DDHK.ORG — Siapa yang tidak suka makan nasi panas dengan lauk ikan asin? Apalagi, ditemani sambel terasi atau sambel mentah.
Tapi kebiasaan makan ikan asin disebut-sebut menjadi salah satu pemicu kanker. Benarkah demikian?
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Andhika Rachman menjelaskan, mengkonsumsi makanan berpengawet, termasuk ikan asin, memang bisa memicu risiko kanker. “Kita terbiasa makan ikan asin dalam jumlah banyak. Kemudian makanan berpengawet atau pewarna. Jadi seperti itu pengawet, penyedap rasa, kemudian termasuk pengawet di ikan asin. Jadi sebenarnya tidak hanya ikan saja, tapi yang diawetkan itu yang memiliki potensi untuk menjadi kanker,” kata Andhika, seperti dikutip CNN Indonesia dari detikcom.
Dr Andhika menjelaskan, orang yang sering mengonsumsi ikan asin memang tak selalu bakal terkena kanker tenggorokan (nasofaring). Sebab untuk hidup, kanker memerlukan dua hal, yakni gen dan lingkungan yang mendukung.
Hanya saja, pada makanan yang mengandung pengawet garam dalam jumlah besar, hidup virus bernama ‘Ebstein-barr’ atau yang biasa disebut EBV. Dalam jumlah konsumsi yang banyak, terutama dibarengi kebiasaan lain seperti merokok, EBV menyebabkan perubahan mutasi gen terutama di daerah saluran napas.
Berdasarkan riset yang dilakukan terhadap 281 orang dengan kanker nasofaring di RSCM, 70 persen pasien tersebut rutin mengonsumsi ikan asin. Pada sebagian besar di antaranya, hal tersebut juga dibarengi kebiasaan merokok.
“Kebanyakan mengonsumsi jumlah ikan asin, dipengaruhi oleh berapa banyak dan berapa lama dia konsumsi ikan asin. Kebanyakan rata-rata mengkonsumsi dalam waktu 10 tahun dalam hidupnya, jadi memang lama. Memang dasar kita doyan ikan asin,” ujar Andhika. [DDHKNews]