DDHK.ORG – Kilat muncul saat gempa Turki M7,8 pada Senin (6/2/2023) terekam video warga dan viral di media sosial.
Dilansir dari Detik, video yang beredar di media sosial itu memiliki narasi:
“Gempa di Turki terlihat seperti operasi penghukuman (HAARP) oleh NATO atau AS terhadap Turki. Video tersebut menunjukkan sambaran petir, yang tidak biasa terjadi pada gempa bumi, tetapi selalu terjadi pada operasi HAARP”
Video yang beredar ini ternyata tertanggal tahun 2022, bukan 2023. Jadi kemungkinan besar video itu bukan video gempa Turki pada Senin (6/2/2023) kemarin.
HAARP menurut situs haarp.gi.alaska.edu adalah High-frequency Active Auroral Research Program atau Program Penelitian Auroral Aktif Frekuensi Tinggi adalah upaya ilmiah yang ditujukan untuk mempelajari sifat dan perilaku ionosfer.
Ionosfer membentang kira-kira 50 hingga 400 mil di atas permukaan Bumi, tepat di tepi ruang angkasa. Bersama dengan atmosfer atas yang netral, ionosfer membentuk batas antara atmosfer bawah Bumi – tempat kita hidup dan bernapas – dan ruang hampa udara.
Fasilitas penelitian HAARP ini dipindahkan dari Angkatan Udara Amerika Serikat ke University of Alaska Fairbanks pada 11 Agustus 2015, memungkinkan HAARP untuk melanjutkan eksplorasi fenomenologi ionosfer melalui perjanjian penelitian dan pengembangan kerjasama penggunaan lahan.
HAARP ini selama beberapa waktu menjadi objek teori konspirasi yang berkaitan dengan perubahan iklim.
Seperti dilansir NBC News, pada Mei 2014 lalu, Presiden Venezuela Hugo Chavez pada 2010 lalu menuding HAARP sebagai pemicu gempa Haiti pada 2010.
Dilansir NPR pada Juni 2014 lalu, para pencetus teori konspirasi menuduh program HAARP bisa melakukan segalanya mulai dari pengendalian pikiran hingga gangguan komunikasi global.
Dennis Papadopoulos, fisikawan di University of Maryland dan peneliti pakar HAARP mengatakan, HAARP dirancang untuk mempelajari ionosfer, wilayah ruang yang diisi partikel bermuatan.
Partikel bermuatan merespons gelombang radio, sehingga HAARP dapat mempelajari ionosfer dengan memancarkan gelombang radio lurus ke atas, sejauh ratusan mil.
“Ini seperti stasiun radio, tapi jauh lebih kuat,” kata Papadopoulos.
HAARP sangat kuat, dapat menciptakan aurora buatan yang tinggi di langit. Penelitian ini memiliki potensi untuk meningkatkan komunikasi dan navigasi satelit. Dan militer telah menggunakannya untuk mempelajari hal-hal yang tidak mereka bicarakan.
“Terkadang ada eksperimen rahasia,” tutur Papadopoulos.
HAARP dapat mengubah ionosfer menjadi antena raksasa yang dapat digunakan untuk mengirimkan sinyal di bawah air.
Namun hingga saat ini belum ada satu tuduhan teori konspirasi terkait HAARP yang terbukti atau dikonfirmasi.
Kilat Saat Gempa
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mencuit dalam akun Twitternya pada Selasa (7/2/2023) ini mengatakan, fenomena kilat saat gempa itu adalah hal lazim.
“Fenomena pencahayaan (lightning) saat pelepasan energi gempa satu hal yang sangat lazim terjadi di berbagai tempat di muka bumi, itu aktivitas gelombang elektromagnetik. Jangan kejauhan lah mikir HAARP segala,” cuitnya.
Dalam situs United States Geological Survey (USGS) yang Daryono sertakan, dijelaskan bahwa fenomena seperti kilatan petir, bola cahaya, pita, dan pijar stabil, yang dilaporkan terkait dengan gempa bumi disebut Earth Quake Lamp (EQL) alias lampu gempa.
Ahli geofisika berbeda pendapat tentang sejauh mana mereka berpikir bahwa laporan individu tentang kilat yang tidak biasa di dekat waktu dan episentrum gempa benar-benar mewakili EQL.
Beberapa ahli meragukan bahwa salah satu laporan tersebut merupakan bukti kuat untuk EQL, sedangkan yang lain berpikir bahwa setidaknya beberapa laporan masuk akal soal EQL.
Hipotesis berbasis fisika telah diajukan untuk menjelaskan khusus laporan soal EQL, seperti yang berada di sekitar sesar penyebab pada saat gempa bumi besar.
Di sisi lain, beberapa laporan EQL ternyata terkait dengan listrik yang melengkung dari kabel listrik yang bergetar. [DDHK News]