Hong Kong memiliki beberapa preoduk kuliner lokal yang sangat ikonis. Misalnya, roti nanas, roti sosis, dan kue istri, yang diakui rasanya yang lezat.
Roti dan kue kering klasik khas Hong Kong ini biasanya dibuat dengan lemak babi untuk meningkatkan aroma dan teksturnya. “Karena daging babi dan produk turunannya dilarang bagi umat Islam, seorang pengusaha lokal menemukan solusi kreatif,” tulis news.gov.hk, Rabu (9/7/2025).
Situs resmi Pemerintah Hong Kong itu memberitakan bahwa pengusaha tersebut seorang pemilik kafe bernama Swadiq Khan. Ia telah bertahun-tahun berkecimpung di industri makanan dan minuman. Ia juga telah lama berharap bisa menjembatani kesenjangan kuliner yang dihadapi komunitasnya di Negeri Beton.
“Satu dekade lalu, Khan mengambil langkah berani dengan mendirikan dapur pusat yang didedikasikan untuk memproduksi roti halal ala Hong Kong yang bebas lemak babi dan pengawet. Kue-kue tersebut dipasok ke kafe-kafe milik kelompoknya sendiri,” tulis news.gov.hk.
Dapur pusatnya berhasil disertifikasi halal oleh Incorporated Trustees of the Islamic Community Fund of Hong Kong, yang juga dikenal sebagai Board of Trustees (BOT). “Saat itu, saya membagikan roti nanas kepada etnis minoritas agar mereka dapat merasakan seperti apa rasa roti nanas yang sebenarnya,” kenangnya.
Awal tahun ini, Khan melangkah lebih jauh dengan membuka cabang kafe baru di Tsim Sha Tsui, tempat dirinya mendirikan ruang roti khusus, yang juga telah disertifikasi oleh BOT. Dengan memastikan setiap produk yang dibuat di sana mematuhi pedoman diet halal, umat Muslim dapat menikmati roti ini dengan tenang.
“Kami tidak menggunakan lemak babi dalam roti kami. Kami menggunakan minyak sayur sebagai gantinya,” ujar sang pembuat roti dengan bangga sambil menguleni adonan.
Khan menjelaskan bahwa semua bahan yang digunakan di ruang roti harus disetujui oleh BOT. Dari tepung hingga sosis ayam, semuanya bersertifikat halal. “Tujuan saya adalah mempromosikan makanan halal yang otentik, tidak hanya kepada komunitas agama, tetapi juga kepada semua orang di Hong Kong. Berkat metode memasak yang kami gunakan, makanan halal umumnya sangat sehat,” ujarnya.
Khan mengatakan bahwa sejak mendapatkan sertifikasi halal, toko rotinya telah menerima pesanan dari Kowloon Mosque & Islamic Centre, atau biasa dikenal di kalangan komunitas Indonesia dengan Masjid Tsim Sha Tsui, yang berlokasi di dekatnya. Toko roti ini juga telah menarik wisatawan dari Malaysia, Singapura, Indonesia, dan negara-negara lainnya.
Khan berterima kasih kepada Dewan Pariwisata atas bantuannya dalam proses sertifikasi dan promosi, sehingga kuliner lokal lebih dikenal masyarakat. “Sejujurnya, saya ingin mempromosikan roti nanas. Keahlian saya ini diakui sebagai bagian dari warisan budaya takbenda Hong Kong,” ujarnya.
Dewan Pariwisata telah mengadopsi pendekatan akreditasi, edukasi, dan promosi yang beragam untuk menjadikan Hong Kong sebagai destinasi wisata ramah Muslim. Sebagai bagian dari upaya edukasinya, dewan meluncurkan sumber daya pelatihan online pada akhir Juni, berjudul Tips Menyambut Wisatawan Muslim.
Disajikan melalui video pendek dan infografis, materi ini menawarkan penjelasan yang jelas dan mudah dipahami tentang adat istiadat Muslim, aturan makan, ritual shalat, aturan berpakaian, dan hari raya keagamaan. Tujuannya adalah untuk memperdalam pemahaman industri pariwisata tentang budaya Muslim dan membantu bisnis melayani segmen pengunjung yang terus berkembang ini dengan lebih baik.
Khan menyampaikan bahwa beliau telah memandu stafnya tentang cara menyambut pengunjung Muslim, dan sekarang merekomendasikan agar mereka mempelajari materi pelatihan yang baru. “Misalnya, umat Islam shalat lima waktu, menjalankan ibadah puasa Ramadhan, dan menunaikan zakat. Dan jangan berasumsi bahwa siapapun yang berjilbab adalah seorang Muslim, karena beberapa mungkin orang India atau Sikh. Oleh karena itu, saya pikir pemahaman yang lebih mendalam sangatlah penting.”
Wakil Direktur Eksekutif Dewan Pariwisata, Becky Ip, menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam materi pelatihan sangat penting bagi staf pariwisata garda terdepan. “Hal ini memungkinkan para praktisi garda terdepan untuk memberikan layanan yang bijaksana kepada pengunjung Muslim sehingga mereka merasa betah dan diterima,” kata Becky.
Dalam Indeks Perjalanan Muslim Global 2025, yang dirilis bulan lalu oleh CrescentRating, otoritas perjalanan halal yang diakui secara internasional, Hong Kong untuk pertama kalinya berada di peringkat tiga teratas di antara destinasi non-Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Hong Kong juga dinobatkan sebagai Destinasi Ramah Muslim Paling Menjanjikan Tahun Ini.
Becky menekankan bahwa Dewan Pariwisata Hong Kong telah bekerja sama dengan BOT untuk mendorong lebih banyak bisnis mendapatkan sertifikasi halal. Hingga pertengahan Juni 2025, 190 restoran telah tersertifikasi. Selain itu, 60 hotel telah dinilai ramah Muslim oleh CrescentRating.
Dalam beberapa tahun terakhir, Hong Kong telah aktif memperluas jangkauannya ke pasar-pasar sumber wisatawan Muslim, termasuk negara-negara di Timur Tengah dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Timur Tengah, bersama dengan Indonesia dan Malaysia di Asia Tenggara, memiliki populasi Muslim yang signifikan. Dalam lima bulan pertama tahun ini saja, kedatangan wisatawan dari pasar-pasar ini melebihi 360.000 orang.
Becky mencatat bahwa dewan telah menyelenggarakan beberapa seminar bagi mitra dagang untuk membantu mereka lebih memahami potensi pasar perjalanan Muslim. Hong Kong juga telah mengundang banyak pemimpin opini kunci dari luar negeri, perwakilan media, dan sebagainya.