ArtikelHikmah

Hal Inilah yang Membuat Nabi Beruban

Oleh: Ustadz Jauhar Ridloni Marzuq, Lc. MA.

DDHK.ORG – Uban adalah salah satu fenomena alamiah yang dialami oleh manusia. Timbulnya uban biasanya terkait dengan usia dan emosi seseorang. Ketika ingin menunjukkan usianya sudah senja dan tubuhnya yang sudah melemah, namun tetap berharap dapat memperoleh keturunan, Nabi Zakariya berkata:

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيّا

“Ia (Zakariya) berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.”  (QS Maryam: 4).

Rasulullah SAW, sebagai seorang manusia juga Allah takdirkan juga memiliki uban. Dalam suatu riwayat dari Ibnu Umar RA ia mengungkapkan: “Uban Rasulullah SAW hanya sekitar dua puluh lembar saja.” (HR Tirmidzi).

Ali bin Hujair bercerita kepada kami, ia berkata, Syu’aib bin Shafwan memberitakan kepada kami, dari Abdul Malik bin Umair, dari Iyadh bin Laqith Al-Ajli, dari Abu Ramtsah At-Taimi, Taimum Rabbab, ia berkata, “Aku menghadap Nabi bersama anakku. Kemudian aku menunjukkan Rasulullah kepada anakku dan berkata, ‘Inilah nabi Allah’. Beliau mengenakan dua helai pakaian hijau. Beliau memiliki rambut yang telah beruban dan uban beliau berwarna merah’.” (HR Tirmidzi).

Anas bin Malik RA juga menginformasikan, “Saya hanya menemukan 14 uban dirambut dan jenggot Rasullah Saw.” (HR. Tirmidzi)

Meski beruban, tapi uban Rasulullah SAW tidak sebanyak manusia pada umumnya. Anas mengisahkan bahwa uban Rasululah SAW hanya di pelipis beliau, dan itupun tidak banyak. Dari Qotadah ra menyatakan, bahwa ia bertanya kepada Anas bin Malik, “Apakah Rosulullah Saw mewarnai rambutnya?” Anas RA menjawab, “Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya, meski pada kedua pelipisnya terdapat uban. Tetapi Abu Bakar pernah mewarnai rambutnya dengan inai atau al-katm.” (HR. Tirmidzi, Bukhori, Muslim)

Karena tidak terlalu banyak, maka ketika Rasulullah SAW memakai minyak, ubannya tidak tampak. Jabir bin Samuroh ra mengutarakan, “Apabila Rosulullah Saw memakai minyak rambut, uban beliau tidak terlihat. Tetapi sewaktu beliau sedang tidak memakai minyak rambut, nampaklah uban beliau.” (HR. Tirmidzi, Muslim, Nasa’i).

Apa yang membuat Nabi beruban?

Selain faktor usia, uban juga bisa muncul karena faktor emosi. Beban pikiran yang berat membuat seseorang cepat beruban. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh ahli biologi seluler di New York University dan diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine, para peneliti mengamati bahwa pengurangan folikel rambut bisa disebabkan pengurangan sel induk pada tubuh yang stres. Jennifer Lin, seorang dokter kulit yang melakukan penelitian biologi molekuler di Harvard Cancer Center, di Boston, menjelaskan kepada Scientific American bahwa ada kemungkinan hormon stres mengganggu sinyal yang menginstruksikan melanosit untuk memberikan melanin ke keratinosit. Bila sinyal tersebut terganggu, melanin tidak akan memberikan pigmen pada rambut.

Dikisahkan bahwa Rasulullah SAW didatangi oleh sahabatnya Abu Bakar Ash Siddiq. Kemudian sahabatnya tersebut bertanya mengenai perubahan rambut beliau yang berlangsung begitu cepat dan bisa dikatakan sebelum waktunya tersebut. Abu Bakar As-Shiddiq bertanya, “Wahai Rasulullah apa yang membuat rambutmu beruban?”

Beliau menjawab, “Surah Hud beserta saudara-saudaranyalah yang membuatku beruban.”

Mendengar jawaban dari Rasulullah tersebut, Abu Bakar pun masih merasa penasaran. Ia kemudian kembali bertanya, ” Apa saja saudaranya?” Beliau menjawab, “Surah Al-Waqi’ah, Al-Mursalat, An-Naba dan At-Takwir. Semua membuatku beruban sebelum waktunya.” (HR. Tirmidzi, Thabrani).

Dikisahkan juga oleh Sofyan bin Waki’, ia mengungkapkan dari Muhammad bin Bisyr, dari Ali bin Shalih, dari Abu Ishaq, dari Abu Juhaifah, ia berkata, “Mereka (para sahabat) berkata, ‘Wahai Rasulullah, kami melihat engkau sesungguhnya telah beruban.’ Lalu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, ‘Surat Huud dan beberapa surat sejenisnya telah menyebabkan diriku beruban.” (HR. at-Tirmidzi dan al-Hakim).

Sebagian di antara kita mungkin merasa penasaran mengapa hal yang demikian ini bisa terjadi. Bukankah surah yang ada di dalam Al-Quran itu hanya sekadar bacaan? Mengapa memiliki kedahsyatan yang begitu luar biasa hingga membuat rambut Rasulullah SAW beruban?

Perlu kita ketahui bahwa Al-Quran bukanlah sedekar bacaan biasa. Allah Ta’ala berfirman: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.” (QS. Az-Zumar[39]: 23).

Dalam QS Al-Muzzammil Allah menyifati Al-Quran sebagai qaulan tsaqiilan (perkataan yang berat).

إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا

“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.”  (QS Al-Muzzammil: 5). Dalam Tafsir Jalalain disebutkan: “Dikatakan berat mengingat kewajiban-kewajiban yang terkandung di dalamnya.”

Dari sini, maka mungkin akan muncul pertanyaan lainnya, kandungan apa yang ada dalam Surat Hud sehingga dirasakan begitu berat oleh Rasulullah dan membuat beliau beruban?

Setidaknya ada tiga alasan:

Pertama, Surat Hud menceritakan kisah-kisah umat terdahulu. Kisah yang banyak memuat berbagai macam adzab yang Allah timpakan kepada umat sebelum Nabi Muhammad SAW karena keingkaran mereka. Kisah-kisah ini membuat Rasulullah SAW bersedih dan khawatir akan terjadi kepada umat beliau.

Kedua, Surat Hud dan yang semacamnya memuat gambaran tentang kedahsyatan dan kengerian Hari Kiamat. Saking mengerikannya Hari Kiamat itu, Al-Quran menggambarkan seorang anak akan beruban dan seorang perempuan hamil akan menggugurkan kandungannnya. “Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban.” (QS Al-Muzzammil: 17).

Ketiga, dalam Surat Hud terdapat satu ayat yang memerintahkan untuk istiqamah.

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Maka istiqamahlah (tetaplah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud: 112)

Ibnu Abbas RA berkata, “Tidak diturunkan kepada Rasulullah SAW di dalam Al-Quran sebuah ayat yang lebih memberatkan dan menyulitkan daripada ayat ini.”

Saat menjelaskan ayat ini dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, Sayyid Qutb menyebutkan beratnya istiqamah. Meskipun tahu akhirat adalah kehidupan abadi dan masa depan hakiki, kita kerap tertipu dengan dunia dan sering kecanduan dengan kesenangan duniawi. Itulah beratnya istiqamah. [DDHK News]


Disampaikan pada Kajian Ekspatriat Hong Kong, Jumat, 16 Oktober 2020

Baca juga:

×