ArtikelHikmah

Menjaga Tujuh Anggota Badan dari Api Neraka

Menjaga Tujuh Anggota Badan dari Api Neraka

(Rangkuman dari Kajian Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghazali)

Oleh: Ustadz Jauhar Ridloni Marzuq, Lc. MA.

Di akhirat nanti Allah menyediakan surga dan neraka sebagai balasan bagi setiap hamba atas yang mereka lakukan di dunia. Dalam suatu atsar disebutkan, “Dunia adalah ladang akhirat.” Artinya, apa yang kita lakukan di dunia ini, itulah yang akan kita petik hasilnya di akhirat kelak.

Sebagai orang yang beriman kita semua tentu mengharapkan surga dan ingin terhindar dari api neraka. Mendapatkan surga bisa diperoleh dengan melaksanakan apa yang diperintahkan, dan menghindari neraka bisa dilakukan dengan meninggalkan apa yang dilarang. Itulah dua sisi penting dalam agama Islam ini.

Meski demikian, kata Imam Ghazali, meninggalkan apa yang dilarang jauh lebih sulit daripada melaksanakan ketaatan. Sebab, melakukan amal ketaatan dapat dilakukan setiap orang. Sedangkan meninggalkan syahwat hanya bisa diwujudkan oleh mereka yang tergolong shiddiqun (orang-orang yang jujur dalam keimanan).

Rasulullah SAW. bersabda, “Orang yang berhijrah adalah yang meninggalkan keburukan, sedangkan orang yang berjihad adalah yang berjuang melawan hawa nafsunya.”

Ketika kita bermaksiat, sesungguhnya kita melakukan maksiat tersebut dengan anggota badan kita. Padahal, anggota badan itu merupakan nikmat dan amanat Allah yang diberikan kepada kita untuk kita gunakan dalam ketaatan kepada Allah.

Karena itu, kata Imam Ghazali, menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada-Nya adalah puncak kekufuran, dan berkhianat terhadap amanat yang dititipkan Allah kepada kita adalah betul-betul perbuatan yang melampaui batas.

Anggota badan kita ibarat rakyat atau gembalaan kita. Maka, kita harus memperhatikan dengan baik bagaimana mengendalikan dan mengatur anggota-anggota badan itu. Rasulullah SAW bersabda: “Masing-masing kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.” (QS. Al Isra: 36).

Kita haruslah sadar bahwa semua anggota badan kita akan menjadi saksi atas kita pada hari kiamat. Ia akan menyingkap semua rahasia yang selama ini kita tutupi di hadapan semua makhluk. Allah Swt. berfirman, “Pada hari dimana lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas perbuatan yang kalian lakukan.” (Q.S. an-Nur: 24). Allah Swt berfirman, “Pada hari ini, Kami tutup mulut mereka sedangkan tangan mereka berbicara pada Kami dan kaki mereka menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Yasin: 65).

Oleh karena itu, maka kita harus senantiasa memelihara semua anggota badan kita dari maksiat. Dan, dari semua anggota tubuh itu, ada tujuh anggota tubuh yang menjadi jalan terbukanya pintu-pintu neraka Jahannam. Ketujuh anggota badan tersebut, yaitu mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan, dan kaki.

Menjaga Mata

Allah menciptakan mata agar bisa memberi petunjuk kepada kita di waktu gelap. Juga agar bisa kita gunakan untuk melihat semua keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah di langit dan bumi.

Ada empat maksiat mata yang harus kita jaga dan hindari: 1. melihat yang bukan mahram, 2. melihat gambar dengan syahwat, 3. melihat seorang muslim dengan pandangan meremehkan, 4. serta melihat aib dan keburukan seorang muslim.

Menjaga Telinga

Telinga juga di antara nikmat Allah yang harus kita gunakan dengan baik. Allah menciptakan telinga agar kita bisa gunakan untuk mendengar kebaikan-kebaikan di sekitar kita.

Telinga Allah ciptakan agar kita bisa mendengar kalam Allah Swt, sunah Rasulullah Saw, dan kata hikmah para wali, serta agar kita bisa menggunakannya untuk menggapai surga yang penuh kenikmatan, kekal abadi di sisi Tuhan Penguasa alam semesta.

Jika kita menggunakan telinga untuk sesuatu yang dibenci oleh Allah maka ia akan menjadi beban atau musuh kita di akhirat kelak. Ia akan berbalik arah dari yang seharusnya bisa mengantarkan kita menuju keselamatan, menjadi mengantarkan kita menuju kehancuran.

Tentu ini adalah kerugian besar. Jangan kita kira bahwa ketika mendegar perkataan yang buruk dosanya hanya ditimpakan kepada pembicara. Tapi demikian, dosa itu juga ditimpakan kepada pendengar karena pendengar adalah sekutu pembicara. Di siniilah dalam salah satu riwayat Rasulullah bersabda: “Ia adalah salah satu pihak dari dua orang yang sedang bergibah (bergunjing).”

Terkait telinga, Imam Ghazali menyebutkan ada beberapa maksiat yang harus kita hindari, yaitu mendengar kata-kata dan ucapan bid’ah, gibah, perkataan keji, takut pada kebatilan, atau kejelekan orang.

Menjaga Lisan

Adapun lisan (mulut), maka ia diciptakan agar dengannya kita bisa banyak berzikir kepada Allah Swt, membaca Kitab Suci-Nya, memberi petunjuk kepada makhluk Allah lainnya, serta mengungkapkan keperluan-keperluan agama dan dunia kita.

Apabila kita menggunakan lisan bukan pada tujuan yang telah digariskan tersebut, maka berarti kita telah kufur terhadap nikmat Allah Swt. Lidah kita ini merupakan anggota badan yang paling dominan dalam diri kita. Banyak manusia yang dicampakkan ke dalam api neraka akibat apa yang dilakukan oleh lidahnya. Maka untuk menghindar dari api neraka, hendaklah kita pelihara lisan kita dengan semua kekuatan yang kita miliki.

Sebuah riwayat menyebutkan, “Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kata yang dengannya ia ingin membuat teman-temannya tertawa, namun karena itu ia jatuh ke dasar neraka selama tujuh puluh musim.” Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ada seorang syahid yang terbunuh di dalam peperangan pada masa Rasulullah Saw. Lalu seseorang berkata, “Selamat baginya yang telah memperoleh surga!” Tapi Rasul Saw. kemudian bersabda, “Dari mana engkau tahu? Barangkali ia pernah mengatakan sesuatu yang tak berguna dan bakhil terhadap sesuatu yang takkan pernah mencukupinya.” [bersambung]


Disampaikan pada Kajian Ekspatriat Hong Kong, Jumat, 13 November 2020.

Baca juga:

×