ArtikelHikmah

Inginkan Kehidupan Baik, Jadilah Muslimah Sejati

DDHK.ORG — Menjadi muslimah adalah kehormatan dan kemuliaan. Namun, sudahkah kita menjadi muslimah yang sejati? Bukan muslimah KW atau muslimah KTP.

Pertanyaan itu dilontarkan Dai Cordofa, Ustadz Jajang Aisyul Muzakki, saat memberikan kajian online untuk pekerja migran Indonesia di Hong Kong, beberapa waktu lalu. “Muslimah sejati yang beriman dan beramal shaleh Allah janjikan kehidupan yang baik dan pahala yang besar,” ujarnya.

Ustadz Jajang merujuk pada firman Allah Ta’ala di surat An-Nahl, ayat 97. Yaitu, “Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Seorang muslimah sejati, ungkap Ustadz Jajang, harus memiliki kapasitas internal, yang meliputi tiga kepribadian. Pertama, kokoh dan mandiri.

Kokoh, artinya memiliki kekuatan, kematangan, dan kedewasaan secara ma’nawiyah (spiritual), fikriyah (ilmu), jasadiyah (fisik), dan da’awiyah (sosial). Sedangkan mandiri, merupakan kemampuan melakukan pengembangan diri dan pembelajaran secara mandiri (ta’allum dzati), termasuk mandiri dalam dimensi maaliyah (finansial).

Kedua, dinamis dan kreatif. Kepribadian ini merupakan keyakinan dan kemampuan menemukan cara-cara baru yang lebih baik dalam mengerjakan segala hal.

Ketiga, spesialis dan berwawasan global. Seorang muslimah hendaknya memiliki spesialisasi berupa keahlian atau ketrampilan pada bidang tertentu. Namun, tetap memahami prinsip-prinsip cabang ilmu lain yang dibutuhkan dalam kehidupan walau di luar spesialisasinya.

“Seorang Muslimah sejati juga harus memiliki kapasitas eksternal. Yaitu, pandai bekerja sama dan pelopor perubahan,” kata Ustadz Jajang.

Pandai bekerja sama, artinya senantiasa bersinergi dengan orang lain atau kerja tim untuk mencapai tujuan. Dengan bekerja sama, tantangan sebesar apapun akan mudah diatasi.

Ustadz Jajang pun menyampaikan firman Allah Ta’ala di surat Al-Maidah, ayat 2, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Sedangkan pelopor perubahan adalah sikap mental yang ofensif, senantiasa berada di garda terdepan dalam merespon setiap perubahan positif yang terjadi di masyarakat serta berusaha meminimalisir kejumudan, status quo, dan perubahan negatif.[DDHK.ORG]

 

Baca juga:

×