ArtikelBeritaDunia IslamKonsultasi

Memajang Gambar Makhluk Hidup, Malaikat Enggan Masuk Rumah

DDHK.ORG – Memajang gambar makhluk hidup di rumah membuat malaikat rahmat enggan masuk ke dalam rumah seseorang. Namun bagaimana dengan mainan anak-anak yang menyerupai binatang? Simak konsultasi Bersama Ustadz di rubrik berikut ini.

Assalamualaikum warahmatulloh wabarokaatuh.

Ustadz mohon penjelasannya, dari kajian yang pernah saya dengar bahwa jika di dalam rumah terdapat gambar makhluk hidup dan sejenisnya yang dipajang, maka malaikat rahmat tidak akan masuk rumah. Bagaimana dengan mainan anak-anak yang terkadang menyerupai binatang? Jazakalloh khair.

Terimakasih.

Salam, Fulanah

JAWAB:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Bismillah…

Memang benar adanya jika malaikat tidak akan masuk ke rumah yang terdapat gambar atau patung makhluk hidup yang bernyawa.

Dari Abu Thalhah radliyallãhu ‘anhu, Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wasallam bersabda:

إن الملائكة لا تدخل بيتاً فيه كلب ولا صورة. (متفق عليه)

“Sesungguhnya Malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya ada anjing & gambar.” (H.R. Bukhari Muslim)

Malaikat yang dimaksud dalam hadits di atas adalah malaikat rahmat. Bukan malaikat pencatat amal perbuatan manusia.

Lalu bagaimana dengan mainan anak-anak yang menyerupai binatang dan ada di dalam rumah, apa hukumnya?

Jumhur (mayoritas) Ulama dari kalangan Malikiyah, Syafi’iyah, & Hanabilah mengecualikan larangan di atas dengan membolehkan mainan anak-anak yang menyerupai binatang seperti boneka, dsb. Al-Qadli ‘Iyadl, seorang ulama bermadzhab Maliki bahkan menukil pendapat tersebut dari mayoritas ulama. Kemudian Imam Nawawi menyebutkan juga dalam syarah shahih Muslim.

Kebolehan di atas menurut jumhur ulama berlaku untuk mainan yang mempunyai fisik maupun tidak, baik berupa fisik manusia ataupun binatang, bahkan binatang yang tidak ada sekalipun seperti kuda yang mempunyai dua sayap, asalkan tidak dalam bentuk yang dilarang seperti sosok manusia fasik, sesembahan selain Allah, atau binatang yang haram dan najis seperti anjing dan babi.

Sebagian ulama bermadzhab Hanbali (Hanabilah) memberikan syarat mainan tersebut tidak berkepala, namun mayoritas ulama tidak mensyaratkannya.

Dalil akan kebolehan mainan anak berupa mainan berupa boneka atau binatang adalah hadits ‘Aisyah radliyallãhu ‘anha, ia berkata,

كُنْتُ أَلْعَبُ بِالْبَنَاتِ عِنْدَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَكَانَ لِى صَوَاحِبُ يَلْعَبْنَ مَعِى ، فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ يَتَقَمَّعْنَ مِنْهُ ، فَيُسَرِّبُهُنَّ إِلَىَّ فَيَلْعَبْنَ مَعِى

“Aku dahulu pernah bermain boneka di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam. Aku memiliki beberapa sahabat yang biasa bermain bersamaku. Ketika Rasululah shallallahu ‘alaihi wa salam masuk dalam rumah, mereka pun bersembunyi dari beliau. Lalu beliau menyerahkan mainan padaku satu demi satu lantas mereka pun bermain bersamaku.” (H.R. Bukhari).

‘Aisyah radliyallãhu ‘anha juga bercerita:

قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ أَوْ خَيْبَرَ وَفِى سَهْوَتِهَا سِتْرٌ فَهَبَّتْ رِيحٌ فَكَشَفَتْ نَاحِيَةَ السِّتْرِ عَنْ بَنَاتٍ لِعَائِشَةَ لُعَبٍ فَقَالَ « مَا هَذَا يَا عَائِشَةُ ». قَالَتْ بَنَاتِى. وَرَأَى بَيْنَهُنَّ فَرَسًا لَهُ جَنَاحَانِ مِنْ رِقَاعٍ فَقَالَ « مَا هَذَا الَّذِى أَرَى وَسْطَهُنَّ ». قَالَتْ فَرَسٌ. قَالَ « وَمَا هَذَا الَّذِى عَلَيْهِ ». قَالَتْ جَنَاحَانِ. قَالَ « فَرَسٌ لَهُ جَنَاحَانِ ». قَالَتْ أَمَا سَمِعْتَ أَنَّ لِسُلَيْمَانَ خَيْلاً لَهَا أَجْنِحَةٌ قَالَتْ فَضَحِكَ حَتَّى رَأَيْتُ نَوَاجِذَهُ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah tiba dari perang Tabuk atau Khoibar, sementara kamar ‘Aisyah ditutup dengan kain penutup. Ketika ada angin yang bertiup, kain tersebut tersingkap hingga mainan boneka ‘Aisyah terlihat. Beliau lalu bertanya, “Wahai ‘Aisyah, apa ini?” ‘Aisyah menjawab, “Itu mainan bonekaku.” Lalu beliau juga melihat patung kuda yang mempunyai dua sayap. Beliau bertanya, “Lalu suatu yang aku lihat di tengah-tengah boneka ini apa?” ‘Aisyah menjawab, “Boneka kuda.” Beliau bertanya lagi, “Lalu yang ada di bagian atasnya itu apa?” ‘Aisyah menjawab, “Dua sayap.” Beliau bertanya lagi, “Kuda mempunyai dua sayap!” ‘Aisyah menjawab, “Tidakkah engkau pernah mendengar bahwa Nabi Sulaiman mempunyai kuda yang punya banyak sayap?” ‘Aisyah berkata, “Beliau lalu tertawa hingga aku dapat melihat giginya.” (H.R. Abu Dawud dan Nasa’i)

Kebolehan di atas menurut para ulama karena adanya hajat agar anak perempuan lebih kreatif & mempunyai sifat penyayang.

Wallãhu a’lam.

Semoga bermanfaat…

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Dijawab oleh Ustadz Very Setiawan.

#SahabatMigran ingin berkonsultasi seputar masalah agama Islam dan persoalan kehidupan? Yuk, sampaikan pertanyaannya melalui pesan WhatsApp ke nomor +852 52982419. [DDHK News]

 

Baca juga:

×