ArtikelKeuangan

Dulu Terjerat Utang Bank, Sekarang Bisa Berkurban

PADA hari Ahad (26/7/2020), anggota tim relawan jemput kurban Dompet Dhuafa Hong Kong menemui seorang pekerja migran Indonesia bernama inisial Y. Kepada tim DDHK, Y mengisahkan jalan hidupnya di Hong Kong yang cukup memilukan karena terjerat utang di bank, sekaligus mengharukan karena akhirnya bisa melewati masa-masa sulit tersebut dan bahkan bisa berqurban.

Yang memprihatinkan, utang di bank yang mnejerat Y merupakan ulah temannya. “Teman saya awalnya pinjam dokumen saya untuk pinjam uang di bank sebesar HK$10,000. Sebulan kemudian dia pinjam lagi di bank lainnya HK$20,000. Kejadiannya, saat saya baru bekerja 4 bulan di majikan, tahun 2013 lalu. Sebenarnya saya enggak mau minjamin dokumen saya, tapi karena teman dekat akhirnya saya kasih,” tutur Y.

Malang bagi Y, temannya itu mengaku pulang ke Indonesia dan tidak lagi membayar cicilan utang, sehingga dia yang harus menanggung utang puluhan ribu dolar tersebut. Lebih malang lagi, majikan Y mengetahuinya.

“Majikan enggak suka, dan akhirnya saya di-terminate,” ujarnya.

Saat itu, Y hanya mampu membayar cicilan utang yang HK$10,000 saja. Sedangkan cicilan utang yang HK$20,000 dia tidak berniat membayarnya.

Setelah di-terminate, Y kemudian berganti majikan. Di majikan baru, dia hanya bekerja 2 bulan.

“Alhamdulillah, di majikan yang sekarang ini saya sudah kontrak ke-4,” kata Y.

Sejak bulan Mei 2019, barulah dia berniat membayar cicilan utang temannya yang HK$20,000. “Utang itu saya cicil HK$1,000 setiap bulannya,” ujarnya.

BAPAK MENINGGAL DUNIA

Ujian soal cicilan utang belum usai, ujian lain datang dalam hidup Y. Pada tanggal 17 Maret 2020 bapaknya meninggal dunia.

Y mengaku sempat hidup dalam tekanan yang sangat berat. Ia pun sempat berpikir, “Ya Allah, mengapa Engkau kasih ujian ini di saat saya sedang kesusahan seperti ini?”

Sebetulnya, Y sudah berniat untuk pulang pada bulan Juni. Namun, belum kesampaian niat itu, ayahnya keburu dijemput ajal. Karena wabah corona, ia pun tidak berani pulang, karena takut tidak bisa balik kerja ke Hong Kong lagi.

“Tapi Allah memang baik pada saya. Saat itu majikan memberikan uang HK$5,000 untuk dikirim ke rumah. Betapa bersyukur dan terharunya saya saat itu,” tutur Y.

Y mengaku pernah belajar pijat selama di Hong Kong. Ketrampilan pijat ini menjadi wasilah dari Allah Ta’ala agar dirinya bisa cepat melunasi utang temannya.

Ketrampilan pijat ini juga yang menolongnya, di saat pihak bank ingin agar dirinya lebih cepat melunasi utang, dengan menambah jumlah cicilan bulanan, dari HK$1,000 menjadi HK2,000, pada Mei 2020 lalu.

“Saat itu saya hanya bisa berdoa: Ya Allah, mudahkanlah urusanku,” kata Y. “Alhamdulillah, memang Allah benar-benar baik pada saya. Setiap gajian saya bisa sisihkan HK$100-HK$300. Dan alhamdulillah, setiap minggunya ada saja orang yang minta dipijat, sehingga untuk kebutuhan liburpun tercukupi dan saya tidak sampai pinjam uang ke orang,” ujarnya.

NIAT BERKURBAN

Saat mendekati bulan Dzulhijjah 1441 Hijriyah, Y berniat berqurban untuk bapaknya. “Uang dari hasil jasa pijat saya kumpulkan, saya masukkan ke kotak sambil berdoa: Ya Allah, semoga uang ini tidak terpakai untuk kebutuhan lain. Ya Allah, semoga hari ini dan besok ada rezeki saya, sehingga bisa berqurban. Alhamdulillah, bisa terlaksana,” ujarnya.

Beberapa minggu lalu, uang untuk berqurban telah terkumpul HK$800. Saat itu, ada aturan tidak boleh berkumpul lebih dari 4 orang.

“Lalu ada yang kirim pesan WhatsApp, minta dipijat. Saya tolak karena tidak mau ambil risiko. Tapi dia keukeuh minta dipijat. Akhirnya, saat libur saya penuhi permintaannya,” tutur Y.

Setelah selesai pijat, Y mengaku terharu saat menerima uang jasa pijat. Bahkan, hingga meneteskan air mata. “Jumlahnya pas untuk tambahan bayar qurban. Alhamdulillah Ya Allah. Atas rezeki ini saya bisa berqurban,” kata Y.

Bukan hanya itu. Dalam waktu dekat, lilitan utang yang selama ini menjeratnya pun akan segera berakhir.

“Dan Alhamdulillah sisa cicilan bank sebesar HK$2,117 inshaallah bulan depan lunas,” ujarnya.

Tak lupa, Y pun mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang selama ini memberikan dukungan kepadanya. “Alhamdulillah saya punya kakak yang baik, yang selalu mendukung saya. Tentunya juga, berkat doa orang tua dan lingkungan pergaulan saya di Hong Kong. Tanpa mereka saya tidak akan bisa melewati masa-masa sulit ini,” kata Y. [Iffah]

Baca juga:

×