BeritaHong Kong

Banyak Eks Pekerja Migran Sakit dan Overstay Butuhkan Edukasi untuk Mau Pulang

DDHK.ORG — Alin, relawan lembaga Peduli Kasih, mengungkap bahwa banyak eks pekerja migran Indonesia yang berstatus overstay dan dalam keadaan sakit di Hong Kong. Sebagian dari mereka ngotot bertahan dan ogah pulang ke Indonesia, sebagian lain bingung harus ke mana meminta bantuan dan tidak tau harus berbuat apa untuk bisa pulang ke Tanah Air.

Dia mengusulkan, perlu dijalinnya kerja sama berbagai instansi untuk melakukan edukasi kepada mereka supaya mau dan bisa pulang ke kampung halaman. “Saya ingin bicarakan soal kerja sama ini kepada Pak Imam Baihaqi (General Manager Dompet Dhuafa Hong Kong),” kata Alin.

Hal itu disampaikan Alin terkait pendampingan kasus Nanik Suryati, eks pekerja migran Indonesia di Hong Kong yang baru bisa pulang pada hari Ahad (4/10/2020). Perempuan berusia 38 tahun yang bekerja di Hong Kong sejak 2015 ini mengaku terpaksa berstatus overstay sejak Februari 2020. Selama overstay, Nanik mengontrak di lantai 2 sebuah gedung tua di Tai Nan Street, Sham Shui Po.

Proses awal Nanik overstay perlu disesalkan. Dia mengaku terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya di majikan gara-gara sakit. Padahal, seandainya Nanik tau, jika seorang pekerja rumah tangga asing sakit dia dilindungi hukum Hong Kong, dia mungkin tidak perlu serta merta meninggalkan pekerjaannya dan akhirnya overstay.

Di Sham Shui Po, tempat Nanik mengontrak, Alin mendapati, banyak eks pekerja migran Indonesia yang juga overstay dan sakit. “Meski kondisinya begitu, mereka tidak mau pulang,” ujar Alin.

“Menurut saya, di sana adalah salah satu kantong pekerja migran bermasalah,” ujarnya.

Di Nam Cheung, Alin juga menemukan fakta yang lebih tragis lagi. Banyak diantara eks pekerja rumah tangga Indonesia yang terpaksa harus terjerat dalam sindikat penjualan narkoba.

Yang sangat disesalkan, mereka bertahan di Hong Kong dan enggan pulang ke Tanah Air, dengan status overstay dan mengambil risiko bakalan menghadapi tututan pidana cukup berat. “Tragisnya, mereka melakukan itu hasilnya hanya cukup untuk makan saja. Atas dasar itulah, perlunya edukasi kepada mereka,” kata perempuan asal Yogyakarta ini. [DDHK News]

Baca juga:

×