ArtikelBeritaDunia IslamKonsultasi

Menghilangkan Rasa Dendam, Bagaimana Caranya?

DDHK.ORG – Dendam adalah sesuatu yang menyiksa dn tak menyenangkan. Lalu bagaimana menghilangkan rasa dendam terhadap ibu kandung dan ayah tiri setelah bertahun-tahun?

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ustadz mohon nasehatnya. Kronologi masalah saya begini . Dulu waktu masih kecil, ayah saya sudah wafat. Sedangkan ibu menikah lagi tanpa ada sepengetahuan anaknya dengan alasan agar bisa menyekolahkan anaknya namun ibu pun tidak memenuhi hak dan kewajibannya terhadap anaknya.

Singkat cerita sudah 30 tahun lebih saya memendam sakit hati yang sangat mendalam terhadap ayah tiri dan ibu kandung saya. Namun kita sudah berdamai. Mohon saran dan nasehat supaya rasa dendam terhadap diri saya itu hilang Ustadz, saya selalu dirundung kesalahan dan dosa terhadap ortu.

Terimakasih.

Salam, Fulanah

JAWAB:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Bismillah…
Keluarga yang utuh dan harmonis adalah dambaan setiap orang yang membina rumah tangga apalagi bagi seorang anak yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.

Namun ada kalanya takdir berkata lain, biduk rumah tangga terhambat bahkan karam dengan perceraian atau kematian salah satu atau kedua orang tua. Sehingga hak asuh terhadap anak tidak maksimal atau bahkan terabaikan.

Para Ulama berpendapat bahwa hak asuh itu secara berturut-turut jatuh ke tangan ibu, ibunya ibu, dan seterusnya hingga ke atas dengan syarat mereka itu adalah pewaris-pewaris si anak.

Artinya jika ibu mengabaikan hak asuh terhadap anaknya, maka yang mengasuh si anak adalah keluarganya, keluarga di sini keluarga dalam segaris lurus ke atas maupun ke bawah sampai dengan derajat ketiga, seperti kakek si anak, adik orang tua nya dan lain sebagainya.

Sesudah itu adalah ayah, ibunya ayah, ibu dari ibunya ayah, dan seterusnya hingga ke atas dengan syarat mereka adalah pewaris-pewarisnya pula.

Selanjutnya adalah kerabat-kerabat dari pihak ibu dan disusul kerabat-kerabat dari ayah.

Namun ingat, sebisa mungkin orang tua harus mengasuh anaknya hingga dewasa meskipun orang tua tersebut menikah lagi dengan orang lain. Karena jika mengabaikan, tentu hal tersebut sebuah kezhaliman terhadap anak yang dapat mengakibatkan sakit hati sehingga ada rasa marah bahkan dendam pada diri anak.

Akan tetapi memaafkan kesalahan orang lain apalagi orang tua adalah hal yang sangat mulia dan dianjurkan. Allah Subhãnahu wata’ala berfirman:

وَجَزَ ٰ⁠ۤؤُا۟ سَیِّئَةࣲ سَیِّئَةࣱ مِّثۡلُهَاۖ فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّهُۥ لَا یُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِینَ {سورة الشورى: ٤٠}

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan & berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zhalim.” {Asy-Syura: 40}

Jika masih ada rasa marah atau dendam karena perlakuan orang tua yang tidak bertanggung jawab terhadap anak, maka silakan banyak-banyak istighfar kepada Allah Subhãnahu wata’ala atau dengan membaca doa seperti:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ ، وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِيْ ، وَأَجِرْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Ya Allah, ampunilah dosaku, redamlah murka hatiku, dan lindungilah diriku dari pengaruh setan.”

Amalan lainnya yang bisa menghilangkan marah dan dendam adalah banyak berlindung kepada Allah Subhãnahu wata’ala dengan banyak-banyak membaca ta’awwudz.

Dikisahkan dari Sulaiman bin Shurad radliyãllahu ‘anhu, berkata: “Aku duduk bersama Nabi _shallallãhu ‘alaihi wasallam, dan ada dua orang lelaki saling mencela, salah satu dari mereka wajahnya memerah dan urat lehernya membengkak. Maka Nabi shallallãhu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya aku betul-betul tahu satu kalimat yang seandainya dia ucapkan, niscaya hilanglah apa yang dia dapati (marahnya). Seandainya dia mengucap:

أَعُوذُ بِاللهِ مِن الشَّيْطَانِ

sungguh hilanglah yang ia dapati (marahnya).”

Maka para sahabat berkata,

‘Sesungguhnya Nabi shallallãhu alaihi wasallam bersabda:’

“Mintalah perlindungan kepada Allah dari syetan!”

Orang (yang marah) itu malah menjawab: “Apakah aku gila?! (H.R. Bukhari Muslim)

Semoga bermanfaat…

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Dijawab oleh Ustadz Very Setiawan.

#SahabatMigran ingin berkonsultasi seputar masalah agama Islam dan persoalan kehidupan? Yuk, sampaikan pertanyaannya melalui pesan WhatsApp ke nomor +852 52982419. [DDHK News]

 

 

Baca juga:

×