Direktur Kesehatan Hong Kong Ronald Lam pada hari Ahad, 10 Agustus 2025 lalu, mengatakan bahwa tahun ini diperkirakan akan menjadi puncak demam chikungunya. Ia memperingatkan, Hong Kong mungkin mengalami penularan lokal jika infeksi terus muncul di daerah sekitar yang berbatasan dengan Negeri Beton.
Lam mengatakan penularan lokal juga dapat terjadi jika langkah-langkah pengendalian nyamuk tidak diterapkan dengan baik. Namun ia yakin, Hong Kong memiliki kemampuan pengujian yang memadai untuk menangani potensi wabah lokal.
Ia mencatat bahwa rumah sakit umum sedang memperkenalkan tes untuk virus chikungunya. Laboratorium Pemerintah dapat menguji lebih dari 100 sampel per hari.
Pernyataannya muncul ketika Hong Kong mencatat kasus impor kelima demam chikungunya tahun ini. “Dari perspektif epidemi global, terdapat wabah demam chikungunya secara berkala,” kata Lam dalam sebuah program TVB, seperti dilansir RTHK.
“Misalnya, wabah terjadi dari tahun 2004 hingga 2005 yang menyebabkan lebih dari 500.000 infeksi di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperkirakan bahwa tahun ini akan menjadi puncak baru penyakit ini,” ujarnya.
Lam mengatakan virus chikungunya belum ditemukan pada nyamuk lokal hingga bulan lalu. Namun pihak berwenang tidak mengendurkan kewaspadaan mereka dalam upaya pencegahan penyakit. Ia juga memperingatkan bahwa chikungunya dapat menyebar lebih cepat daripada demam berdarah, penyakit lain yang juga ditularkan oleh nyamuk.
“Masa inkubasi virus ini jauh lebih pendek pada nyamuk. Ini berarti virus ini berkembang biak lebih cepat di antara nyamuk dan kemungkinan akan menginfeksi lebih banyak orang,” kata Lam.
Mengenai identifikasi kasus impor, Lam mengatakan petugas kesehatan mungkin tidak selalu dapat mendeteksi kasus tersebut di pos pemeriksaan perbatasan karena masa inkubasi penyakit ini bisa mencapai 12 hari. “Oleh karena itu, edukasi bagi para pelancong yang datang perlu ditingkatkan agar mereka terus memantau gejala apapun setelah memasuki Hong Kong,” ujarnya.
Demam chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV) yang termasuk dalam keluarga Togaviridae, genus Alphavirus. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk-nyamuk ini juga merupakan vektor penyakit demam berdarah (DBD), namun chikungunya dan DBD disebabkan oleh virus yang berbeda.
Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti demam tinggi yang muncul secara tiba-tiba; nyeri sendi yang parah terutama pada pergelangan tangan, siku, jari, lutut, dan pergelangan kaki; sakit kepala; nyeri otot; kelelahan; dan ruam pada kulit, terutama di badan dan tangan; mual dan muntah; serta pembengkakan pada sendi.