DDHK.ORG โ Kiblat menjadi patokan wajib saat melaksanakan sholat fardhu. Ini karena merupakan syarat sah shalat berdasarkan ayat 144 surat Al-Baqarah.
Namun pemaknaan kiblat berbeda seiring dengan posisi orang yang sholat apakah melihat Kakbah atau tidak melihat Kakbah namun melihat masjid, atau tidak melihat masjid sama sekali karena posisi yang jauh dari Kakbah.
Diriwayatkan dari Imam Malik, ia berkata;
ุฃูููู ุงููููุนูุจูุฉู ููุจูููุฉู ุฃููููู ุงููู ูุณูุฌูุฏูุ ููุงููู ูุณูุฌูุฏู ููุจูููุฉู ุฃููููู ู ููููุฉูุ ููู ููููุฉู ููุจูููุฉู ุฃููููู ุงููุญูุฑูู ูุ ููุงููุญูุฑูู ู ููุจููุฉู ุฃููููู ุงูุฏููููููุง
โBangunan Kakbah adalah kiblat jamaah di dalam masjid, masjid adalah kiblat penduduk Makkah, Makkah adalah kiblat penduduk al-Haram (hijaz), sedangkan al-Haram adalah kiblat penduduk duniaโ.
Ibnu Rusyd mengatakan;
ุฃูู ููุง ุฅูุฐูุง ุฃูุจูุตูุฑู ุงููุจูููุชู ููุงููููุฑูุถู ุนูููุฏูููู ู ูููู ุงูุชููููุฌูููู ุฅูููู ุนููููู ุงููุจูููุชู ููููุง ุฎูููุงูู ููู ุฐูุงูููู. ุฃูู ููุง ุฅูุฐูุง ุบูุงุจูุชู ุงููููุนูุจูุฉู ุนููู ุงููุฃูุจูุตูุงุฑู ููุงุฎูุชููููููุง ู ููู ุฐูุงูููู ููู ู ูููุถูุนููููู: ุฃูุญูุฏูููู ูุง ูููู ุงููููุฑูุถู ูููู ุงููุนููููู ุฃููู ุงููุฌูููุฉูุ ููุงูุซููุงููู ูููู ููุฑูุถููู ุงููุฅูุตูุงุจูุฉู ุฃููู ุงููุงุฌูุชูููุงุฏู: ุฃูุนูููู ุฅูุตูุงุจูุฉู ุงููุฌูููุฉู ุฃููู ุงููุนููููู ุนูููุฏู ู ููู ุฃูููุฌูุจู ุงููุนูููููุ ููุฐูููุจู ููููู ู ุฅูููู ุฃูููู ุงููููุฑูุถู ูููู ุงููุนููููู ููุฐูููุจู ุขุฎูุฑููููู ุฅูููู ุฃูููููู ุงููุฌูููุฉู.
โAdapun apabila seseorang dapat melihat Kakbah maka tidak ada perbedaan pendapat bahwa wajib baginya menghadap ke bangunannya. Sedangkan apabila dia tidak dapat melihat Kakbah maka ulama berbeda pendapat dalam dua hal berikut ; (1) Apakah yang diwajibkan menghadap ke bangunan Kakbah ataukah ke arah Kakbah? (2) Apakah harus tepat mengenai arah atau bangunan Kakbah ataukah cukup ada upaya mengarahkan? Sekelompok ulama mewajibkan harus menghadap persis ke bangunan, sedangkan yang lain cukup menghadap ke arahnyaโ
Yang dimaksud dengan bangunan adalah Kakbah; batu hitam berbentuk kubus yang ditunjuk oleh Nabi sebagai kiblat saat beliau berada di dalam masjid haram sebagaimana riwayat Ibnu โAbbas ;
ููู ููุง ุฏูุฎููู ุงููููุจููู ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุงููุจูููุชู ุฏูุนูุง ููู ููููุงุญููููู ูููููููุง ููููู ู ููุตูููู ุญูุชููู ุฎูุฑูุฌู ู ููููู ููููู ููุง ุฎูุฑูุฌู ุฑูููุนู ุฑูููุนูุชููููู ููู ููุจููู ุงููููุนูุจูุฉูุ ููููุงูู ููุฐููู ุงููููุจูููุฉู
โSaat Nabi shallallahu โalaihi wa sallam masuk ke dalam kaโbah, beliau berdoa menghadap ke semua arah dan beliau tidak shalat hingga akhirnya keluar. Di luar kaโbah beliau mendirikan shalat dua rakaat menghadap kaโbah. Lalu beliau berkata ; Inilah kiblatโ
Riwayat ini menjelaskan, bila seseorang berada di dalam masjid haram dan melihat Kakbah maka kiblatnya adalah bangunan Kakbah karena posisi Nabi shallallahu โalaihi wa sallam saat mengisyaratkan itu berada di dalam masjid haram dan melihat Kakbah.
Sedangkan orang yang tidak dapat melihat Kakbah, maka banyak ulama yang mengatakan cukup menghadap ke arah kiblat, artinya jika orang yang jauh tidak tepat menghadap ke bangunan Kakbah maka sholatnya tetap sah.
Ibnu Rusyd melanjutkan;
ููุงุชููููุงูู ุงููู ูุณูููู ููููู ุนูููู ุงูุตูููู ุงูุทูููููููู ุฎูุงุฑูุฌู ุงููููุนูุจูุฉู ููุฏูููู ุนูููู ุฃูููู ุงููููุฑูุถู ููููุณู ูููู ุงููุนููููู ุฃูุนูููู ุฅูุฐูุง ููู ู ุชููููู ุงููููุนูุจูุฉู ู ูุจูุตูุฑูุฉู. ููุงูููุฐูู ุฃููููููููู ุฅูููููู ูููู ููุงูู ููุงุฌูุจูุง ููุตูุฏู ุงููุนููููู ููููุงูู ุญูุฑูุฌูุง ููููุฏู ููุงูู ุชูุนูุงููู: {ููู ูุง ุฌูุนููู ุนูููููููู ู ููู ุงูุฏููููู ู ููู ุญูุฑูุฌู} ููุฅูููู ุฅูุตูุงุจูุฉู ุงููุนููููู ุดูููุกู ููุง ููุฏูุฑููู ุฅููููุง ุจูุชูููุฑูููุจู ููุชูุณูุงู ูุญู ุจูุทูุฑููููู ุงูููููุฏูุณูุฉู ููุงุณูุชูุนูู ูุงูู ุงูุฃูุฑูุตูุงุฏู ููู ุฐููููู ูููููููู ุจูุบูููุฑู ุฐููููู ู ููู ุทูุฑููู ุงููุฅูุฌูุชูููุงุฏู ููููุญููู ููู ู ููููููููู ุงููุฅูุฌูุชูููุงุฏู ูููููู ุจูุทูุฑููููู ุงููููููุฏูุณูุฉู ุงููู ูุจูููููู ุนูููู ุงููุฃูุฑูุตูุงุฏู ุงููู ูุณูุชูููุจูุทู ู ูููููุง ุทููููู ุงููุจูููุงุฏู ููุนูุฑูุถูููุง.
โShaf lurus umat muslim yang memanjang di luar Kakbah menunjukkan bahwa yang diwajibkan bukanlah menghadap ke bangunan Kakbah, yaitu bila Kakbah tidak terlihat. Karena saya memandang jika mereka harus menghadap bangunan Kakbah tentunya akan menyulitkan, padahal Allah taโรขlรข berfirman ; โKami tidak menjadikan kesukaran bagimu di dalam agamaโ. Lebih-lebih lagi bahwa menghadap pas ke bangunan Kakbah sulit tergambarkan kecuali dalam posisi dekat atau menggunakan sain dan ilmu meteorologi. Lalu bagaimana halnya hanya dengan berijtihad murni, padahal kita pun tidak dibebani berijtihad menggunakan teknologi yang dapat digunakan untuk mengetahui panjang dan lebar suatu daerahโ
Terkait dengan pertanyaan di atas, jika seseorang dalam keadaan darurat sebagaimana yang digambarkan berada pada ruangan sempit, baik sama sisi maupun persegi panjang, maka perlu dilihat jika ruangan berbentuk persegi panjang, sedangkan yang mengarah ke kiblat adalah sisi lebarnya yang tidak muat untuk rukuk maupun sujud, maka seseorang dapat sedikit memiringkan ke kanan atau ke kiri agar lebih memberi ruang baginya untuk rukuk dan sujud, karena sedikit memiringkan tidak menjadikan seseorang keluar dari arah kiblat.
Hal itu berdasarkan makna Syathr pada ayat;
โPalingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnyaโ.
Imam al-Bahuti mengatakan;
ููููุฑูุถู ู ููู ุจูุนูุฏู ุนููู ุงููููุนูุจูุฉู ุงุณูุชูููุจูุงูู ุฌูููุชูููุง ููููุง ููุถูุฑูู ุงูุชููููุงู ููู ููููุง ุงูุชููููุงุณูุฑู ุงููููุณูููุฑูุงูู ุนูุฑูููุง
โOrang yang jauh dari Kakbah diwajibkan menghadap ke arah Kakbah, sehingga tidak mengapa jika sedikit miring ke kanan atau ke kiri secara lumrahโ.
Yang dimaksud dengan arah adalah arah mata angin dimana kiblat berada. Bagi penduduk belahan timur Makkah, maka kiblatnya adalah ke arah barat. Dan bagi penduduk belahan utara Makkah, maka kiblatnya adalah ke selatan, dst.
Sebagaimana ketika Nabi shallallahu โalaihi wa sallam ketika berada di Madinah dan menghadap ke arah Makkah di sebelah selatan, beliau bersabda;
ู ูุง ุจููููู ุงููู ูุดูุฑููู ููุงููู ูุบูุฑูุจู ููุจูููุฉู
โArah yang terbentang antara timur dan barat adalah kiblatโ
Di dalam riwayat itu juga Ibnu Umar berkata saat berada di Madinah;
ุฅูุฐูุง ุฌูุนูููุชู ุงููู ูุบูุฑูุจู ุนููู ููู ููููููู ููุงููู ูุดูุฑููู ุนููู ููุณูุงุฑููู ููู ูุง ุจูููููููู ูุง ููุจูููุฉู ุฅูุฐูุง ุงุณูุชูููุจูููุชู ุงููููุจูููุฉู
โBila kamu menghadap kiblat, arah barat di sebelah kananmu, arah timur di sebelah kirimu, maka yang terbentang antara keduanya adalah kiblatโ.
Dalam riwayat lain, Usman Ibn โAffan juga berkata saat beliau berada di Madinah;
ูููููู ููุฎูุทูุฆู ุงูุฑููุฌููู ุงูุตููููุงุฉู ููู ูุง ุจููููู ุงููู ูุดูุฑููู ููุงููู ูุบูุฑูุจู ููุจูููุฉู ู ูุง ููู ู ููุชูุญูุฑูู ุงูุดููุฑููู ุนูู ูุฏูุง
โBagaimana mungkin seseorang salah dalam arah shalatnya padahal arah antara timur dan barat itu adalah kiblat, selama dia tidak sengaja menghadap ke timur (arah kiri ketika posisi di Madinah)โ
Semua riwayat ini menjelaskan bahwa sedikit miring ke arah kanan maupun ke arah kiri selama tidak total menghadap ke kanan dan ke kiri tidak membatalkan sholat, dan sholatnya tetap sah. Oleh karena itu jika seseorang berada di dalam ruangan persegi panjang yang sisi lebarnya mengarah ke arah kiblat, maka dia bisa sedikit mengarahkan sedikit ke kanan maupun ke kiri sehingga mendapatkan ruang untuk rukuk dan sujud, karena arah tersebut tetap disebut dengan kiblat.
Kesimpulannya, ada dua opsi dari permasalahan di atas:
1. Tetap menghadap kiblatnya ketika takbiratul ihram dan posisi berdiri, dan miring sedikit ketika rukuโ dan sujud.
2. Diqiyaskan dengan orang sakit atau safar, jadi diperbolehkan dengan duduk akan tetapi menghadap kiblat. Wallahu aโlam. [DDHK News]