ArtikelHikmah

Mari Pulang ke Surga

Oleh: Fatchuri Rosidin (Direktur Inspirasi Melintas Zaman)

KITA ini penduduk surga. Nenek moyang kita, Adam dan Hawa, adalah penduduk surga. Mereka diciptakan di surga. Karena telah melanggar larangan Allah, mereka diusir dari surga dan tinggal di bumi, beranak pinak sampai ke kita sekarang.

Jadi, bumi ini tempat sementara kita. Bumi hanya halte. Terminal kita adalah surga. Kita sedang membuktikan diri kepada Allah bahwa kita layak pulang kembali ke rumah kita di surga. Kita buktikan itu dengan mentaati perintah-Nya, berbuat baik dan menebar kebaikan di bumi.

Itulah sebabnya saat kita berdialog dengan hati nurani tentang apa yang sebenarnya kita cari, jawabannya selalu bermuara pada tindakan dan sikap mulia yang merupakan prasyarat untuk bisa masuk kembali ke surga. Apa pun agama kita, hati nurani selalu begitu jawabannya: taati perintah-Nya dan tebarkan kebaikan di muka bumi.

Tapi Tuhan ingin menguji seberapa sungguh-sungguh kita menginginkan dan berupaya pulang ke surga. Maka diciptakan-Nya hawa nafsu yang selalu mengajak ke arah yang berlawanan dengan kehendak hati nurani. Hawa nafsu selalu berorientasi pemuasan keinginan jangka pendek dan mengorbankan kepentingan jangka panjang. Ia selalu menarik kita ke dunia, sementara hati nurani mengajak kita ke surga.

Dari pengalaman memandu pembuatan rencana masa depan di lebih dari 100 kelas pelatihan, saya selalu mengajak peserta untuk mengidentifikasi keinginan terdalam mereka; keinginan yang benar-benar berasal dari hati nurani masing-masing. Ini tahapan sangat penting. Membuat rencana masa depan tanpa mendahuluinya dengan menemukan suara hati nurani akan membuat kita terjebak dalam pengejaran halte. Kita bekerja keras untuk mencapai halte demi halte tanpa sempat berfikir di mana terminal perjalanan hidup kita.

Sebuah resolusi dan rencana masa depan yang orientasinya hanya dunia, akan menyisakan kegelisahan pada hati nurani. Sebab ia tahu, perjalanan hidup ini harus berujung ke surga. Perjalanan tanpa berorientasi surga hanya membawa kita berputar-putar dari satu halte ke halte berikutnya tapi tak juga mendekat ke surga.

Sebagian orang menyadari kekeliruannya setelah belasan bahkan puluhan tahun bekerja, dan kemudian tiba-tiba meninggalkan pencapaian yang telah diraihnya dan memulai perjalanan kembali dari nol. Sebagian baru menyadarinya saat pensiun. Ketika merenungkan perjalanan hidupnya, mereka menyadari bahwa yang mereka kejar selama ini ternyata bukan terminal.

Mari kita mengevaluasi perjalanan karir dan hidup kita. Apakah karir kita semakin mendekatkan kita ke surga? Apakah pencapaian-pencapaian kita bisa menjadi portofolio kita hingga layak pulang ke surga?


* Tulisan ini merupakan versi tertulis dari materi pelatihan saya yang berjudul Move On: Seni Meraih Sukses dan Hidup Bahagia, dibuat menjadi tulisan berseri agar bisa dinikmati lebih banyak orang. 

* Inspirasi Melintas Zaman (IMZ Consulting) merupakan lembaga social enterprise yang membantu organisasi profit dan nirlaba di bidang pengembangan SDM dan pemberdayaan masyarakat berbasis nilai-nilai spiritual. (sumber: www.fatchuri.com)

Baca juga:

×