DDHK.ORG — Imam Besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed Al Tayyeb, menolak seruan penggabungan agama dalam sebuah kepercayaan yang disebut Abrahamisme. Ia menegaskan, ide penggabungan agama semacam ini tidak mungkin dilakukan di dalam kepercayaan Islam.
“Berdasarkan keyakinan agama surgawi kami, kami percaya tidak mungkin bagi manusia dipersatukan dalam satu agama,” katanya, sebagaimana dikutip Arab News, Selasa (9/11/2021).
Syeikh Al-Azhar ini menjelaskan, masyarakat dilahirkan dan dibesarkan dengan budaya yang berbeda. Beberapa perbedaan yang ada seperti warna, keyakinan, pikiran, bahasa, dan bahkan sidik jari.
Atas dasar itu, Al Tayyeb berpandangan, tak mungkin menyatukan manusia dalam satu agama gabungan. Ia juga menilai wacana penggabungan agama tadi bertentangan dengan nilai kebebasan berkeyakinan.
“Seruan ini, tampaknya, berusaha menggabungkan Yudaisme, Kristen, dan Islam dalam satu agama dengan nama Abrahamisme atau agama Abraham,” ujar Al Tayyeb.
Walaupun demikian, Al Tayyeb sadar bahwa wacana tadi digaungkan untuk mencegah konflik dan mempromosikan persatuan antar-manusia. “Seruan ini, yang mirip dengan seruan globalisasi, mengakhiri sejarah, etika global, dan lainnya muncul untuk mempromosikan kebersamaan dan persatuan antar-manusia, pun juga menghapus penyebab percekcokan dan konflik,” ujarnya.
Sebagaimana dilansir The National News, Islam, Kristen, dan Yudaisme adalah tiga agama utama Abraham. Para penganutnya menganggap Abraham atau Ibrahim sebagai nabi atau figur bapak yang penting.
Syeikh Al Tayyeb sendiri dikenal sebagai aktivis dialog antar-agama. Ia bersama Paus Fransiskus sempat menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia, yang juga dikenal sebagai Deklarasi Abu Dhabi di Uni Emirat Arab. Dokumen ini menggarisbawahi nilai-nilai toleransi, perdamaian, dan kebebasan beragama. [Sumber: CNN Indonesia]