ArtikelHikmah

Urgensi Belajar Sejarah Hidup Nabi

Oleh: Ustadz Jauhar Ridloni Marzuq, Lc., MA.

 Manfaat belajar sejarah

“Sejarah adalah ilmu ramalan masa depan.” Begitu sebagian ahli sejarah mengatakan. Meksipun sejarah adalah ilmu tentang suatu peristiwa yang telah berlalu, tetapi karena sejarah akan berulang, maka mengetahui perjalanan sejarah umat manusia membuat kita mampu memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Proklamtor kemerdekaan Indonesia, Ir Soekarno, pernah berkata: “Jangan sekali-kali melupakan sejarah.” Pepatah lain berkata: “Bangsa besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya.”

Selain menjadi ilmu ramalan masa depan, bagi umat Islam, belajar sejarah—sejarah secara umum—juga memiliki banyak manfaat lainnya.

Pertama, kitab suci Al-Qur’an tidak kurang dari sepertiganya berbicara tentang sejarah. Kisah-kisah para Nabi, kisah-kisah orang-orang shalih, kisah-kisah para musuh Allah dan orang-orang durjana, serta kisah-kisah lainnya memenuhi setiap lembaran kitab suci terakhir ini.

Porsi yang sedemikian besar dalam Al-Qur’an tidak lain menunjukkan pentingnya sejarah bagi umat Islam. Tidak mungkin kitab suci terakhir ini memuat sesuatu dengan porsi sedemikian besar jika tidak ada manfaatnya. Bahkan dalam beberapa ayat Allah secara jelas memerintahkan kita untuk mempelajari sejarah: “Katakanlah: adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana (akibat) orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. Ar-Rum: 42).

Dari sini maka belajar sejarah adalah salah satu bentuk ibadah, karena dengan belajar sejarah kita telah menjalankan salah satu perintah Allah SWT.

Kedua, dengan mengajarkan sejarah kita dapat menanamkan nilai tanpa dirasa berat oleh objek yang kita ceritai. Jika Imam Ghazali pernah berkata: “Menerima nasihat itu berat, maka perhatikanlah cara kalian menyampaikannya,” maka salah satu cara terbaik untuk menyampaikan nasihat itu adalah dengan bercerita.

Ketika kita mengajak seseorang untuk bersyukur dengan menyampaikan ayat-ayat dan hadits-hadits, mungkin sebagian objek bicara kita merasa berat. Tapi ketika kita ajak mereka mendengar kisah tentang Qarun, kisah tentang pemiliki dua kebun dalam QS Al-Kahfi, kisah tentang Nabi Sulaiman, mereka akan bisa lebih mudah menerima tanpa merasa digurui.

Ketiga, dengan sejarah kita bisa mengetahui sunnatullah. Dalam mengatur alam raya ini, Allah telah menetapkan suatu hukum atau auran yang disebut sunnatullah. Hukum itu tidak akan berubah, dan semua makhluknya tidak akan bisa menghindar dari ketentuannya.

Allah berfirman: “Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.” (QS Al-Fath: 23).

Allah SWT tidak hanya menetapkan aturan atau sunnatullah bagi makhluk mati, seperti planet, tumbuhan, dan hewan. Dia juga menerapkan hukum bagi manusia. Kenyataan hidup yang menjadi sunnatullah dimaksudkan sebagai pelajaran berharga bagi manusia di dalam menjalani kehidupannya. Manusia seharusnya tidak boleh jatuh ke dalam lubang yang sama karena Allah SWT telah memberikan contoh dari perjalanan hidup manusia.

Dengan belajar sejarah, maka kita bisa menempuh perjalanan dengan meniru jalan kehidupan yang sukses di masa lampau. Mendengar dan mengkaji sejarah bangsa-bangsa terdahulu tentu akan mengantarkan kita pada kesadaran diri, menumbuhkan motivasi dan kekuatan jiwa untuk selalu patuh dan taat pada perintah Allah yang diamanatkan pada para Rasul. Sejarah adalah cermin kehidupan masa lalu agar menjadi pelajaran dan teladan bagi generasi setelahnya.

Allah berfirman:

“Maka ceritakanlah (wahai Nabi) kisah ini kepada kaummu agar mereka berpikir.” (QS. Al-A’raf: 176).

Manfaat belajar sejarah hidup Nabi

Jika mempelajari sejarah secara umum sedemikian penting, maka mempelajari sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammadi SAW tentu jauh lebih penting. Bukan hanya bagi umat Islam, tapi juga bagi semua manusia, mengingat Nabi bukan hanyak sosok istimewa bagi umat Islam, tapi juga sosok agung bagi sejarah perjalanan umat manusia. Itulah yang menjadi alasan Michael Hart untuk menempatkan nama Nabi Muhammad SAW di urutan pertama dari 100 tokoh paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia.

Hart berkata: “Alasan saya memilih Muhammad menjadi sosok paling berpengaruh dalam sejarah mungkin mengejutkan sebagian pembaca dan menimpulkan tanda tanya bagi sebagian yang lain. Pilihan itu tidak lain karena Muhammad adalah satu-satunya manusia—dalam sejarah—yang sukses luar biasa dalam dua sisi sekaliagus: agama dan dunia.”

Dari sini, maka setidaknya ada beberapa poin yang menjadikan kajian kita terhadap sosok Nabi Muhamamd SAW sangat penting.

Pertama, Rasulullah SAW adalah tokoh besar yang menonjol dalam segala sisi kehidupan. Kita sering terdorong untuk mempelajari perjalanan hidup satu tokoh tertentu yang menonjol dalam suatu bidang tertentu. Misalnya, kita mempelajari biografi Napoleon yang hebat dalam strategi perang. Atau BJ Habibie yang hebat dalam bidang sains dan ilmu pengetahuan. Atau, Nelson Mandela yang berjuang dalam sisi perdamaian dan persamaan hak-hak asasi manusia.

Jika demikian halnya, maka mempelajari perjalanan hidup Nabi Muhammad seharusnya lebih menarik karena beliau adalah sosok yang menonjol dalam segala bidang kehidupan. Dalam kepemimpinan, beliau adalah panglima hebat. Dalam perdagangan, beliau adalah bisnisman ulung. Dalam bidang Pendidikan, beliau adalah guru teladan. Dalam kehidupan rumah tangga, beliau adalah kepala keluarga idaman. Dan dalam bidang kehidupan rohani, beliau adalah panutan.

Kedua, Nabi Muhammad adalah junjungan dan suri tauladan kita, umat Islam. Kita tidak akan pernah bisa menjadi muslim sempurna tanpa mengetahui kehidupan Nabi SAW. Kita harus tahu bagaimana beliau shalat, supaya shalat kita benar dan sempurna. Kita harus tahu bagaimana beliau berpuasa, supaya puasa kita diterima. Kita juga harus tahu bagaimana beliau berhaji, supaya haji kita mendapatkan pahala. Dan lain sebagainya. Kehidupan dan gerak-gerik Nabi tidak lain adalah syariat bagi kita.

Allah SWT berfirman: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS Al-Kahfi: 110). Para mufassir mengatakan, yang dimaksud dengan amal shalih adalah amalan yang sesuai syariat, yang mengikuti tuntunan dari Nabi Muhammad SAW.

Ketiga, mengkaji sirah Nabi adalah salah satu bentuk dan bukti cinta kita kepada Rasulullah SAW. Sudah menjadi tabiat orang yang cinta, dia akan terdorong untuk mengetahui segala gerak-gerik orang yang dicintainya. Jika kita mengaku mencintai Rasulullah SAW, maka pasti kita akan terdorong untuk mengetahui segala sisi kehidupan beliau. Jika mengakui cinta tapi tidak terdorong untuk mengetahui kehidupan orang yang dicintainya, maka pastilah cintanya dusta.

Imam al-Qadhi ‘Iyadh al-Yahshubi berkata, “Ketahuilah, bahwa barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan mengutamakannya dan berusaha meneladaninya. Kalau tidak demikian, maka berarti dia tidak dianggap benar dalam kecintaanya dan hanya mengaku-aku (tanpa bukti nyata). Maka orang yang benar dalam (pengakuan) mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah jika terlihat tanda (bukti) kecintaan tersebut pada dirinya. Tanda (bukti) cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang utama adalah (dengan) meneladani beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengamalkan sunnahnya, mengikuti semua ucapan dan perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta menghiasi diri dengan adab-adab (etika) yang beliau (contohkan), dalam keadaan susah maupun senang dan lapang maupun sempit.”

Dari sini, maka mempelajari sejarah Nabi bukan sekedar nutrisi untuk akal dalam artian tambahan wawasan, tapi juga nutrisi bagi hati sebagai bentuk luapan rasa cinta. Mempelajari sejarah perjalan hidup Nabi akan membuat hati tenang, jiwa lembut, termoivasi, dan selalu bersyukur kepada Allah.

Ketika kita merasa beban hidup sedemikian berat, maka lihatlah bagaimana Nabi SAW menerima cobaan yang ratusan kali lipat lebih berat dari kita. Ketika kita merasa putus asa dengan janji Allah, maka dengan belajar sejarah Nabi kita dapat kembali membangkitkan asa karena hasil akhir selalu Allah berikan kepada orang yang beriman.

..

Materi tausiyah ini telah disampaikan Ustadz Jauhar Ridloni Marzuq, Lc., MA. saat memberikan kajian agama online untuk bapak-bapak ekspatriat Hong Kong pada Jumat malam, 4 September 2020. [DDHK.ORG]

Baca juga:

×