DDHK.ORG – Olahraga jalan terus meski sedang puasa di bulan Ramadan. Pakar kesehatan Universitas Airlangga (Unair) Lilik Herawati mengingatkan pentingnya untuk tetap melakukan aktivitas ini saat puasa Ramadan.
Seperti dilansir Republika, ia menganjurkan saat berpuasa untuk melakukan olahraga intensitas ringan sampai sedang. Untuk jenisnya disesuaikan dengan kondisi masing-masing seperti jogging, berjalan, bersepeda, maupun senam.
Lilik menjelaskan, bagi remaja atau dewasa yang tidak memiliki gangguan dalam persendian, tidak ada penyakit tertentu, dan berat badan normal, dianjurkan melakukan jogging. Namun, bagi lansia maupun seseorang yang overweight atau obesitas, sebaiknya cukup berjalan dan bersepeda.
“Lantaran jika berlari dapat membahayakan sendi-sendi lutut. Berenang sebenarnya juga boleh tetapi saat puasa mungkin khawatir ada air yang tertelan,” ujarnya, Selasa (4/4/2023).
Terdapat beberapa cara dalam membedakan intensitas berolahraga apakah ringan, sedang, atau berat. Cara yang paling mudah yakni dengan tes bicara. Jika seseorang yang sedang olahraga sembari bernyanyi dan berkomunikasi dengan lawan bicara, maka itu termasuk kategori berolahraga intensitas ringan.
“Sedangkan, jika bicara masih bisa namun sulit untuk bernyanyi, maka itu termasuk olahraga kategori intensitas sedang. Sementara, jika telah kesusahan bicara, apalagi menyanyi saat olahraga, maka itu termasuk intensitas berat,” ujarnya.
Lilik mengatakan, penyiasatan olahraga pun menjadi perlu, terlebih soal waktu. Ia menyarankan waktu yang ideal berolah raga yakni saat menjelang berbuka puasa. Lantaran, ketika berolahraga, relatif terjadi kehilangan cairan tubuh dan merasa haus. Situasi itu dapat segera kembali pulih saat berbuka.
“Kalaupun dilakukan di pagi hari setelah sahur juga boleh, asalkan tidak terlalu berat,” kata Lilik.
Jika hanya sempat melakukan aktivitas fisik di pagi hari, maka sebaiknya cukup peregangan sekitar 30-60 menit. Malam hari seusai pulang kerja, saat tubuh dalam keadaan capek, sebaiknya tidak perlu dipaksakan olahraga. Hal ini dapat memicu efek yang tidak diinginkan dan meningkatkan risiko cedera.
“Kalaupun bisanya selepas tarawih ya gunakan jenis olahraga ringan sampai sedang. Sementara olah raga berat tidak perlu dulu karena irama hormonal kortisol yang lebih rendah saat malam,” ujarnya. [DDHK News]