ArtikelFiqihKonsultasi

Apa Boleh Sholat Tidak Tepat Waktu?

DDHK.ORG – Sholat maghrib daerah Tuenmun saat ini jam 17.41. Namun sampai jam 18.00 ini suasana masih terang. Karena ada suatu masalah, bolehkah sholat jam 17.50? Simak konsultasi kali ini.

Assalamu’alaykum warohmatullohi wabarokaatuh

Ustadz, saya ingin bertanya tentang waktu sholat maghrib. Saya tinggal di daerah Tuenmun apartemen lantai nomor 29 hadapnya arah selatan. Waktu solat maghrib daerah Tuenmun saat ini jam 17.41. Namun sampai jam 18.00 ini suasana masih terang dari rumah majikan saya, sedangkan tengok ke bawah sudah gelap.

Apa boleh saya sholat di jam 17.50 karena pas jam 18.00 waktu masak dan menyiapkan makan malam.

Jazakumullohu khoir Ustadz atas jawabannya,
barokallohu fiik.

Terima kasih sebelumnya.

Salam, Fulanah

JAWAB:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Bismillah…
Sholat adalah ibadah yang waktunya sudah ditentukan oleh Allah Subhãnahu wata’ala baik dalam Al-Quran maupun hadits.

Allah Subhãnahu wata’ala berfirman:

إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً {النساء: ١٠٣}

“Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” {QS. An Nisa’: 103}

Dalam ayat lain lebih diperjelas,

أَقِمِ الصَّلاَةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوداً {الإسراء: ٧٨}

“Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” {QS. Al Isra’: 78}

Untuk sholat maghrib, Ulama sepakat bahwa awal waktunya adalah ketika matahari benar-benar tenggelam dengan sempurna. Adapun akhir sholat maghrib, Ulama berbeda pendapat:

1. Sholat maghrib hanya mempunyai satu waktu saja yaitu sekadar waktu yang diperlukan orang yang akan sholat dari mulai ia bersuci, menutup aurat, melakukan adzan, iqomah dan melaksanakan sholat.

Pendapat ini dipilih oleh Ulama Malikiyah, Al-Auza’i dan Imam Syafi’i. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir radliyãllahu ‘anhu ketika Jibril ‘aliahissalam mengajarkan shalat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

ثُمَّ جَاءَهُ لِلْمَغْرِبِ حِينَ غَابَتْ الشَّمْسُ وَقْتًا وَاحِدًا لَمْ يَزُلْ عَنْهُ فَقَالَ قُمْ فَصَلِّ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ….. (رواه النسائي)

“Kemudian Jibril mendatangi Nabi shallallãhu ‘alaihi wasallam ketika matahari telah tenggelam (sama dengan waktu ketika Jibril mengajarkan sholat kepada Nabi pada hari sebelumnya) kemudian dia mengatakan, “Wahai Muhammad berdirilah laksanakanlah shalat maghrib………..” (H.R. Nasa’i)

2. Saat hilangnya mega merah. Pendapat ini dipilih oleh Sufyan Ats-Tsauri, Imam Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Ulama Hanafiyah, serta sebagian Ulama Syafi’iyah termasuk Imam An-Nawawi rohimahullãh. Dalilnya adalah hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radliyãllahu ‘anhuma,

….وَقْتُ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ مَا لَمْ يَغِبِ الشَّفَقُ….. (رواه مسلم)

“Waktu sholat maghrib adalah selama belum hilang sinar merah ketika matahari tenggelam.” (H.R. Muslim)

Pendapat kedua inilah yang paling kuat.

Penentuan Awal Waktu Sholat Maghrib

Lalu bagaimana menentukan awal waktu sholat maghrib bagi orang yang tinggal di tempat yang tinggi seperti bangunan apartemen, dsb? Karena pada ketinggian tertentu matahari terlihat seperti belum tenggelam secara sempurna.

Akan tetapi jika melihat ke bawah sudah gelap, yang artinya matahari sudah tenggelam sempurna.

Menurut ilmu astronomi, posisi matahari terbenam adalah saat piringan matahari bagian atas berhimpit dengan ufuk mar’i (ufuk yang bisa dilihat oleh indera mata).

Sedangkan ufuk hakiki (ufuk sebenarnya) adalah ketika terlihat garis putih ada di atasnya yang menandakan bahwa posisi matahari yang terlihat sebenarnya sudah berada jauh di bawahnya. Hal ini disebabkan karena adanya pembiasan cahaya (refraksi), di mana posisi matahari pada saat terbenam sangat dipengaruhi oleh jari-jari (semidiameter) matahari, pembiasan cahaya (refraksi), dan kerendahan ufuk yang dinilai dapat berbeda sesuai keberadaanya yang mau melaksanakan ibadah sholat maghrib dan juga berbuka puasa.

Itu disebabkan karena ada perbedaan ketinggian lokasi di gedung pencakar langit. Hal ini bisa dibuktikan di Burj Khalifa, Dubai, Uni Emirat Arab, di mana ketinggian lantai paling atas mencapai 650 meter DPL (Di atas Permukaan Laut).

Sedangkan lantai dasar di sekitar 7 meter DPL. Sebagai ilustrasi agar dapat dibayangkan bagaimana bentuk bangunannya dan posisi letak geografisnya termasuk tata cara hisabnya.

Berdasarkan pada perhitungan awal waktu sholat maghrib antara lantai-lantai yang terdapat pada bangunan Burj Khalifa, maka akan ada perbedaan sunset (matahari terbenam) pada bagian lantai bawah dan lantai bagian atas sebanyak 3 menit.

Demikian pula saat sunrise (matahari terbit), di lantai atas akan menyaksikan matahari terbit waktunya lebih cepat tiga menit. Demikian pula, matahari terbenam akan terjadi lebih lambat waktunya sebanyak tiga menit.

Jika menganalogikan pada Burj Khalifa sebagai bangunan tertinggi di dunia yang hanya selisih tiga menit untuk awal waktu shalat maghrib antara lantai paling atas & paling bawah, juga karena dipengaruhi faktor refraksi (pembiasan cahaya), maka apa yang dialami ibu saat tinggal di apartemen Tuen Mun, Hong Kong lantai 29, dimana waktu shalat maghrib di sana pukul 17.41 Akan tetapi pukul 18.00 masih terlihat terang di lantai atas sedangkan lantai bawah sudah gelap (matahari sudah terbenam dengan sempurna), padahal ibu sudah harus bekerja mulai pukul 18.00 untuk masak & menyiapkan makan malam untuk majikan, maka silakan ibu shalat maghrib setelah pukul 17.41.

Silakan shalat maghrib dengan menambah selisih waktu menitnya seperti dengan menambahkan kira-kira sepuluh menit yaitu pada pukul 17.51.

Jika Ibu berinisiatif sholat maghrib pada pukul 17.50, maka sudah benar. Kenapa tidak cukup menambahkan tiga menit seperti di Burj Khalifa, Dubai? Bisa jadi karena perbedaan geografis, lintang, dan bujur bumi antara Hong Kong dengan Uni Emirat Arab.

Semoga Allah memudahkan urusan ibu & kita semua dalam menjalankan perintah-perintahNya termasuk sholat, amin.

Wallãhu a’lam.

Semoga bermanfaat.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Dijawab oleh Ustadz Very Setiawan.

#SahabatMigran ingin berkonsultasi seputar masalah agama Islam dan persoalan kehidupan? Yuk, sampaikan pertanyaannya melalui pesan WhatsApp ke nomor +852 52982419. [DDHK News]

Baca juga:

×