Israel Gunakan Kelapran, Gas Saraf, dan Senjata Kimia sebagai Senjata Perang

Berbagai aksi keji dipertontonkan Israel dalam perang melawan Hamas di Palestina. Yang terbaru, sebagaimana diungkap organisasi nirlaba asal Inggris, Oxfam, kelaparan digunakan sebagai senjata perang oleh Israel setelah mereka memutuskan pasokan makanan, air, listrik, dan bahan bakar ke Gaza, Palestina.

Kurang dari 70 truk bantuan telah memasuki wilayah miskin Gaza sejak perang dimulai. Sebagian besar, dihalangi masuk oleh tentara Israel.

Oxfam melaporkan, hnya 2 persen saja makanan yang akan dikirimkan telah memasuki Gaza sejak pengepungan total dilakukan tentara Zionis. Menurut Oxfam, dibutuhkan sekitar 104 truk sehari untuk mengirimkan makanan ke Gaza untuk mengatasi krisis pangan yang sangat mendesak.

“Situasinya sangat mengerikan. Di manakah letak kemanusiaan? Jutaan warga sipil dihukum secara kolektif di seluruh dunia, dan tidak ada pembenaran untuk menggunakan kelaparan sebagai senjata perang. Para pemimpin dunia tidak bisa terus berdiam diri dan menonton saja. Mereka mempunyai kewajiban ntuk bertindak dan bertindak sekarang,” kata Direktur Regional Oxfam untuk Timur Tengah, Sally Abi Khalil, sebagaimana dikutip Republika dari Aljazirah, Rabu (25/10/2023).

Selain kelaparan sebagai senjata perang oleh Israel di Gaza, kelompok perlawanan Palestina memperkirakan, Israel akan membanjiri terowongan Hamas dengan gas saraf dan senjata kia di bawah pegawasan komando Delta Force amerika Serikat (AS). Republika, mengutip Middle East Eye memberitakan, seorang sumber senior Arab yang dekat dengan Hamas mengatakan bahwa Israel dan AS berharap dapat menembus terowongan Hamas untuk menyelamatkan sekitar 220 sandera dan membunuh ribuan pejuang sayap militer Hamas yang tergabung dalam Brigade al-Qassam.

“Rencana tersebut bergantung pada elemen kejutan untuk memenangkan pertempuran dengan menggunakan gas yang dilarang secara internasional, khususnya gas saraf dan senjata kimia. Gas saraf dalam jumlah besar akan dipompa ke dalam terowongan,” kata sumber tersebut, sebagaimana dilansir Middle East Eye, Rabu (25/10/2023).

Gas saraf itu mampu melumpuhkan gerakan tubuh untuk jangka waktu antara 6-12 jam. “Selama periode ini, terowongan akan ditembus, para sandera akan diselamatkan, dan ribuan tentara al-Qassam akan dibunuh,” kata sumber itu.