DDHK.ORG – Telapak tangan sering berkeringat? Apakah ini termasuk yang harus diwaspadai karena sebagai tanda menderita penyakit? Simak ini.
Faktanya, sejumlah orang kerap mengalami telapak tangan basah atau berkeringat. Kondisi itu dialami meski tidak sedang melakukan aktivitas atau berada di tengah cuaca panas.
Telapak tangan yang basah atau berkeringat bisa membuat tidak nyaman atau mengurangi kepercayaan diri. Selain itu, telapak tangan yang sering berkeringat juga merupakan sebuah penyakit.
Dilansir dari Kompas, dokter spesialis kulit dan kelamin Dedianto Hidajat menjelaskan,telapak tangan yang kerap basah atau berkeringat merupakan tanda penyakit hiperhidrosis.
“Itu namanya hiperhidrosis. Terjadi keringat berlebih pada tangan dan kaki, bisa juga pada ketiak,” katanya.
Dedianto mengungkapkan, hiperhidrosis disebabkan faktor genetik atau keturunan, dan stres. Selain itu, hiperhidrosis juga dapat disebabkan oleh penyakit lainnya.
“Penyakit dalam seperti gangguan pada kelenjar tiroid,” ujarnya. Menurutnya, hiperhidrosis bisa terjadi sejak seseorang masih berusia anak.
“Biasanya hiperhidrosis bisa dimulai dari usia anak-anak,” imbuhnya.
Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi penyakit lainnya, seperti iritasi, alergi, infeksi virus, bakteri, dan jamur karena) skin barrier jadi terganggu.
Dikutip dari MayoClinic, penyebab hiperhidrosis dibagi menjadi dua, yakni primer dan sekunder. Penyebab primer hiperhidrosis karena sinyal saraf yang rusak, sehingga memicu kelenjar keringat ekrin menjadi terlalu aktif. Sedangkan penyebab sekundernya adalah kondisi medis yang mendasarinya atau karena mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti pereda nyeri, antidepresan, dan beberapa obat diabetes dan hormonal.
Cara mencegah agar telapak tangan tidak basah atau berkeringat terus-menerus:
- Konsumsi obat-obatan
Beberapa obat dan upaya perawatan bisa menghentikan keringat keluar terus-menerus. Antiperspiran Biasanya, obat ini harus menggunakan resep dari dokter. Dokter akan meresepkan obat antiperspiran dengan alumunium klorida, seperti Drysol dan Xerac AC yang berupa obat salep. Namun, obat ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, jadi mesti berhati-hati dalam penggunaanya.
Krim dan tisu
Krim yang mengandung glikopirrolat dapat membantu meredakan hiperhidrosis. Selain itu, tisu yang dibasahi dengan glycopyyronium tosylate juga dapat meredakan penyakit ini. Obat penghambat saraf Obat penghambat saraf dapat memblokir saraf yang memicu kelenjar keringat. Namun obat ini mempunyai efek samping, seperti mulut kering, penglihatan kabur, dan masalah kandung kemih.
Antidepresan
Beberapa obat yang digunakan untuk depresi juga dapat mengurangi keringat. Selain itu, obat ini juga dapat membantu mengurangi kecemasan.
Injeksi botulinum toxin (botox)
Suntik botox ini akan memblokir saraf yang memicu kelenjar keringat. Membutuhkan beberapa hari untuk melihat hasilnya. Untuk mempertahankan efeknya, diperlukan kemungkinan perawatan berulang setiap enam bulan. Tetapi, akan muncul efek samping dari cara ini, yakni pelemahan otot jangka pendek pada area yang disuntik.
- Lontoforesis
Perawatan ini mudah untuk dilakukan di rumah. Cukup dengan merendam tangan atau kaki di dalam panci berisi air yang dialiri arus listrik ringan selama 20 hingga 40 menit. Ulangi 2-3 kali seminggu. Arus tersebut akan memblokir saraf yang memicu keringat.
- Terapi gelombang mikro
Perangkat yang digunakan adalah perangkat genggam yang menghantarkan energi gelombang mikro untuk menghacurkan kelenjar keringat. Perawatan dilakukan dua sesi dengan jarak antar sesi selama tiga bulan. Durasi dalam sekali perawatan adalah 20 hingga 20 menit. Namun, kemungkinan akan terjadi efek samping, yaitu perubahan rangsang pada kulit yang tidak nyaman.
- Pengangkatan kelenjar keringat
Dengan metode ini, seseorang akan tidak mempunyai kelenjar keringat. Metode ini dapat dilakukan dengan mengikisnya (kuretase), menyedotnya (sedot lemak), atau menggunakan kombinasi kedunya (kuretase hisap). [DDHK News]
Â