ArtikelHikmah

Hikmah Kisah Para Sahabat Nabi Muhammad SAW (2)

DDHK.ORG — Karakteristik sahabat:

  1. Tsiqoh, artinya percaya. Sahabat senantiasa percaya kepada ajaran yang dibawa Rasulullah saw.
  2. Muhajahadah, artinya bersungguh-sungguh. Mereka selalu berungguh-sungguh dalam berbuat kebaikan.
  3. Jika ditimpa musibah, para sahabat bersabar dan tawakkal.
  4. Tidak takut kepada siapapun.
  5. Rela berkorban.

Ayat tentang sahabat, Surat Ali Imran, ayat 92: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

Kisah Sya’ban

Mayoritas sahabat, berbondong-bondong ingin tinggal dekat dengan Rasulullah saw. Tapi, ada seorang sahabat yang tak terlalu menonjol dari sahabat lainnya, memilih tinggal jauh dengan Rasulullah saw.

Namanya Sya’ban. ARumahnya berjarak tiga jam berjalan kaki ke masjid Nabawi dan rumah Rasulullah saw. Meski jauh, namun Sya’ban tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah bersama Rasulullah saw. Bahkan, sering datang lebih awal ketimbang sahabat yang lain.

Kisah Sya’ban yang berjalan kaki ini terdengar oleh Ubay bin Ka’ab, seorang mantan pendeta yang masuk Islam. Ia pun memberikan saran kepada Sya’ban agar membeli keledai. Namun perkataan Sya’ban membuat Ubay bin Ka’ab kaget.

Ia mengatakan, “Demi Allah, aku tidak senang jika rumahku berdekatan dengan Rasulullah saw. Aku lebih suka tinggal di rumah yang jauh dari rumah beliau.”

Perkataan Sya’ban itu pun ia sampaikan kepada Rasulullah saw. Saat ditanya Rasulullah sw tentang alasannya, Sya’ban mengungkapkan bahwa suatu ketika Nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa setiap langkah seseorang yang menuju masjid maka satu dosanya akan diampuni atau derajatnya dinaikkan satu tingkat. Maka, keinginannya untuk tinggal jauh dengan Rasulullah saw adalah tak lain agar jumlah langkah kakinya menuju masjid Nabawi lebih banyak.

Sya’ban memiliki kebiasaan unik. Setiap kali salat berjamaah, ia selalu mengambil posisi paling pojok di masjid Nabawi. Suatu pagi Rasulullah saw heran, ketika tidak mendapati Sya’ban di posisinya.

Beliau pun bertanya, “Adakah diantara kalian yang melihat Sya’ban?” Namun tak ada satupun sahabat yang melihatnya.

Hingga salat Subuh usai, Sya’ban tidak kunjung kelihatan. rasulullah saw dan para sahabat pun akhirnya pergi mengunjungi rumah Sya’ban. Sesampai di rumah Sya’ban barulah rasulullah saw dan para sahabat megetahui alasan absennya Sya’ban dari Subuh berjamaah. Tak lain, karena Sya’ban telah meninggal dunia.

Sakaratul maut Sya’ban

Istri Sya’ban bercerita, ada hal aneh sebelum Sya’ban wafat. Dia berteriak, mengatakan 3 hal:

  1. Aduh, andai saja lebih jauh.
  2. Aduh, andai saja yang baru.
  3. Aduh, andai saja semuanya.

Rasulullah saw pun menyampaikan firman Allah, surat Qaf, ayat 22: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.”

Dari ayat ini terungkap, bahwa seseorang yang sedang menghadapi sakaratul maut akan ditampakkan penglihatan yang tidak bisa dilihat banyak orang. Yaitu, terkait amal perbuatan semasa hidup.

“Aduh, andai saja lebih jauh”, yang diteriakkan Sya’ban, terkait dengan pahala besar atas perjalanannya yang cukup jauh menuju masjid untuk shalat berjamaah.

“Aduh, andai saja yang baru”, yang diteriakkan Sya’ban terkait dengan pakaian dua lapis yang dikenakannya karena cuaca sangat dingin. Di tengah jalan, ia bertemu dengan seseorang yang sedang merintih kedinginan. Ia pun memberikan satu helai pakaian yang lebih lusuh yang dikenakannya di lapisan luar. Allah menampakkan pahalanya yang sangat besar saat Sya’ban sakaratul maut.

“Aduh, andai saja semuanya”, diteriakkan Sya’ban terkait dengan sedekahnya kepada seorang pengemis yang mengetuk pintunya dan mengaku kelaparan. tanpa pikir panjang, Sya’ban pun membelah roti menjadi dua dan membagi dua susu miliknya, dinikmati bersama. Allah pun menampakkan ganjaran pahalanya yang besar saat Sya’ban sakaratul maut.

Hikmah dari kisah Sya’ban

“Dan katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah, ayat 105)

Allah perintahkan kita untuk bekerja, tanpa berharap pamrih dari manusia. Sekecil apapun amal yang kita lakukan, Allah mengetahui dan akan mengganjarnya dengan pahala.

Oleh Ustadz Hardy Agusman, disampaikan pada kajian Madrasah Perantau Online, Sabtu, 13 Maret 2021.

>>Ikuti kajian Madrasah Perantau Online di Facebook page Dompet Dhuafa Hong Kong setiap hari Sabtu. [DDHK News]

Baca juga:

×