau tawadhu’ kepada orang kaya yang zalim?

Ringkas kata, segala gerak lakumu dengan anggota tubuhmu adalah merupakan nikmat dari Allah SWT yang diberikan-Nya kepadamu. Maka hendaklah engkau jangan menggerakkan satupun dari anggota tubuhmu untuk melakukan kemaksiatan apapun. Sebaliknya, engkau gunakan segala anggota tubuhmu untuk mengerjakan ketaatan kepada Allah.

Ketahuilah! Apabila engkau lalai maka akibatnya akan Kembali kepadamu. Sebaliknya, apabila engkau rajin maka manfaatnya juga akan Kembali kepadamu.

Allah Maha Kaya darimu dan Maha Kaya dari amalanmu. Tapi setiap orang akan tergantung (pada hari kiamat nanti) dengan amalan yang dikerjakannya di dunia ini. Maka jangan sekali-kali engkau berkata: “Allah itu Tuhan yang Maha Mulia lagi Pengampun. Ia mengampuni dosa-dosa hamba yang berbuat maksiat”, karena ucapan seperti itu adalah ucapan yang benar, tapi mempunyai tujuan yang salah.

Orang yang mengatakannya disebut “Ahmaq” (bodoh), seperti sebutan yang dikatakan oleh rasulullah SAW dalam sabdanya:

Ketahuilah bahwa siapa saja yang mau menjadi seorang yang allim tapi ia tidak berusaha mencari ilmu dan hanya berkata: “Allah itu Tuhan yang Maha Mulia lagi Maha Mengasihani. Dia berkuasa memberikan ilmu ke dalam hati para Anbia dan Aulia tanpa susah payah mengulang kajian dan mencatat”, maka orang yang berkata demikian sama halnya dengan seseorang yang mau mendapatkan harta kekayaan lalu dia meninggalkan usaha.

Dia tidak mau bertanam atau berniaga. Bahkan, dia duduk saja di dalam keadaan menganggur sambil berkata: “Allah itu Tuhan yang Maha Mulia lagi Maha Mengasihani dan bagi-Nya segala khazanah yang ada di langit dan yang ada di bumi dan Dia berkuasa menunjukkan aku akan sesuatu perbendaharaan dari perbendaharaan harta sehingga aku tidak perlu berusaha seperti apa yang dikaruniakan kepada Sebagian hamba-hamba-Nya”.

Maka apabila engkau mendengar perkataan kedua orang ini, sudah tentu engkau akan menganggap bahwa orang yang berkata itu adalah orang yang bodoh dan sudah tentu engkau akan mengolok-oloknya. Meskipun, apa yang mereka sifatkan tentang kemurahan dan kekuasaan Allah Taala itu adalah sesuatu yang benar.

Maka begitulah halnya orang yang arif dalam agama. Mereka akan menertawakan engkau seandainya mereka melihat engkau memohon ampun dosa dari Allah Ta’ala tanpa usaha apapun untuk mencapainya (tanpa bertaubat).

Bukankah Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an:

Dan dirman-Nya lagi:

Allah juga berfirman:

Apabila engkau tidak meninggalkan usaha dalam mencari ilmu dan harta karena bersandar kepada kemurahan Allah Ta’ala maka begitu pula halnya, engkau tidak meninggalkan berbuat bekal akhirat karena bersandar kepada kemurahan Allah. Janganlah engkau malas berbuat ibadah karena Tuhan dunia dan Tuhan akhirat itu hanya satu.

Tuhan itu Maha Pemurah dan Maha Mengasihani, baik di dunia maupun di akhirat. Kemurahannya tidak bertambah dengan ketaatanmu.

Kemurahannya, Dia memudahkan bagimu jalan yang dapat menyampaikan engkau ke negeri yang kekal abadi yang penuh dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan. Dengan syarat, engkau mampu bersabar menahan syahwatmu untuk beberapa hari yang sangat sedikit sekali. Maka inilah inti kemurahan-Nya.

Janganlah engkau berbisik di dalam dirimu dengan lamunan dan angan-angan yang kosong. Hendaklah engkau mencontohi kesungguhan orang-orang yang mempunyai kepandaian dari para Anbia dan salihin. Jangan engkau mengharapkan menuai buah yang tidak engkau tanam.

Mudah-mudahan Allah memberikan curahan rahmat dan ampunan-Nya kepada orang yang rajin berpuasa, shalat, berjihad, dan bertakwa.

Ringkas kata: peliharalah anggota badanmu yang zakir dari maksiat. Dan ketahuilah bahwa perbuatan anggota badanmu yang zahir ini hanyalah timbul dari arahan yang datang dari dalam hatimu

Apabila engkau bermaksud memelihara segala anggota badanmu yang zahir, maka mulailah dengan membersihkan hatimu. Inilah yang dinamakan dengan “takwa batin” dan hati yang ada di dalam dadamu itulah yang dinamakan dengan “mudghah” (segenggam daging) yang apabila ia baik maka akan baiklah sleuruh anggota badanmu, dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh anggota badanmu.

Kebersihan hati itu hanya dapat dicapai melalui Al-Muqarabah. Yaitu, menghadirkan hati bersama Allah dan merasakan kehadiran-Nya setiap saat.

Dinukil dari buku terjemahan kitab “Bidayatul Hidayah” karya Al Imam Hujjatul Islam Al Ghazali RA, hal. 131-136)

Baca juga:

×